14. Mengambil Resiko

5.8K 594 9
                                    

"Hesa!" panggil Ita spontan.

"Kenapa sayang? Bikin kaget aja."

"Iya, gue aja kaget anjir,” sahut Tina.

"Besok setelah kelulusan. Pokoknya kamu harus selalu sama aku ya?"

Ita melihat pergerakan aneh dari Hesa. Tidak seperti biasa. Ia menggaruk rambut belakang dan tidak berani bertatap mata. Apa Hesa sedang malu?

"Idih, idih, idih. Udahlah dari sini gue pamit balik ya guys. Nikmati waktu kalian berdua. Bye!" ucap Tina kemudian pergi.

"Hesa? Kamu mau kan?" tanya Ita lagi pasalnya dia tidak kunjung mendapat jawaban.

"M-maulah. Siapa coba yang bakal nolak ajakan yang mungkin cuma sekali seumur hidup," jawab Hesa malu-malu.

Aneh! Apa dulu Ita tidak pernah mengajaknya jalan bareng? Yah, kalau diingat-ingat memang selalu Hesa yang inisiatif. Ita harus memperbaiki hal itu juga nanti!

"Oke kalau gitu janji ya?" Ita menyodorkan jari kelingkingnya.

"Iya," sahut Hesa antusias sembari menautkan kelingkingnya.

"Mau ada badai pun kamu harus sama aku ya!"

"Iya cantik."

"Walau di ajak temen-temen kamu harus pilih aku ya!"

"Iya sayang ku," ucap Hesa. Sebagai imbalan ia mencubit lembut pipi Ita.

Plan B telah dipersiapkan. Jika pengumuman menyatakan Ita lulus walau dengan ujian yang mati-matian ia buat salah. Ita tidak perlu khawatir lagi  dengan keselamatan Hesa.

***

"Aduh!" pekik Ita setelah sadar baru menabrak sesuatu dan mengenai pinggulnya.

"Siapa sih yang naruh motor di sini?" celetuk Ita kesal. Tidak sadar kalau tempatnya berdiri adalah tempat parkir.

Lagi-lagi overthingking mengambil fokus Ita di dunia nyata. Sampai ia tidak sengaja menabrak motor tidak bersalah. Akibatnya ia mengaduh merasakan pinggulnya berdenyut.

"Itu memang tempat parkir sayang," ucap Hesa. Ita bahkan lupa kehadirannya.

"Kamu nggak apa-apa? Mana yang sakit?" lanjutnya khawatir.

"E-enggak apa-apa kok."

Malu? Jelaslah!

"BTW, kamu ngapain disini?" tanya Ita.

"Nganterin kamu pulanglah. Kayak biasanya."

Oh iya! Ita lupa kalau di masa lalu ia sering diantar Hesa pulang. Ita menyumpahi pikirannya yang tersita oleh pertemuan dengan Raga kelak.

"Mau mampir tempat biasa nggak?" tanya Hesa.

Tempat biasa? Apa itu? Jujur Ita lupa. Ia asal mengangguk saja. Ita pasrah dibawa kemana pun motor Hesa menuju. Langit senja menemani damainya kota hingga tanpa sadar tempat tujuan sudah di depan mata.

Ita memicingkan senyum. Ternyata tempat ini? Lapak para jajanan kaki lima berkumpul. Mulai dari cilor, takoyaki, somay, batagor dll. Tempat ini surganya para jajanable.

"Mau jajan apa?" tanya Hesa.

Sejenak Ita sadar, dirinya bukan lagi Ita berumur dua puluhan yang terbiasa menahan banyak hal. Hari ini ia bebas memakan apapun yang ia mau.

"Aku mau borong semuanya!" kekeuh Ita. Ia berlari menghampiri satu persatu pedagang. Hesa yang melihat tingkah Ita tersenyum lega. Ita-nya sudah kembali seperti biasa. Bukan gadis serius yang seolah memikul banyak beban hingga kerut di keningnya terlihat.

AFTER ENDING (TERSEDIA EBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang