Bulan 36 🌙 | ✨ Teror ✨

1.9K 273 16
                                    

☁ HAPPY READING ☁
✨Jangan lupa buat tinggalin jejak✨

🔹☁🔹

🔹☁🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹☁🔹






|Saat ini ketiga teman Jennie itu tengah berkumpul di parkiran, menunggu Jennie yang juga belum kembali. Gadis itu pamit untuk mengambil jaket yang ia taruh loker. tapi sudah setengah jam lebih, gadis itu belum juga kembali

"Heh, ini si Jeniper kagak lagi di bully kan' kenapa lama banget ngambil jaket doang" celetuk Keyra melihat jam di tangannya

"Mana ada yang berani bully Jennie, yang ada mereka duluan yang kena mental. Lo tau sendiri Jennie kayak apa orangnya, dan belum Lagi Jennie punya banyak pawang. Mereka pasti mikir-mikir dulu mau bully Jennie" ujar Leana angkat bicara yang di setujui Joy

Meski Jennie sudah berubah tapi gadis itu masihlah Jennie, dan semua orang tahu bagaimana ganasnya gadis itu dulu

"Ya tapikan, kita nggak pernah tahu perasaan orang. Kalau udah benci juga bakalan nekat. Mending nyusul aja yuk, gue takut Jennie kenapa-kenapa" usul Keyra yang tak bisa menutupi wajah cemasnya

Namun belum juga beranjak dari sana, segerombolan anggota geng Trevillion datang menghampiri mereka

"Jennie mana?" tanya Angkara to the point, saat melihat tidak ada kekasihnya di sana

"Jennie tadi bilang mau ambil jaket di loker, tapi kita udah nunggu lama tapi Jennie belum balik-balik juga. Kita khawatir Jennie kenapa-kenapa" tukas Keyra masih dengan wajah cemasnya

Angkara menaikan satu alisnya dan langsung pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun. Anggota Trevillion sudah tak heran dengan kelakuan pakboss-nya itu

"Buset, main pergi-pergi aja! Responsnya ngeselin banget sih!" wajah cemas Keyra berubah kesal melihat respon pemuda itu

Sementara yang dicari tengah menekuk tubuhnya dan memeluknya dirinya erat-erat. Jennie menggigit bibit bawahnya mencoba menahan tangisnya agar tak semakin membesar

mau sekuat apapun dia, dia hanyalah manusia biasa, walaupun dunia menjulukinya Antagonis sekalipun

Badannya bergetar, tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Jennie tak tahu kenapa reaksi tubuhnya begini saat melihat isi kotak berwarna merah Yang kini tergeletak itu

Jennie merasa dia tak mempunyai trauma terhadap darah atau bangkai. Tapi melihat reaksi tubuhnya, mungkin Jennifer lah yang mempunyai trauma itu

"Kenapa air matanya nggak mau berhenti..hiks" Jennie mencoba menenangkan dirinya sendiri namun sialnya air matanya tak mau berhenti

Ketakutan itu semakin menggerogoti tubuhnya. Badannya semakin bergetar Jennie bahkan sudah tak mampu berdiri. Jennie bersumpah, saat tubuhnya kembali normal dia akan mencari siapa orang yang berani menerornya seperti ini. Dan memberinya pelajaran setimpal

SANG BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang