21. Sera

5.1K 533 10
                                    

Ita menyumpahi mulutnya yang masih tidak diajari resiko. Hah! Ita memandangi handphone ungu pastel dengan motif panda itu. Mau tidak mau ia harus mengunjungi tempat Raga lagi!

Namun, rencana tetaplah rencana. Handphone itu berdering untuk beberapa kali. Terlihat panggilan dengan nama profil Mama di layar.

Ita segera mengangkatnya dan berniat memberitahu handphone gadis itu. Mungkin Ita tak harus pergi menemui Raga. Alih-alih menjelaskan justru Ita mendapat semprotan batin dari pihak seberang.

"Dasar anak nggak berguna!"

"Kamu pikir bisa seenaknya bertindak kayak gitu? Hah?! Udah dibesarin susah payah. Mikir! Biaya buat sekolahkan anak bajingan kayak kamu itu nggak murah. Masih untung nggak ditaruh panti asuhan. Mati aja kamu! Ngerpotin orang aja bisanya!"

"Dimana kamu-"

DEG!

Sakit! Padahal bukan Ita yang jadi objek hardikan orang itu. Bukankah ini terlalu berlebihan? Apa yang dilakukan gadis itu sampai membuat orang dengan sebutan Mama itu marah besar?

Dari pada menjawab. Ita memutuskan sambungan. Ia segera menuju rumah sakit supaya panggilan lain tidak datang padanya. Pikirnya, Ita tak boleh masuk ke ranah pribadi seseorang.

***

Pemandangan kota terlihat indah dari lantai tujuh sebuah gedung di tengah kota. Mata seorang gadis menengadah menangkap perjalanan sang awan. Perlahan awan gumpalan mendung itu menutupi terik matahari. Tak terelakan Rintik hujan pun turun.

"Shit!" umpatnya.

"Padahal gue pingin lihat hari cerah."

Gadis pemilik rambut sebahu itu berdiri. Tatapannya datar memandang lantai dasar yang bertepatan langsung dengan halaman depan rumah sakit.

"Andai ada satu orang yang datang kesini-" belum sempat menyelesaikan perkataannya gadis itu tersenyum miris. "Udahlah, gue capek."

Ia memejamkan matanya. Tubuhnya condong ke bawah saat keputusan mengakhiri hidup sudah bulat.

"SERAAA!"

Pekikan itu menyadarkan Sera. Ia menoleh ke sumber suara sebelum tubuhnya benar-benar jatuh.

Siapa?

Sera menajamkan sorotnya untuk mengenali gadis yang tengah terengah-engah di sana. Ah! Sera tahu! Dia gadis kurang ajar waktu itu.

Senyumnya mengembang miris. "Dari sekian banyak orang. Kenapa harus lo sih?!" gumamnya lirih. Ia masih berdiri di tepi gedung.

"Mau apa?" tanya Sera.

"Aku.... hah.... hah.... aku mau ngembaliin.... handphone...." ucap Ita terengah. Mau bagaimana lagi! Ia berlari menaiki tangga dari lantai lima. Karena lift pengunjung sedang dalam perbaikan. Sialan!

"Tck! Lo emang paling suka ngikutin orang ya!" sarkas Sera.

"Udah ku bilang. AKU MAU BALIKIN HANDPHONE!" teriak Ita sekuat tenaga. Kesal karena Sera tidak memberi kesempatan untuknya bernafas sejenak.

AFTER ENDING (TERSEDIA EBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang