66. Iya

1.4K 281 91
                                    

Irene membawa Rio menjauhi meja mereka, dan meninggalkan utusan Nickhun di sana.

"Kamu harus bertanya dulu Rio, apa kamu tidak curiga, seorang suami yang istri nya main belakang dengan mu, lalu tiba-tiba membawa istri nya kabur, dan setelah sekian bulan datang lagi untuk memberi mu warisan, motif nya apa? Kamu harus tahu, jangan asal terima, tanyakan apa pun yang ingin kamu ketahui, pelajari isi perjanjian nya, baru kamu pikirkan" nasihat Irene, ia sedikit kesal karena Rio nyaris saja menandatangani surat tadi, keluguan dan kepolosan nya kadang berbahaya bagi diri nya sendiri nya, Rio nampak berpikir keras.

"Bagaimana kalau ternyata si suami sakit keras dan surat itu berisi persetujuan untuk mendonorkan organ vital mu? Kamu tidak takut? Di rumah masih ada tiga dongsaeng yang membutuhkan mu Rio" lanjut Irene.

"Baiklah" jawab Rio, mereka pun akhir nya kembali ke meja tadi.

"Maaf jika kami butuh waktu bicara, yang membuat saya penasaran, kenapa saya yang menerima nya?" Tanya Rio, Jay Park menghela nafas.

"Jadi begini, semua keluarga besar tuan Nickhun Horvejkul, berada di Thailand, begitu juga dengan nyonya Tiffany, keluarga nya berada di Amerika, mereka tidak punya keturunan, dan sekarang menetap di negara asal tuan besar, jadi rumah itu tidak ada yang menempati, dan atas persetujuan tuan besar yang di desak oleh nyonya Tiffany, akhir nya rumah itu di wariskan pada anda, yang memiliki saudara tiga orang saudara perempuan, dan butuh tempat layak untuk tinggal bukan" jelas sang pengacara panjang lebar.

"Kenapa tidak di jual saja?" Jay Park mengepalkan tinju nya, kesabaran nya mulai menipis karena Rio tak kunjung menandatangani dan malah banyak bertanya, sang pengacara tersenyum paksa.

"SUDAH TANDA TANGANI SAJA APA SUSAH NYA!? ORANG MISKIN SEPERTI MU TAHU APA SELAIN UANG? SUDAH BAGUS NICKHUN MASIH MEMIKIRKAN RUMAH UNTUK MU, TAPI KAMU MALAH TERLALU BANYAK BICARA" Hardik Jay Park, Rio dan Irene pun terkejut bukan main, seluruh pengunjung menatap terganggu kearah mereka.

"APA RUMAH ITU MASIH KURANG? MAU MOBIL? BAIK AKU BERIKAN, DAN CEPAT TANDA TANGANI SURAT SIALAN ITU?!"

Wajah Rio langsung memerah, ia marah merasa harga diri nya di injak-injak, ucapan Jay Park melukai perasaan nya, dan ia mulai percaya dengan perkataan Irene, ini terlalu mencurigakan, karena ia terkesan di paksa, dan Jay Park meremehkan Rio karena pemuda itu awal nya hampir tergoda.

"Harga diri ku tak sebanding dengan harta kalian, bawa pulang saja, aku tak sudi menerima nya, kalian orang kaya, selalu berfikir bahwa orang-orang seperti kami mudah di beli, gunakan saja uang mu untuk mengisi kepala kalian" ejek Rio angkuh, ia lalu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar minuman mereka.

"Ayo kita pulang" ajak nya pada Irene.

"Tunggu tuan" sang pengacara bingung hendak menahan Rio, dan Jay Park pun makin marah karena ada yang berani melawan nya, di tambah Rio bahkan yang membayar kopi mereka.

"Kamu mengacaukan semua nya" keluh pengacara Choi putus asa.

Nafas Rio naik turun, karena saking marah nya, emosinya sampai di ubun-ubun, Irene meraih tangan kanan Rio, menggenggam nya lalu memberi remasan-remasan kecil untuk menenangkan nya dan Rio mengambil satu tarikan nafas panjang memudian menghembuskan nya.

"Mereka membuatku muak" gumam Rio.

Dan pengacara Choi tak menyerah, tapi kali ini tanpa Jay Park, dia terus mencari keberadaan Rio, bahkan sampai ke Javo restauran, tapi keputusan Rio tetap sama, ia menolak nya.

"Ahjusahi itu datang lagi" tunjuk Seulgi pada pengacara Choi.

"Sebenarnya apa yang ia mau dari mu?" Tanya Sean, Rio lantas menceritakan nya pada Sean, Seulgi dan Jisoo, mereka pun juga sama curiganya.

"Kenapa dia memaksa sampai mengikuti mu seperti ini?" Bingung Jisoo, Rio menggedikan bahu nya, tak tahu menahu

"Atau jangan-jangan kamu menghamili istri nya" celetuk Seulgi tanpa dosa, Rio, Sean, dan Jisoo pun langsung menatap nya tajam.

"Hehe. . . Aku hanya bercanda" nyali Seulgi langsung menciut.

"Bisa jadi, dan dia ingin membungkam mu agar tak menuntut atas anak yang dilahirkan nyonya Tiffany nanti" tebak Sean tepat.

"Sebaiknya kamu tanyakan kebenaran itu Rio, kamu tidak penasaran?" Jisoo yang biasanya pendiam, kini mulai ikut penasaran, Rio termakan omongan sahabat-sahabat nya itu, ia pun segera berdiri dan berjalan menghampiri pengacara Choi, yang tersenyum menang karena pemuda itu akhirnya mau menemui nya.

Set

"Katakan, apa nyonya Tiffany sedang mengandung sekarang?" Tanya Rio sambil mencengkeram kerah baju pengacara Choi.

"D-dengar dulu"

"IYA ATAU TIDAK?" teriak Rio tak sabar.

"Iya" pasrah pengacara Choi, Rio melepas cengkeraman nya.

"Aku akan menghubungi mu nanti" ujar nya, setelah mebgambil kartu nama sang pengacara dari kantong kemeja nya, ia kembali dengan langkah gontai, merasa gelisah, juga cemas, Sean meremas bahu Rio, menghibur sahabatnya itu, Seulgi menepuk-nepuk punggung nya, tanpa berkata apa-apa, mereka sudah tahu jawaban nya, hanya dengan melihat reaksi Rio.

Sepulang bekerja, Rio malah menuju ke rumah Irene, sebab Yuna sudah di apartemen bersama Karina dan Somi, bibi Park sedang berbelanja dengan kedua asisten nya, jadi Irene sendirilah yang membuka kan pintu untuk Rio, ia tak terkejut dengan kedatangan teman nya itu, justru wajah sendu nya yang membuat ia penasaran.

"Kamu benar, mereka punya motivasi, Tiffany mengandung anak ku" kata Rio tanpa menunggu Irene bertanya, wanita itu langsung memeluk Rio yang nyaris menangis, ia tahu perasaan yang menghinggapi nya seperti apa, sebab Irene pernah berada di posisi Rio, yang pasti bakal merasa takut, cemas, khawatir, was-was, penasaran tapi juga bahagia, semua jadi satu.

"Ayo kita bicarakan di dalam" ajak nya menuntun tangan Rio ke ruang tamu.

#TBC

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang