17. Kata Hati

1.9K 319 45
                                    

"Haish. . . Kenapa aku bersikap demikian, mudah-mudah Rio tidak merasa aneh dengan pertanyaan ku tadi" rutuk Seohyun dalam hati, ia sesekali melirik ke arah Rio yang nampak menikmati pemandangan lampu kota dimalam hari dari dalam mobil nya.

Mereka pun tiba di gedung apartemen Rio, pemuda itu menoleh ke arah sang wanita dewasa.

"Nyonya mari. . ."

"Maafkan aku Rio, Kai menunggu ku di rumah, dia pasti belum makan malam, lain kali saja ya" tolak Seo

"Baiklah, terima kasih untuk tumpangan nya, dan hati-hati di jalan nyonya" balas Rio, Seo tersenyum menatap Rio.

Wanita itu tak langsung pergi, ia diam-diam masih menatap Rio dari belakang yang berjalan memasuki lobby gedung apartemen nya.

Ceklek

"Oppa!" Seru ketiga dongsaeng Rio dengan wajah lega nya.

"Oppa dari mana? Kami mengkhawatirkan mu" tanya Yuna sambil memeluk kaki sang kakak laki-laki yang masih berdiri di ambang pintu.

"Dari kantor polisi, maaf membuat kalian cemas"

"Sampai malam begini?" Tanya Somi.

"Tidak, tadi sekalian ke rumah sakit mengunjungi nona Ryujin"

"Kalian belum makan?" Rio merangkul Yuna mendekati meja makan yang sudah terhidang nasi putih dan sayuran.

"Kami menunggu oppa" balas Somi.

"Ayo kita makan kalau begitu"

"Sebentar biar aku hangatkan lagi sayur nya oppa" Somi langsung berdiri dan mengambil sayur masakan nya untuk di panaskan, lalu mereka berempat makan bersama.

Keesokan hari nya, Rio kembali bekerja seperti semula, mengambil dua shiff setiap hari nya demi biaya sekolah Somi, Karina dan Yuna.

Salah satu karyawan SHK, yaitu Luna dari divisi keuangan memesan makan siang dari Javo restauran, dan Rio menitipkan nya di resepsionis, sang pemesan pun turun, untuk membayar dan mengambil nya, Hye Kyo nampak keluar dari lift, ia hendak pergi makan siang, dan berpapasan dengan Rio.

"Madam" panggil Rio, Hye Kyo menghentikan langkah nya.

"Madam, maaf saya lupa untuk mengucapkan terima kasih atas sofa nya" ucap Rio sambil membungkuk berkali-kali.

"Dongsaeng ku sangat menyukai nya" imbuh Rio.

"Bagus jika mereka menyukai nya" balas Hye Kyo

"Semoga bermanfaat untuk kalian"

"Tentu madam"

"Sajangnim" potong Wendy menginterupsi obrolan Hye Kyo dan Rio, karena klien mereka sudah menunggu di restauran tempat mereka akan meeting dan makan siang.

"Aku pergi dulu" pamit Hye Kyo yang paham dengan kode dari sekertarisnya itu.

"Ne madam"

Rio kembali membungkuk hormat, Wendy menatap sengit ke arah Rio sambil menggerutu.

"Kenapa dia tidak melakukan hal yang sama saat aku memesan makanan padanya dulu?" Cibir Wendy kesal, Rio acuh karena tak merasa jika Wendy masih kesal padanya, ia pun kembali ke restauran, dan Tiffany yang baru datang pun melihat nya.

"Aku bawa Rio ya?" Ijin nya pada Jessi, yang datang bersama nya.

"Asal dengan mobil mu, jangan dengan mobil ku" jawab Jessi kesal, Tiffany pun terkekeh.

"Aku datang dengan mu, bagaimana aku bisa pergi dengan mobil ku?" Kesal nya.

"Haish, kamu menyebalkan, besok-besok aku tak akan sudi menjemput mu lagi" gerutu nya turun dari mobil, ia memasuki restauran nya, lalu memanggil Rio untuk menghampiri Tiffany di mobil nya, tanpa curiga, Rio pun menurut.

Tok. . . Tok. . .

Rio mengetuk kaca mobil milik Jessi, Tiffany terkekeh lucu, karena ia pura-pura tak tahu kedatangan Rio.

"Masuklah" ia kembali memasang wajah serius nya, Rio pun memasuki mobil dan duduk dibangku depan, Tiffany kemudian melajukan mobil nya meninggalkan restauran.

"Kemarin kamu kemana?" Selidik Tiffany.

"Ke kantor polisi nyonya"

"Kamu terlibat masalah?" Kaget Tiffany.

"Tidak, bukan saya nyonya, saya hanya menjadi saksi" jelas Rio.

"Bagus lah, jangan macam-macam, kamu masih punya tiga dongsaeng yang semua nya tergantung pada mu" pesan Tiffany.

"Yaa nyonya"

"Kita kemana?" Bingung Rio.

"Makan siang" jawab Tiffany singkat, ia merasa rindu karena beberapa hari tak bertemu, sebab ia menemani sang suami pulang ke Thailand, dan saat ia kembali kemarin, Rio malah ijin dari pekerjaan nya.

Mereka lalu memasuki sebuah restautan mewah di sebuah hotel bintang lima The Horvejkul, Rio terbengong melihat gedung megah bertingkat yang biasanya hanya ia lewati dengan tatapan kagum.

"Ayo masuk" ajak Tiffany, ia mengikuti sang wanita dari belakang, seluruh staff hotel pun membungkuk hormat menyapa Tiffany, karena ia adalah istri pemilik hotel, tapi Rio tak menyadari itu, karena ia sibuk mengagumi interior dan bangunan hotel yang begitu mewah, mereka pun duduk, menunggu seorang pelayan untuk mencatat pesanan mereka, Tiffany memainkan ponsel nya, setelah memesankan makan siang untuk Rio saja, karena ia sudah makan dengan Jessi sebelum ke restauran Javo tadi.

To Oppa:
Oppa, aku sudah membawanya ke restauran, turunlah

From oppa:
Wait a minute

Tak sampai sepuluh menit, Nickhun pun turun dan memasuki restauran di hotel nya.

"Fanny-ahh" sapa nya menghampiri meja sang istri.

"Oppa" sambut Tiffany, ia berlagak seolah mereka adalah orang asing.

"Kenalkan oppa, ini Rio"

"Dan Rio, oppa adalah kakak tingkat ku saat kuliah dulu" ujar Tiffany mengenalkan kedua nya, Rio pun lalu berdiri.

"Saya Rio, tuan" ia membungkuk hormat, sambil menjabat tangan kanan Nickhun.

"Aku Nickhun, senang bertemu dengan mu" suami Tiffany itu menepuk lengan Rio, pesanan pun tiba, mereka lalu duduk bersama.

"Nyonya, kenapa hanya satu?" Tanya Rio bingung.

"Aku sudah makan dengan Jessi tadi, kamu makan lah" jawab Tiffany, Rio tentu merasa tak enak, karena yang lain hanya memesan minuman saja.

"Makan lah, jangan pikirkan kami, santai saja" ujar Nickhun, Tiffany memesankan Rio satu porsi Swedish meatball dan segelas lemon squash yang cocok untuk menghilangkan aroma masakan yang tertinggal di mulut usai menyantap bola daging yang disajikan dengan kuah krim dan kentang tumbuk.

"Makan lah, jangan pikirkan kami, santai saja" ujar Nickhun, Tiffany memesankan Rio satu porsi Swedish meatball dan segelas lemon squash yang cocok untuk menghilangkan aroma masakan yang tertinggal di mulut usai menyantap bola daging yang disajika...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio lalu mulai menyantap makanan nya sambil menunduk.

"Berapa usia mu?" Tanya Nickhun

"Dua puluh dua tahun tuan" jawab Rio setelah menelan makanan nya, Tiffany hanya diam memperhatikan kedua nya, ia sengaja mempertemukan Rio dan Nickhun atas permintaan sang suami yang ingin tahu sosok yang di ceritakan sang istri dan mampu menarik perhatian nya, Rio yang lugu dan polos, tentu tak curiga dengan Nickhun yang terus mencerca nya dengan pertanyaan seputar kehidupan pribadi nya.

#TBC

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang