Bulan 16 🌙 | ✨Isi Energi✨

5.2K 693 39
                                    

☁ HAPPY READING ☁
✨Jangan lupa buat tinggalin jejak✨

🔹☁🔹

🔹☁🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹☁🔹









|Jennie memandangi bulan purnama yang bersinar terang di atas sana. Kamar yang sebelumnya ramai menjadi sepi. Jennie sudah mengusir semua orang dari kamarnya dengan alasan ingin beristirahat. Untungnya mereka paham dan pergi dari kamarnya

Tentang mimpinya. Dia yakin semua itu adegan dalam novel tentang hidup sang Antagonis. Dan yang membuatnya penasaran adalah kenapa dalam mimpi itu mengatakan kalau buku novel tersebut adalah Novel terkutuk

Sekarang Jennie harus bagaimana ? Setelah mimpi itu dia menjadi yakin kalau dia harus menjauhi semua tokoh penting dalam novel. Ya mungkin itu lebih baik

lagian dia juga tak ingin berakhir seperti Jennifer

Tapi itu bukan hal mudah, di saat Jennie ingin menjauh para tokoh itu malah makin mendekat

Jennie memejamkan matanya lelah. Lebih baik dia istirahat dulu. tentang esok mari kita pikirkan besok

Pagi menjelang, Jennie sudah siap dengan seragam sekolah miliknya. dia sudah rindu bersekolah, dia juga merindukan dua sahabat cerewetnya, bahkan saat jennie masih tak sadarkan diri mereka juga menyempatkan untuk menjenguknya

merasa sudah siap, Jennie turun ke bawah dan melihat keluarganya sedang berada di ruang makan

" Selamat pagi " sapa Jennie seperti biasa, tapi yang menjadi pembeda adalah Sapaan Jennie terasa datar dan tak minat

dan tak ada kecupan di pipi sang adik. Jay menatap kakaknya dengan sendu, ada yang berbeda dengan kakaknya

" Pagi kak jen " sapa Jay dengan Ceria namun tak ada respon lagi dari Jennie

" Kamu sudah ingin bersekolah ? kamu baru saja siuman kemarin. apa tidak sebaiknya kamu beristirahat saja ? " ucap Anggara dengan wajah khawatir

" Jennie sudah baik-baik saja, bahkan dokter sendiri yang mengatakannya kemarin bukan " jawab Jennie menatap enggan kepala keluarga itu dan mengambil roti dan mengolesinya dengan selai coklat favoritnya

" Biar Jennie bareng Diksa saja yah berangkatnya " sahut Diksa

" Tidak perlu repot kak, Jennie bisa pergi dengan supir. Jadi Jennie tidak takut di turunkan Di Jalan lagi " Sahut Jennie cepat sekaligus menyindir Diksa

SANG BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang