Prologue

14.6K 979 2
                                    

☁ HAPPY READING ☁
✨Jangan lupa buat tinggalin jejak✨

🔹☁🔹

🔹☁🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹☁🔹










|Bagi jennie elleora tak ada yang lebih penting dari mencari uang dan belajar, kehidupannya hanya berkutat dengan dua hal itu saja

Ketika kehidupan gadis seusianya masih fokus bermain-main atau merasakan cinta monyet tapi jennie tidak punya waktu untuk itu

Hidup berdua dengan ibu yang sudah sakit-sakitan membuat jennie harus menjadi tulang punggung

Jujur saja kadang jennie iri dengan kehidupan orang lain. Tapi jennie segera menepis pemikiran itu. Menurutnya meski hidupnya serba susah dia bahagia asal ibunya selalu bersama dengannya

Dimana ayahnya ? Entahlah jennie juga tak tahu. Karena sejak kecil dia tak pernah mengetahui keberadaan ayahnya. Apakah ayahnya masih hidup atau tidak dia tak tahu

Jika jennie bertanya tentang ayahnya maka ibunya akan sedih dan jennie tak tega. Dan akhirnya jennie tak pernah bertanya lagi tentang ayah kandungnya

Malam ini jennie masih berada di kafe, teman-temannya sudah pulang duluan. Jam menunjukan hampir pukul dua belas malam tapi jane masih asik dengan buku pelajaran miliknya

Seperti inilah kebiasaan jennie, setelah bekerja biasanya dia akan menyempatkan belajar, karena jika di rumah dia akan fokus merawat ibunya

Suara guntur mulai terdengar, dan hujan pun mulai membasahi bumi, jennie menghela nafas panjang. Jika begini bagaimana jennie akan pulang dia hanya akan sakit jika menerobos hujan dengan sepeda tuanya

" hufft, nasibku menyedihkan sekali " gumam jennie menatap tetesan air hujan yang menetes di jendela kaca itu

Teng

Suara jarum jam yang menunjukan jam dua-belas tepat, huh jam di kafe ini memang jam yang tua dan antik sehingga setiap jam dua belas mereka akan berbunyi

Kling

Suara pintu yang di buka dan langkah kaki membuat jennie menoleh. Dia mendapati nenek tua dengan pakaian lusuh sedang berjalan kearahnya

Jennie berdiri menghampiri nenek itu "Maaf nek, tapi kafe kami sudah tutup " ucap jennie dengan ramah

" bisakah aku menumpang di sini sampai hujan reda ? " ucap nenek itu

Jennie sedikit berpikir, kafe ini bukanlah miliknya, dia hanya pegawai di sini. apakah tidak apa memasukan orang asing saat kafe sudah tutup? Eh tapikan ini hanya nenek tua tak mungkin melakukan kejahatan bukan ?

" baiklah, silahkan duduk " jennie menyuruh nenek itu untuk duduk di salah satu kursi

" nenek mau minum atau makan sesuatu ? " tanya jennie masih dengan senyum ramah mengembang

" aku tidak punya uang untuk membeli makanan atau minuman di sini " ujar nenek itu

Jennie merasa prihatin, bagaimanapun dia juga pernah merasakan itu, saat dimana kamu tak punya uang sepeserpun tapi kamu juga harus makan

" sebentar ! " jennie segera berlari menuju pantry kafe tersebut

Jennie tersenyum saat kue yang di bikinnya masih tersisa, dia segera menaruh di piring kecil dan juga tak lupa membuat secangkir coklat hangat. Semoga saja gajinya bulan ini tidak di potong karena ulah nya ini

" ini nek makanlah. tidak perlu membayar, gratis dariku " ujar jennie seraya memberikan sepotong kue dan secangkir coklat hangat itu

" terimakasih anak muda, kau baik sekali " ujar nenek itu membuat jennie tersenyum

Nenek itu mulai makan dan jennie melanjutkan belajarnya sambil menunggu hujan reda. Setelah merasa hujan sedikit reda jane segera mengemasi barangnya

" rumah nenek dimana ? Biar jennie antarkan pulang "

Nenek itu mengeleng " tidak perlu nak, terimakasih sudah memberi nenek kue dan minuman yang sangat lezat ini. Dan sebagai gantinya nenek akan memberikan ini "

Nenek itu memberikan sebuah buku novel pada jennie. Buku dengan sampul hijau dengan judul 'Langit untuk Senja'

" rubahlah takdirmu, dan berbahagialah " ucap nenek itu sembari tersenyum misterius

Tapi sayangnya Jennie tak melihat senyuman itu. dia terpaku pada buku yang di pegangnya. Buku dengan sampul hijau dengan guratan emas itu menarik perhatiannya

" ne- " saat jennie mendongak nenek tersebut sudah menghilang

Jennie langsung berdiri dan berlari menuju kaca yang menunjukan pemandangan luar dan tidak mendapati keberadaan nenek itu

" ah, Sepertinya aku terlalu melamun hingga nenek itu pergi aku tidak mengetahuinya " monolog jennie pada dirinya sendiri

Jennie berbalik dan menatap buku bersampul hijau tersebut

" Langit untuk senja ? " gumam jennie










☁🌙☁

SANG BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang