Bulan 28 🌙 | ✨ Rasa Penasaranmu Membunuhmu✨

2.5K 397 19
                                    


☁ HAPPY READING ☁
✨Jangan lupa buat tinggalin jejak✨

🔹☁🔹

🔹☁🔹




|Kerja kelompok itu berlangsung di rumah Liam, sungguh Jennie tercengang saat pertama kali masuk rumah Liam. Rumah Liam itu besar dan mewah bak istana, ya walaupun rumahnya sendiri juga tak kalah mewah sebenarnya. Tapi tetap saja, sebagai orang yang pernah tinggal di perumahan kecil dan jauh dari kata mewah. Ini tentu saja membuat Jennie terpukau

Dan saat masuk, rumah mewah itu di dominasi warna putih khas dengan banyaknya atribut kedokteran

Ibu Liam adalah seorang psikolog terkenal dan ayahnya seorang ilmuwan yang bekerja di sebuah rumah sakit terbesar di kota ini sekaligus menjadi rumah sakit terbesar di Indonesia. Dirumah itu juga terpampang banyaknya piala-piala yang diraih kedua orang tua Liam dan sangat berbeda dengan Liam yang lebih tertarik pada bidang olahraga

Suasana rumah Liam menjadi ramai, kerkom menjadi tidak kondusif saat Angkara juga ikut bergabung. padahal pemuda itu berbeda kelas dengan mereka. Tentu saja bukan itu alasan Angkara ikut kerkom itu. Jennie, gadisnya itu harus dijaga dari dua makhluk yang mengincar Jennie

Jennie memijat kepalanya yang pusing, bukan pusing karena banyaknya tugas yang diberikan guru. Melainkan karena ketiga makhluk yang saat ini tengah memperebutkannya

Tatapan tajam saling mereka lemparkan satu sama lain. Bahkan jika ini dalam sebuah komik, mata mereka pasti mengeluarkan laser satu sama lain

"Ngapain sih lo disini!. ganggu aja, lo tuh nggak diajak" cibir Langit dengan nada dingin

Angkara hanya melirik sekilas pemuda dengan tatapan tak minat "Suka-suka gue lah, kan gue udah bilang. Gue kesini cuma mau nemenin cewek gue. agar terhindar dari godaan para saiton-saiton kayak lo pada" balas Angkara tak mau kalah, tangannya tak masih asik memainkan jari-jari Jennie

Mata Langit sudah hendak lepas dari tempatnya karena melotot. Dan Liam yang tak bisa menahan rasa kesalnya. Pemuda yang terkenal ramah itu tak bisa menutupi sifat terpendamnya

"Mending lo pergi dari rumah gue, kalo cuma bikin rusuh. Ganggu pemandangan mata aja" kata sinis itu keluar dari seorang William Aland Zerros, pria yang di kenal ramah se SMA Aksara Bangsa

"Kalau gue pergi, berarti cewek gue juga harus pergi. Kan gue udah bilang beribu kali, gue kesini karena ada cewek gue" Balas Angkara kekeh

"Cewek lo? Kalau mimpi jangan di siang hari. Jelas-jelas Jennie itu cewek gue. Bahkan Jennie sendiri yang nembak gue" ucap Liam juga tak ingin kalah

"Gue malah udah ci-" ucapan Langit terpotong Jennie yang menyela dengan cepat

"Kalian bisa diem nggak!!,  jangan berantem terus. kalian bukan bocah lagi. Dan Langit, Liam mending buruan kerjain tugasnya biar cepet kelar. Dan lo bisa diem nggak tangannya" ucap Jennie memandang mereka bertiga dengan marah

Dan juga menyentak jarinya yang sedari dimainkan Angkara. Langit dan Liam segera patuh dan mulai mengerjakan meski sesekali mencuri pandang kearah gadis  yang tampak menggemaskan saat sedang kesal itu

Dan Angkara sendiri, setelah tidak bisa menggenggam dan memainkan tangan Jennie, kini pemuda gantian memainkan surai hitam gadis itu

Melilitkannya di tangan lalu di lepaskan. Kadang ditarik-tarik kecil. Dia melakukan itu mengurangi kebosanannya saat Jennie tak bisa diajak ngobrol karena sedang serius mengerjakan tugasnya. Diantara mereka hanya Angkara-lah yang tidak mempunyai pekerjaan. Ya karena Angkara memang tak termasuk dalam kelompok itu sebenarnya

SANG BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang