95. Yakin

1.5K 258 62
                                    

Rio kembali ke caffe tempat Ryujin menunggu nya tadi, ia masuk dan tersenyum paksa menatap calon putri sambung nya itu.

"Ayo pulang" ajak nya, Ryujin langsung berdiri, Rio hendak meraih tas berisi perhiasan dari Ryujin tapi gadis itu lebih dulu menyahut nya, Rio mengerutkan kening nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo pulang" ajak nya, Ryujin langsung berdiri, Rio hendak meraih tas berisi perhiasan dari Ryujin tapi gadis itu lebih dulu menyahut nya, Rio mengerutkan kening nya.

"Oppa yakin?"

"Mumpung belum terlambat, jika oppa ingin berubah pikiran" Ryujin tahu, jika Rio seperti sedang dilema sekarang, Rio menggeleng, ia tetap mengambil alih paper bag tadi, dan berjalan keluar di ikuti Ryujin.

"Papa, Ryujin ingin beli itu" gadis itu berusaha menggoda Rio untuk mencairkan suasana, dan berhasil, Rio tertawa lebar sambil menutup kedua matanya dengan tangan kanan nya, ia salah tingkah dengan kelakuan random Ryujin.

"Ayolah papa, aku ini anak mu juga sekarang" Ryujin pura-pura merajuk sambil menarik-narik tangan kiri Rio yang tak bisa menahan tawa nya, ia akhir nya menurut saja saat Ryujin meminta untuk di belikan churros, mereka berjalan menuju ke parkiran mobil sambil menggigit churros masing-masing.

Mereka pulang dengan menjemput Yuna lebih dahulu ke KIS, setelah di rumah ia pamit akan mengunjungi Winter, dan ia pun melajukan mobil nya ke rumah miss Bae.

"Winter, daddy datang" seru Rio begitu memasuki rumah Irene, wanita itu turun sambil menggendong putri nya yang menangis, dan tak bisa diam.

"Hey, kenapa Winter menangis?" Tanya Rio, ia menyambut Irene di tangga bawah lalu mengambil alih sang putri dan menggendong nya.

"Aku tidak tahu, aku habis menyusui nya, ku pikir dia mengantuk, tapi dia malah menangis dan tak bisa diam" jelas Irene cemas, Rio lalu menggendong Winter dengan posisi berdiri lalu menepuk-nepuk lembut punggung nya, dan winter langsung bersendawa.

"Ah rupa nya karena ia tak bisa bersendawa tadi" lega Irene

"Sudah enakan perut nya baby girl?" Tanya Rio pada sang putri, ia lalu menimang nya dan Winter menopangkan dagu nya di bahu kanan sang ayah sampai tertidur, ia memang masih banyak tidur, bisa 3 sampai 4 kali dalam sehari.

"Dari mana?" Tanya Irene, ia kembali dari dapur untuk mengambilkan air minum bagi Rio.

"Jalan-jalan menemani Ryujin, sekalian menjemput Yuna"

"Aku rindu Yuna"

"Minggu nanti aku antar dia kemari"

"Aku tunggu"

"Sudah makan?"

"Belum"

"Aku ambilkan"

"Aku tidak lapar"

"Pasti ada yang dipikirkan"

"Iya, Winter"

"Winter baik-baik saja"

"Tidak, bukti nya dia tadi menangis saat aku datang"

"Dia hanya tidak bisa bersendawa dan aku tidak tahu akan hal itu" jelas Irene yang sebentar lagi seperti nya akan emosi, karena Rio terus menggoda nya.

"Jangan membuatku emosi, aku tahu kamu tidak baik-baik saja, wajah mu tidak bisa bohong" acuh Irene, ia sambil menyiapkan box bayi Winter, dan mengambil sang putri dari gendongan Rio untuk di baringkan agar lebih nyaman tidur nya.

"Noona tidak ke sekolah lagi sekarang?" Tanya Rio mengalihkan obrolan.

"Tidak, Winter dengan siapa nanti?" Jawab Irene

"Dengan ku lah"

"Aku tidak percaya dengan mu"

"Hey, aku ayah nya" protes Rio.

"Aku tidak bilang dia bukan putri mu" balas Irene, Rio mendengus kesal, merasa kini Irene lah yang menjahili nya, ia sudah bersiap hendak membalas tapi Irene langsung mengangkat telunjuk kana nya.

"Aku belajar dari mu, bagaimana rasa nya di jahili?" Irene tersenyum menang, Rio mengurungkan niat nya, karena ia selama ini yang selalu menggoda Irene.

"Aku kesal pada noona" Rio menyilangkan kedua tangan nya di dada, Irene terkekeh lucu menatap pria yang duduk di samping nya itu.

"Sebenarnya kamu bukan kesal pada ku, tapi pada masalah yang sedang kamu hadapi" tebak Irene benar, kali ini ia serius tak bercanda lagi, Rio langsung menjatuhkan kepalanya di bahu kanan Irene.

"Yaa, aku bertemu dengan nyonya Seo hari ini cerita Rio" cerita Rio

"Lalu?"

"Dia telah bercerai dari suami nya"

"Jangan katakan jika kamu bimbang pada madam Kyo sekarang" tebak Irene lagi, ia kesal sekarang dan mendorong kepala Rio dari bahu nya.

"Astaga, noona, aku bahkan belum berkata apa-apa" protes Rio.

"Aku tahu sakit nya di tinggalkan oleh orang yang aku cintai Rio, madam sudah berkorban dan berjuang untuk mu selama ini, aku tak terima jika kamu menyakiti nya" tak salah Irene membela Hye Kyo, karena wanita itu dengan kebesaran hati nya membawa dongsaeng-dongsaeng Rio mengunjungi Winter, tidak pernah memperlakukan Irene dengan buruk meski tahu ia meniduri pria yang di cintai nya, level mencintai Hye Kyo tidak sama dengan wanita pada umum nya, ia begitu pandai bersikap dan menutupi semua nya dari para pesaing nya.

"Dia wanita yang hebat, tak hanya peduli pada saudara mu, tapi juga pada anak mu, dia datang bersama putri nya, seminggu setelah Winter lahir, dan  Karina, Somi dan Yuna, pun ikut serta, membawakan begitu banyak hadiah untuk putri mu, jika aku di posisi nya, belum tentu aku bisa menerima kehadiran Winter, yang ada aku pasti akan marah"

"Dia tidak bercerita pada ku kalau mereka mengunjungi noona" kaget Rio tak percaya.

"Sudah ku katakan bukan, level madam Kyo dalam mencintai mu itu berbeda, aku sangat menghormati nya, bukan karena ia lebih dewasa, tapi juga dari sikap dan sifat nya yang aku lihat selama ini" lanjut Irene, Rio tersenyum tak jelas mendengar cerita ibu kandung Winter itu, yang tak cemburu karena ia memang tak mencintai Rio, dan hanya bersahabat saja.

"Mau kemana?" Tanya Irene pada Rio yang tiba-tiba langsung berdiri

"Pulang" jawab Rio acuh.

"Ish, selalu saja tiba-tiba datang dan pergi" dengus Irene kesal.


Rio di serang rasa rindu pada madam Kyo, setelah mendengar cerita Irene, bukan karena ia bimbang, tapi dari awal, Ia sudah mantap menjatuhkan pilihan pada Hye Kyo, Rio hanya merasa kesal sendiri saja, bukan karena dilema.


#TBC

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang