80. Pamit

1.5K 268 29
                                    

Rio menghela nafas, sudah dua hari ini dia tidak bisa tidur, memikirkan keputusan nya yang sudah tidak bisa di ganggu gugat, ini adalah hari terakhir nya, dan Fabio akan menjemput nya nanti, sementara di rumah Hye Kyo, kesibukan terjadi seperti biasanya, Ryujin yang masih memakai baju tidur nampak tengah menyisir rambut Yuna yang akan ia ikat dua dengan pita, ia duduk di bangku meja makan, dan Yuna berdiri di depan nya, sementara Somi sedang sibuk mengikat sepatu nya, madam tersenyum menatap kesibukan yang baru kali ini ia lihat di rumah nya.

"Unnie" Karina membawa sebuah ikat rambut mendekati Somi, meminta untuk diikatkan rambut nya.

"Sebentar, unnie selesaikan ini dulu" jawab Somi.

"Kemarilah, biar madam ikatkan" Hye Kyo mendekati Karina dan mengambil alih ikat rambut tadi.

"Gumawo madam" ucap Karina, setelah semua siap, mereka pun sarapan bersama.

"Yuna mau makan nasi atau roti?" Tanya madam perhatian.

"Nasi madam, hari ini Yuna ada pelajaran olah raga, jadi butuh banyak energi" jawabnya tersenyum lucu.

"Baiklah, makan yang banyak ne" Hye Kyo melayani si bungsu, yang lain mengambil sendiri.

"Kamu juga butuh tenaga sayang, terima kasih sudah membantu mommy"  bisik Hye Kyo sambil meletakan sepotong daging ayam ke dalam piring Ryujin, sang putri terdiam, merasa terharu dengan perhatian sang mommy.

Sore nya, Fabio menjemput Rio ke villa, untuk langsung ia bawa ke rumah madam Kyo, wanita itu sudah menunggu nya, dan menyambut dengan senyum lebar.

Tak lama, Ryujin pun datang, bersama Somi, Karina dan Yuna, mereka baru pulang dari kegiatan belajar nya, Rio tersenyum mendengar suara Yuna yang dominan menceritakan kegiatan nya di sekolah hari ini.

"OPPA!" Jerit nya histeris melihat Rio dan madam Kyo duduk di sofa ruang tamu, Somi, Karina dan Ryujin pun mematung, saking kaget nya melihat oppa satu-satu nya yang mereka rindukan akhir nya pulang.

Bruk

Yuna langsung memeluk Rio erat-erat.

"Yuna rindu oppa" ujar nya di dekapan Rio.

"Oppa juga" balas nya, Karina dan Somi pun ikut menghambur ke pelukan Rio, untuk melepas kerinduan mereka, Hye Kyo dan Ryujin pun ke kamar masing-masing dan memberi kesempatan pada Rio untuk berbicara dan bercanda bersama.

"Oppa kemana saja? Kenapa lama sekali pergi nya?" Cerca si bungsu.

"Kelas sebelas nanti, Somi ingin mengambil jurusan ipa oppa"

"Oppa mendukung mu, belajar yang rajin lagi ne" Rio mengusap-usap kepala Somi.

"Sekolah mu bagaimana sayang?" Rio mengalihkan tatapan nya pada Karina, si tengah.

"Karina ingin masuk di tempat unnie belajar sekarang, oppa" lirih nya kurang percaya diri, karena ia memang sedikit tertinggal di banding Somi, meski Karina juga murid yang cukup pandai sebenar nya.

"Berusahalah, semangat dan belajar yang rajin, soal biaya, oppa yang pikirkan nanti"

"Sekarang kalian bersihkan diri dulu, dan oppa tunggu disini" ujar Rio.

"Baik oppa" ketiga nya pun segera ke kamar masing-masing, Hye Kyo menghampiri Rio.

"Jadi?"

"Keputusan ku sudah final" jawab Rio, di usia delapan belas, sampai dua puluh tahun, setiap remaja laki-laki di Korea Selatan memang akan mendapatkan surat panggilan untuk melaksanakan wamil, tapi mereka di beri kesempatan untuk menunda nya sampai usia dua puluh delapan atau tiga puluh tahun, setelah itu mereka di haruskan untuk ikut wajib militer, jika Rio ingin melaksanakan kewajiban nya, ia tinggal mendaftar dan melakukan test medis, jika lolos ia akan masuk ke barak langsung untuk pelatihan singkat sebelum terjun langsung ke medan.

Terdengar suara langkah kaki para gadis muda yang sudah mandi, termasuk Ryujin, ia tersenyum menyapa Rio.

"Nona, terima kasih sudah menjaga dongsaeng-dongsaeng ku" ucap Rio sungkan.

"Tidak masalah oppa, aku jadi tidak kesepian lagi berkat mereka" balas Ryujin.

"Iya, dia jadi betah di rumah" imbuh Hye Kyo.

"Nyonya, makan malam sudah siap" beritahu ahjuma pelayan di rumah madam Kyo

"Ayo kita makan bersama" ajak Hye Kyo.

"Oppa, ayam goreng ini kesukaan Yuna" tunjuk si kecil berpromosi.

"Benarkah? Pasti enak" balas Rio.

"Tentu oppa, Yuna ambilkan untuk oppa" si bungsu mengambilkan paha ayam goreng kesukaan oppa nya, yang lain sibuk sendiri dengan makan nya, Rio pun menggigit ayam nya.

Deg

Ingatan nya kembali pada Seohyun, yang sering membuatkan ayam goreng kesukaan nya, Rio terdiam sejenak.

"Kamu baik-baik saja?" Tegur Hye Kyo yang curiga karena Rio terdiam untuk beberapa saat.

"Ah iya, ayam goreng ini enak sekali" Rio pura-pura tersenyum.

Selesai makan malam, Rio masih menyempatkan untuk membantu Yuna belajar, sampai si bungsu tertidur di pangkuan oppa nya, di ruang tamu, Hye Kyo pun menyusul nya, duduk tepat di samping Rio.

"Besok aku akan mendaftar wajib militer, dan jika aku lulus test, bolehkah aku menitipkan dongsaeng-dongsaeng ku pada mu?" Tanya Rio menatap Hye Kyo serius.

"Tentu, mereka sangat dekat satu sama lain termasuk dengan Ryujin, yang bisa mulai belajar bertanggung jawab dengan menjaga dongsaeng mu"

"Mungkin rasanya begitu berat, tapi cepat atau lambat, aku memang harus melakukan nya bukan?" Gumam Rio sambil menatap wajah Yuna dan mengusap-usap pipi si bungsu.

"Fokus saja dengan wamil mu, masalah mereka biar aku yang mengurus nya" ujar Hye Kyo, Rio mengangguk.

Keesokan hari nya

Ketiga dongsaeng Rio pun berangkat sekolah dengan di antar sang oppa, terakhir adalah si kecil Yuna, Rio pun turun sengaja ingin menemui miss Bae, ia celingukan mencari keberadaan sang kepala sekolah.

"Pabo yaa"

Plak

Kesal Irene memukul kepala belakang Rio, yang menghilang selama seminggu ini.

"Aaww" Rio terjengkit, ia merintih kesakitan sambil memegang kepala nya.

"Sakit noona" keluh nya manja, tapi Irene malah menatap nya marah, wajah polos Rio tentu saja selalu berhasil meluluhkan wanita-wanita di sekeliling nya.

"Aku marah, kamu tak memberi ku kabar" omel Irene, tangan kanan nya kiri mengusap-usap bekas pukulan di kepala Rio tadi.

"Jangan marah, aku kemari karena aku ingin berpamitan pada noona"

"Pamit kemana?" Irene menghentikan usapan nya, tapi tangan nya masih bertengger disana.

"Aku mau masuk wajib militer"

Deg

Irene terdiam, ia berpikir ini terlalu cepat untuk Rio, di tambah situasi perbatasan sedang tidak stabil.

"Tidak bisakah di tunda kebih dulu?" Rio menggeleng.


#TBC

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang