24. Senioritas

4.5K 503 12
                                    

Malam menjadi waktu istirahat bagi sebagian orang. Melimpahkan segala lelah aktivitas di siang hari. Bunyi suara pintu terdengar di salah satu apartement. Si pemilik berjalan gontai memasuki hunian hasil jerih payahnya.

Walau punya rumah sekalipun. Kadang orang memiliki tempat singgah kedua yang lebih dekat dengan tempat kerja. Begitupun Raga. Ia memilih apartemen ini sebagai tempat singgah sementara.

"Astaga!" pekik seorang gadis menyadari kehadiran seseorang.

"Sera? Kamu di sini?" ucap Raga. Tak menyurutkan keterkejutan akibat pekikan Sera tadi.

"Haaah! Ternyata Paman. Aku kaget tau!" Raga hanya terkekeh, ia mendudukan dirinya di sofa setelah menyampirkan jas. "Memangnya siapa lagi yang bisa masuk sini?" Raga menyingsingkan lengan kemeja. "Ngomong-ngomong ngapain kamu di sini? Nanti Paman dikira punya simpenan lagi."

"Haha. Mana orang yang bilang? Sini biar tau karakter Sera yang sebenarnya!" ancam Sera.

"Serius. Kamu ngapain kesini?" ucap Raga setelah terkekeh singkat. Sera memang diberi tahu pasword apartemen. Dia juga kerap bolak-balik untuk mengantarkan sesuatu. Tapi tidak terpikir Sera akan hadir semalam ini.

Setelah mengambil hak asuh Sera. Raga memutuskan membawa Sera ke rumah utama. Raga pun sering pulang ke sana. Tapi ada beberapa hari ketika hari penat ia akan menyendiri di apartemen ini.

"Aku pingin makan bareng. Aku habis belanja bahan makanan tadi," ucap Sera semangat.

"Memangnya bisa masak?"

"Bisa dong. Ini hasil pengalaman setelah bolak-balik kabur dari rumah. Hehe."

"Paman percaya nggak kalau sebanyak ini aku cuma habis dua ratus ribu?" Sera semangat menunjukan dua kantung plastik besar berisi bahan makanan.

"Memang belanja di mana?"

"Hehe, banyak tempat. Aku sama Ita habis berburu diskonan. Seru banget ternyata! Aku nggak nyangka lho orang kayak Ita perhitungan sama keungan. Padahal dia anak tunggal kan? Pasti dia manja. Apa keluarganya tipe yang pel-"

Raga menggapai pucuk kepala Sera. Jika tidak dihentikan, keponakannya ini akan mengoceh panjang lebar sampai melewati makan malam. Miris! Saat mengetahui orang periang ini tiba-tiba ingin mengakhiri hidup.

"Jangan ambil kesimpulan sembarangan. Mungkin dia memang tipe orang yang hemat."

Hemat ya? Setelah mengucapkannya Raga agak menyesal mengingat gadis itu sudah meraibkan uangnya tempo lalu.

"Ita keren ya Paman. Dia bisa bersikap tenang. Nggak kekanakan dan peka sama keadaan. Kayak orang dewasa. Aku yakin kalau usia mentalnya di ukur dia sebanding sama usia Paman," ucap Sera memuja.

Keheningan menyapa. Raga memilih tak berkomentar. Ia beralih ke kamarnya untuk mandi. Sedangkan Sera menyiapkan makan malam.

***

"Kepada Kak Ita?"

"Kak Ita?"

"Ada yang namanya Kak Ita?"

Seorang waiters nampak membawa nampan sambil celingak-celinguk mencari sosok Ita. Ia hampir saja kembali sebelum Ita bersuara.

"Saya kak. Saya!"

AFTER ENDING (TERSEDIA EBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang