86. Hak Dan Kewajiban

1.6K 267 130
                                    

"Yaa, aku mendengar mu" kode Irene agar Rio melanjutkan ucapan nya, pemuda itu mengambil tempat duduk di samping ranjang Irene, tangan kiri nya menggendong sang putri, sedangkan tangan kanan nya menggenggam tangan Irene.

"Sebelum nya, aku meminta maaf, atas apa yang ku lakukan pada mu malam itu, dan aku juga minta maaf karena tidak bisa mendampingi noona dalam masa kehamilan Winter" Rio mengusap-usapkan ibu jari nya di punggung tangan Irene.

"Dan terakhir, aku meminta maaf karena tidak bisa menikahi noona" kedua nya terdiam sejenak.

"Tapi aku berjanji, akan memenuhi tanggung jawab ku sebagai ayah kandung Winter, dan tak akan menuntut hak asuh, kita bagi sama adil, ijinkan aku ikut merawat dan membesarkan nya, biarkan dunia tahu jika aku adalah ayah nya, dan bebas bertemu kapan pun aku mau atau kapan pun Winter menginginkan nya" lanjut Rio, Irene mengusap air mata nya, mendengar permintaan Rio.

"Aku sudah kehilangan satu anak ku noona, tolong jangan pisahkan kami, bagaimana pun, ada darah ku yang mengalir di tubuh nya" mohon Rio, Irene mengangguk lirih, entah apa yang membuat nya menangis, karena ia pun juga sebenarnya tak menginginkan pernikahan, tak masalah jika Winter harus hidup tanpa ayah, tapi mendengar penuturan Rio yang begitu lembut dan penuh kasih sayang, membuat ia tak bisa menahan air mata nya.

"Terima kasih noona, apa yang kita lakukan mungkin salah, tapi aku tak pernah menyesali kehadiran Winter diantara kita" ucap Rio.

Winter nampak mulai menggeliat, digendongan Rio

"Seperti nya dia mulai lapar" ujar Rio

"Bisa bantu aku duduk?" Pinta Irene

"Tunggu sebentar" Rio menidurkan Winter di box bayi, lalu membantu Irene duduk bersandar tumpukan bantal yang Rio tata untuk nya.

"Asi ku belum keluar" Irene menatap cemas pada Rio.

"Okey, aku tanyakan pada suster lebih dulu" pamit Rio, tak sampai lima menit, Rio sudah kembali sambil membawa washlap kering, dengan wajah bingung, dan gelisah.

"Bagaimana?" Tanya Irene, Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Rio"

"Eennggg. . ." Pemuda itu berpikir keras untuk menyusun kata-kata nya.

"Apa?" Irene mulai tak sabar dan penasaran.

"Suster tadi mengatakan jika itu" jelas Irene menunjuk ke arah payudara Irene dengan telunjuk nya, wanita itu langsung menyentuh dada nya sendiri.

"Ini?" Tanya nya tak mengerti, Rio langsung mengalihkan tatapan nya sambil mengangguk.

"Harus di kompres dengan air hangat, menggunakan ini sambil di remas, agar asi nya keluar" lanjut Rio menunjukan washlap ditangan kanan nya, mereka terdiam dalam situasi yang canggung.

Ceklek

Joy dan Jaehyun datang dari kantin, Rio langsung menoleh.

"Noona, aku serahkan masalah ini pada mu" Rio mengulurkan washlap tadi pada Joy, yang menerima nya dengan wajah bingung penuh tanya, Rio menarik lengan Jaehyun keluar dari kamar.

Joy terbahak mendengar cerita Irene, setelah Rio dan Jaehyun keluar.

"Kalian ini lucu sekali" heran Joy, ia lalu masuk ke kamar mandi dan membasahi washlap tadi dengan air panas dari kran.

"Lakukan sendiri unnie" Joy menyerahkan washlap basah tadi pada Irene, ia lalu mulai mengompres dada kiri dan kanan nya sambil di pijat, Rio mungkin salah memilih kosa kata yang membuat nya terkesan mesum, jadi kedua nya terjebak dalam situasi canggung dan salah tingkah, Irene melakukan nya beberapa kali, dan benar, air susu nya mulai menetes.

"Joy, tolong bawa Winter kemari, dia seperti nya mulai lapar" pinta Irene, dan Joy pun menggendong Winter agar di susui oleh mama nya, bayi mungil itu berusaha untuk menyusu, awal nya kesulitan memang, karena masih awal-awal, tapi setelah kenyang ia malah buang air kecil, Joy keluar untuk memanggil perawat.

"Apa yang terjadi?" Panik Rio memasuki kamar Irene kembali.

"Popok Winter basah, Joy memanggil perawat untuk mengganti nya" jelas Irene, Rio menunggui sang putri yang sedang di ganti baju dan popok nya, ia mengambil baju kotor Winter dan menghirup aroma bayi nya dalam-dalam.

"Aku akan membawa nya ke camp" ujar Rio mengantongi baju mungil sang putri.

"Untuk apa?" Heran Joy.

"Pengobat rindu saat aku kangen dengan nya nanti" balas Rio, Irene tersenyum sambil menggeleng dengan tingkah Rio, setelah di ganti baju dan popok nya, ia kembali menggendong Winter, menimang sambil mengecupi pipi nya, mengusap-usapkan hidung nya ke hidung sang putri, sambil tersenyum tak jelas.

"Aku harus kembali ke camp militer, waktu ku habis" pamit Rio, Irene mengangguk, berat rasanya meninggalkan anak yang baru lahir ke dunia, tapi tugas negara sudah menunggu, jadi Rio harus kembali.

"Daddy pasti akan merindukan mu" ucap nya pada sang putri.

"Noona, terima kasih sudah menemani Irene noona" pamit Rio pada Joy.

"Ya oppa, sudah tugas ku sebagai dongsaeng nya" balas Joy.

"Irene Noona, ini Jaehyun, teman satu kamar ku, kami harus pamit" pamit Rio.

"Hay noona, aku Jaehyun"

"Aku Irene, terima kasih sudah mengantar daddy nya Winter datang"

"Dengan senang hati noona" Jaehyun memberi hormat.

"Daddy pergi dulu sayang, jaga mama ne dan jangan nakal" Rio mengecup kepala sang putri sebelum pergi.

Ia juga telah melunasi biaya persalinan Irene, meski wanita itu jauh lebih kaya dari Rio, tapi ia tak mau lepas tanggung jawab, sebab Winter adalah darah daging nya.

"Sekarang giliran madam, aku harus mengakui perbuatan ku pada nya" ucap Rio dalam perjalanan pulang nya bersama Jaehyun.

"Yaa, jadi lah pria yang hebat" balas Jaehyun.





Tak ada persahabatan yang tanpa melibatkan perasaan di antara dua orang lawan jenis yang sudah sama-sama dewasa.





#TBC

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang