40. Posesif

2.2K 309 48
                                    

"Entah aku harus iba atau kagum pada Rio, bagaimana bisa dia menangani empat wanita dewasa yang berbeda?" Gumam Jisoo heran, setelah Rio pulang.

"Menangani?" Ulang Seulgi ambigu.

"Maksud ku mendengarkan permasalahan mereka, jangan berpikir terlalu jauh" balas Jisoo sambil meraup wajah beruang bodoh itu, Sean pun terbahak.

Rio kembali ke apartemen nya, duduk sambil menonton tv sendirian.

Kriinggg. . .

Tiffany menghubungi nya.

"Hallo"

"Kenapa pesan ku tidak ada yang di balas? Kemana semalam? Aku menunggumu. . . " Tiffany mulai menunjukan sikap posesif nya.

"Saya datang, terlambat memang, tapi nyonya sudah pergi"

"Sekarang kamu di mana? aku akan kesana"

"Jangan sekarang nyonya, dongsaeng-dongsaeng saya sedang dalam situasi yang tidak baik, tolong beri saya waktu"

"Baiklah"

"Tapi, besok kamu harus menemui ku"

"Iya nyonya"

Keesokan hari nya, Rio masuk shiff pagi, dan Tiffany sudah meneror nya dengan menagih sebuah pertemuan pada Rio.

"Saya di apartemen nyonya" beritahu Rio lewat sambungan telpon pada Tiffany, tak sampai dua puluh menit kemudian. . .

Tink tonk

Rio pun membuka pintu apartemen nya

Ceklek

Seorang wanita nampak berdiri dengan wajah sendu nya menatap ke arah Rio.

"Aku rindu, apa sesulit itu jika hanya sekedar ingin bertemu? Atau kamu sengaja ingin menghindari ku?" Cerca Tiffany dengan suara bergetar, Rio menggeleng, ia tak menyadari perubahan sikap Tiffany yang menjadi posesif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku rindu, apa sesulit itu jika hanya sekedar ingin bertemu? Atau kamu sengaja ingin menghindari ku?" Cerca Tiffany dengan suara bergetar, Rio menggeleng, ia tak menyadari perubahan sikap Tiffany yang menjadi posesif.

"Masuk lah nyonya" Tiffany pun kemudian melangkah masuk, begitu pintu tertutup, ia langsung memeluk Rio, dan mulai bertingkah nakal dengan menggerayangi tubuh Rio yang tentu saja merasa tak nyaman.

"Nyonya" Rio berusaha melepas tangan Tiffany.

"Jangan panggil nyonya, kita hanya berdua" kesal Tiffany.

"Ya ya noona, bisa kah kita tidak harus bercinta setiap kali bertemu?" Tanya Rio, yang tidak bisa memilih kata-kata yang tepat karena keluguan nya, Tiffany langsung terdiam, matanya berkaca-kaca menatap Rio karena merasa di tolak dengan kasar.

"Oh no" batin Rio, Tiffany langsung berjalan cepat menuju ke sofa, menjatuhkan diri dan mulai terisak, Rio pun menyusul nya.

"Tolong jangan salah mengartikan kata-kata ku" mohon nya, Tiffany merebahkan dirinya diatas sofa, memunggungi Rio sambil menangis.

"Aku bukan nya tak mau melakukan nya dengan mu, tapi aku juga kadang ingin hanya sekedar bermesraan dengan mu seperti ini" jelas Rio, ia ikut berbaring di belakang Tiffany dan memeluk wanita itu dari belakang.

Cup

Rio mengecup pipi kiri Tiffany, yang tangis nya langsung mereda, dalam hati ia tersenyum, membenarkan kata-kata Rio, karena justru apa yang Rio lakukan pada nya sekarang begitu manis untuk Tiffany dan ia pun menikmati nya, di manjakan oleh lawan jenis, yang tak pernah ia dapat dari sang suami, selain uang.

"Bukan kah seperti ini juga menyenangkan?" Tanya Rio, Tiffany lalu memutar tubuh nya, menghadap Rio dan bersembunyi di dekapan pemuda itu, ia mengusap kasar air matanya sendiri, lalu mengangguk menjawab pertanyaan Rio dan memeluk pinggang nya.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Rio perhatian, tangan nya sambil mengusap-usap rambut Tiffany, sebagai oppa yang memiliki tiga yeojadongsaeng, tentu ia tahu harus bagaimana menghadapi kemarahan seorang wanita.

"Aku rindu" jawab nya dengan suara serak.

"Aku sudah disini kan, jangan marah-marah lagi" Tiffany tak menjawab, ia terdiam menikmati perhatian dan perilaku Rio pada nya.

"Oppa akan ke Australia selama seminggu, aku harus menemani nya, tapi aku tersiksa jika berjauhan dengan mu" akhir nya Tiffany mengaku.

"Tapi sebagai istri, sudah menjadi keharusan untuk menemani nya" bujuk Rio

"Bagaimana jika aku ingin bertemu dengan mu?" Rengeknya manja.

"Kamu bisa menelpon ku"

"Aku suka kamu yang seperti ini, tidak kaku, tetaplah begini meski diluar sekalipun"

"Aku tidak bisa janji" jawab Rio.

"Harus" paksa Tiffany, ia mulai merasa nyaman dengan skin shipp nya bersama Rio, tak harus bercinta untuk mengobati rasa rindu, karena ternyata dengan berpelukan sambil melakukan obrolan serius pun juga menyenangkan, ia tak ragu untuk memeluk Rio dari belakang saat pemuda itu tengah menikmati camilan nya sambil menonton tv, menopangkan dagunya di bahu kanan Rio dan menghirup aroma tubuh nya.

"Aww. . . Noona" Rio terjengkit sambil memegangi leher nya, bekas gigitan Tiffany, ia menoleh menatap penuh tanya.

"Wajah serius mu membuatku gemas" kekeh Tiffany merasa tak bersalah, Rio kembali fokus menatap layar tv.

"Biar aku obati" ucap nya, ia kemudian mengecupi leher Rio tepat di bekas gigitan nya tadi.

Menjelang sore, Tiffany pun harus pamit, karena sebentar lagi Yuna, Somi dan Karina akan segera pulang dari sekolah, dan ia sendiri juga harus sudah di rumah saat Nickhun datang dari kantor nya.

"Hati-hati" pesan Rio di ambang pintu apartemen nya, Tiffany mendekatkan bibir nya ke arah Rio sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuk nya di bibir, meminta ciuman pada Rio.

"No" tolak Rio, Tiffany langsung cemberut.

Cup

Rio mengecup kening wanita itu yang langsung tersenyum lebar.

Sementara di kantor SHK Magazine, Hye Kyo tengah menerima telpon dari Hyoyeon.

"Hallo"

"Hallo, unnie aku sudah mengembalikan uang dari mu"

"Kenapa di kembalikan? Kurang?"

"Bukan begitu unnie, pemuda yang kamu bawa kemarin malam, dia bukan anak ku, aku tak tahu dia siapa"

Deg

Penjelasan Hyoyeon membuat tubuh Hye Kyo membeku, ia ternyata salah sangka, dan kini ia pasti akan merasa malu jika bertemu dengan Rio nanti nya, karena mengira ia adalah pria bayaran seperti umum nya, karena dia sendiri juga baru pertama kali nya ikut serta jadi belum bisa membedakan.

#TBC

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang