Bab 20a ~ HADIAH

2.6K 318 11
                                    

Kantung berisi minuman dan sekotak donat itu belum sempat berpindah ke tangan Davin, saat sebuah suara yang sangat kukenali memanggil.

"Innara!" Bian yang tengah memegang ponsel, berjalan tergesa-gesa ke arahku

"Aku nelpon sejak tadi tapi nggak diangkat," ucapnya saat jarak kami hanya sekitar tiga langkah.

"Aku nggak bawa ponsel. Ditinggal di dalam tas."

Situasi ini terasa sangat awkward. Aku yang keheranan melihat Bian ada di sini, Davin yang wajahnya mendadak tegang, tapi coba disamarkan dengan tersenyum kaku pada Bian, tapi diabaikan. Dan Bian yang tengah memelototiku, mungkin tanpa ia sadari.

"Kok, Mas bisa ada di sini?"

"Aku udah janji sama Raffa dari kemaren untuk jemput kalian sore ini." 

"Oh, gitu. Tapi aku masih ada kerjaan."

"Apa menyediakan minuman juga bagian dari pekerjaanmu?" Suaranya terdengar sangat dingin.

Davin berdehem, lalu mendorong pintu. 

"Biar minumannya saya bawakan," ulangnya.

Di dalam, Raya tengah duduk di sofa dengan bersandar santai sambil memoles kuku dengan kutek. Ia segera mengubah posisinya saat melihat kami. Di depannya ada Elena yang sedang membolak-balik sebuah katalog belanja.

"Hei, Davin. Masuk sini. Oh, ada Bian juga. Tumben," sapanya sambil tersenyum kecil.

"Aku baru tahu kalau kerjaan Innara di sini membelikan minuman untuk kalian." Alih-alih menyapa, Bian langsung melontarkan kalimat pedas itu pada Raya.

Dengan langkah panjang-panjang, ia berjalan ke arah sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana. Bunyi kunci mobil yang beradu dengan meja kaca mengejutkanku, saat dilemparkannya dengan kasar.

"Ini pertama kalinya kamu datang ke Planet Kidz, Bian. Daripada marah-marah tanpa sebab, apa kamu nggak ingin melihat-lihat dulu?" Raya berkata dengan ketenangan luar biasa yang membuatku entah mengapa tiba-tiba merinding. 

"Nggak usah basa-basi, deh. Apa Mami tahu kalau Mbak memperlakukan Innara kayak kacung di sini?"

"Kacung?" Raya tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi, lalu dengan gerakan santai memeriksa kuku-kukunya yang baru saja diwarnai.

"Apa Innara yang bilang kalau dia merasa jadi kacung di sini?" Ia mengalihkan pandangan ke arahku.

Aku tertegun. Tak menyangka mendapat pertanyaan mendadak semacam itu dari Raya. 

"Eh, nggak. Aku ... aku nggak pernah bilang hal kayak gitu," ucapku tergagap.

"Nah, Bian. Kamu dengar sendiri dari Nara. Dia diminta Mami di sini untuk mendampingiku membesarkan Planet Kidz. Karena dia baru bergabung, jadi aku perlu mengenalkannya dari hal paling mendasar mengenai sekolah ini. Selama hampir seminggu, aku yakin Nara sudah dapat gambaran besarnya. Dia bahkan juga memeriksa file keuangan."

Aku kehilangan kata-kata mendengar penjelasan Raya. Cara dia bicara sungguh tenang dan tertata, sangat berbeda jauh ketika ia bicara denganku di hari pertama aku resmi jadi "anak magang" seminggu lalu. 

"Menyediakan minuman ini juga bagian dari kerjaan dia?" Bian masih bersikeras.

"Aku rasa terjadi kesalahpahaman. Aku menyuruh Arni asistenku membelikan minuman, entah kenapa bisa Nara yang mengantarnya ke sini." Raya tampak tidak terpancing sama sekali dengan nada suara Bian yang ketus.

"Bisa dijelaskan Nara? Biar suamimu nggak salah paham," lanjutnya sambil tersenyum padaku. 

"Tadi Mbak Arni ada kerjaan, dan minta tolong padaku untuk beliin minum dan ngantar langsung ke sini." 

ALWAYS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang