Bulan 11 🌙 | ✨ Memasak ✨

6K 744 15
                                    

☁ HAPPY READING ☁
✨Jangan lupa buat tinggalin jejak✨

🔹☁🔹

🔹☁🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹☁🔹











" jen..cepat ke rumah sakit...ibumu.... " ucapan singkat dari seberang telpon itu mampu membuat dunia Jennie menggelap

tanpa memperdulikan temannya yang terus memanggil namanya. Jennie berlari bak di kejar setan

" Ibu...kumohon..."

menerobos kerumunan di koridor sekolah yang ramai, karena tak berhati-hati, Jennie membuat beberapa siswa terdorong. Jennie terjatuh saat menabrak siswa yang bertubuh lebih besar darinya

luka disikunya dan lututnya membuatnya meringis. mencoba berdiri kembali meski harus tertatih

" Jen, lo kenapa ? " sebuah tangan menghentikan Jennie yang hendak berlari lagi

" Bi, tolong anter gue ke rumah sakit " Jennie meminta tolong pada teman sekelasnya ini

Jennie tak mampu berlari lagi karena lututnya yang perih, Abimanyu, pemuda itu menggenggam tangan Jennie dan membantu Jennie untuk berjalan dan membawanya ke mobil miliknya

mobil milik Abimanyu belum terparkir sempurna, tapi jennie sudah tak sabar, Jennie berlari menuju ruangan tempat ibunya di rawat

netra coklat bening itu langsung meneteskan air matanya saat melihat kondisi ibunya yang tengah memberontak dengan banyaknya perawat yang membantu menenangkannya

ibunya baru tenang setelah di suntikan obat penenang oleh sang dokter. inilah kondisi ibunya dalam setahun terakhir. dokter mengatakan bahwa ibunya terkena Alzhemeir dan juga tekanan mental yang sudah tahap depresi

terkadang ibunya bisa mengingat dirinya dan bertingkah layaknya manusia normal. Tapi saat Alzhemeirnya kambuh, dia hanya duduk. Tak berbicara satu kata pun dan saat mentalnya ikut terguncang dia akan mengamuk dan memungkinkan melukai dirinya sendiri

Jennie tak pernah tahu apa yang membuat ibunya menjadi seperti ini. Jennie juga tak pernah melihat ibunya mengeluhkan sesuatu. Entah itu sakit fisik maupun batin

Walaupun tak bisa dipungkiri, dulu jennie sering memergoki ibunya menangis sendirian. Di tengah malam sambil memegangi sebuah pigura foto

Jennie tak pernah tahu siapa wajah dalam pigura tersebut, karena ibunya selalu menyembunyikan pigura foto itu dengan baik

SANG BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang