[ O N G O I N G ]
(Book ke-empat)
Jennie elleora, tak menyangka, bahwa kehidupannya akan berubah drastis setelah menerima novel pemberian nenek tua yang sempat ia tolong di cafe tempatnya bekerja
Kehidupannya yang sederhana, berubah dalam satu mal...
☁ HAPPY READING ☁ ✨Jangan lupa buat tinggalin jejak✨
🔹☁🔹
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🔹☁🔹
|Jennie terbangun dengan badan yang tak bisa di gerakan. Dia melirik kearah tubuhnya yang ternyata ada dua titan yang tengah memeluknya erat. Kening Jennie mengernyit, mengapa kakak beradik ini bisa tidur di kamarnya dan ugh pelukan ini terlalu erat untuknya hingga membuatnya sulit bergerak
Entah apa yang terjadi semalam, Jennie tak terlalu ingat dan sekarang dia terbangun dengan plester penurun panas yang biasa di pakai bocil saat sakit di dahinya. Dan saat ini dia sedang di peluk erat dua kakak beradik itu
Jennie menggeliat mencoba melepaskan pelukan mereka, bukannya terlepas mereka malah mengeratkan pelukannya
"Bangun woey! Badan gue sesek nggak bisa gerak!" pekik Jennie kesal karena sedari tadi usahanya gagal membangunkan kedua manusia ini
Diksa, pemuda itu lebih dulu membuka matanya. Dengan mata mengerjap dia menatap Jennie linglung hingga netranya membulat saat tahu Jennie telah sadar. Sepertinya rohnya telah kembali
"Akhirnya lo sadar juga!" pekiknya heboh
Jay yang kaget pekikan heboh kakak laki-lakinya langsung terbangun "Mana mana malingnya mana!" ujar Jay yang masih setengah sadar langsung memasang kuda-kuda
Mata Jennie mengerjap pelan, ini kenapa kakak beradik tak ada yang beres sih. Diksa langsung menjitak dahi adik laki-lakinya itu dengan kesal
"Jennie udah sadar bukan ada maling goblok!" ucap Diksa ngegas
Mata Jay berkedip-kedip polos, dan setelah sepenuhnya sadar dia hanya meringis malu, tapi binar matanya kembali cerah saat mengetahui kakak kesayangannya telah tersadar
"Kakak huaaaaa! Akhirnya kakak sadar juga, Jay panik banget saat kakak pingsan semalem" Ujar Jay dan langsung memeluk Jennie erat
Diksa segera memisahkan pelukan kakak beradik itu. Dia menatap garang adik laki-lakinya itu "Dia baru sadar jangan main peluk-peluk aja, apalagi lo belum mandi. bisa-bisa Jennie pingsan karena bau jigong lo"
Jay melepaskan pelukannya dengan tak rela, mana mungkin cowok setampan dirinya bau jigong. bibirnya mencebik kesal namun dengan cepat berlari kearah kamar mandi. Dia akan mandi cepat agar bisa memeluk kakak perempuannya itu
Diksa dan Jennie hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jay, Diksa mendekat kearah Jennie. Tangannya memeriksa kening adiknya dan menghembuskan nafas lega saat demam adiknya sudah turun
Jennie mencoba duduk, karena masih lemas dia menyenderkan badannya di sandaran ranjang, memijit pelipisnya dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam