Memulai Layanan Berbayar - 2

4.3K 688 60
                                    

"Kenapa suara itu mengingatkanku pada novel yang setiap hari Do Hyun bacakan untukku?"

"Tidak mungkin kan?"

Saat itulah pintu gerbong terbuka lebar dan listrik kembali menyala. Mata [Y/n] membola saat meliat nomor gerbong.

3807.

"Mati aku, masa aku beneran masuk novel?"

Dengan cepat [Y/n] mencari seseorang seharusnya ada di gerbong ini. Dan matanya langsung berbinar saat menemukan sosok yang dicari.

"Kok bisa aku tadi tidak sadar?"

"Ahh! Dokja manis banget!" Gumam [Y/n] gemas.

"Kalau aku langsung peluk, dikira gila tidak ya sama Dokja?"

"Tapi kalau cuma dikira gila sih tidak masalah. Baru masalah kalau nanti aku di kirim ke rumah sakit jiwa bagaimana?"

"Ah, aku tidak mau masuk rumah sakit jiwa lagi. Huhu."

"Eh, tunggu. Kok lagi? Aku tidak pernah masuk rumah sakit jiwa, kan?"

[@&#!#@#&...]

[@#&+_!-!#*...]

Dokkaebi. Benar, [Y/n] tidak salah melihat.
Jadi dia benar-benar masuk novel. "Kalau begitu apa kemarin aku mati?"

Dengan dua tanduk kecil, mengenakan pakai dari karung goni. Berbulu lebat dan melayang di udara.

Penampilan terlalu aneh untuk disebut peri, terlalu kejam untuk disebut malaikat, tapi juga terlalu tenang untuk di sebut iblis.

"Jadi sekarang aku tidak perlu merasakan sakit kepala itu lagi kan? Kalau begitu tentu saja aku harus hidup!"

Salah satu sudut bibir [Y/n] terangkat dan tanpa sengaja terlihat oleh sosok yang dicari oleh [Y/n].

'Kenapa wanita itu justru menyeringai di saat seperti ini?' batin Kim Dokja.

"Apa itu?"

"Augmented Reality?"

Di tengah keributan, hanya [Y/n] yang merasa senang. Lalu terdengar lah Bahasa Korea yang sudah sempurna di gerbong.

[Ah. Ah. Apa suaranya sudah bagus? Ahh, aku sampai kerepotan gara-gara patch Koreanya hampir tidak berfungsi. Hai semua, apa kalian bisa mendengar ucapanku?]

Mendengar bahasa yang di kenal keluar dari mulut makhluk itu, beberapa orang tampak kembali tenang. Salah satunya kini maju ke depan, tubuhnya yang besar dibalut dengan stelan jas yang rapi.

"Hei, kamu ini sedang apa?"

[…Hm?]

"Apa ini sedang syuting film? Maaf saja, tapi aku juga ada jadwal audisi sekarang, jadi harus buru-buru."

'Ternyata dia yang seorang aktor itu, sayang sekali sebentar lagi jadi mayad.' batin [Y/n].

[Ah, audisi ya. Benar juga, ini juga bisa dibilang audisi. Haha, sepertinya data investigasinya kurang tepat. Aku dengar banyak orang yang menyanggupi kalau layanan berbayarnya dimulai pukul 7:00 petang.]

"Hah? Apa maksudmu?"

[Ok, ok. Semuanya, silahkan duduk tenang di kursi masing-masing dan dengarkan aku baik-baik ya. Setelah ini, aku akan mengumumkan hal yang sangat penting buat kalian!]

'Kenapa aku berdebar-debar? Apa aku bersemangat?'

"Apa? Buruan pergi saja sana!"

"Siapapun. Tolong hubungi kondekturnya dong."

"Mama itu apa?"

[Haha. Kalian berisik sekali ya.]

'Memang.'

[Padahal sudah kuminta untuk tenang.]

Warna mata Dokkaebi itu berubah menjadi merah. [Y/n] menutupi bibirnya. Dan pop. Terdengar suara sesuatu yang meletup, sudut bibir [Y/n] terangkat lagi di balik tangannya. 'Sepertinya aku memang sudah gila.' batin [Y/n].

"Uh, uh... " Ada lubang besar di area dahi aktor tadi. Seorang pria yang beberapa kali menyuarakan protes kini jatuh terduduk di tempatnya.

[Ini bukan syuting film.]

Suara letupan kembali terdengar. Kali ini korbannya adalah orang yang meminta memanggil kondektur.

[Ini bukan mimpi. Ini juga bukan novel.]

Satu, dua..

Darah menyembur ke udara bersamaan dengan beberapa kepala yang pecah. Korbannya adalah semua orang yang tadi protes pada dokkaebi, di ikuti oleh orang-orang yang berteriak histeris dan menggila.

Mereka yang sedikit saja mengeluarkan suara, satu persatu memiliki lubang menganga di kepalanya. Dalam sekejap, gerbong kereta pun bermandikan darah.

[Ini bukan lagi ‘realita’ yang selama ini kalian kenal. Paham tidak? Jadi, diam dan dengarkan aku.]

Lebih dari separuh penumpang gerbong tewas. Kini, tidak satupun orang yang berteriak.

[Semuanya, kalian sudah lama hidup enak, kan?]

'Enak pantatmu, aku selama ini tersiksa tau karena sakit kepala sialan itu.'

[Kalian sudah terlalu lama hidup gratisan. Kurang nikmat apa lagi hidup kalian? Begitu lahir kalian tidak perlu membayar untuk bernafas, makan, buang air, bahkan untuk berkembang biak! Ha! Kalian hidup di dunia yang enak ya!]

'Hei!! Hutangku menumpuk tau pada Do Hyun!'

[Tapi sekarang, hari-hari nyaman kalian sudah berakhir. Berapa lama lagi kalian mau menikmati hidup dengan gratis? Untuk mendapatkan kebahagiaan, wajar saja kalau harus membayar. Ya kan?]

Seseorang dengan perlahan mengangkat tangannya dan bertanya. "A-Apa kalian menginginkan uang?"

'Waw, orang bodoh mana yang menawarkan uang pada Dokkaebi?'

"Akan kuberikan uangku. Ambillah. Aku tidak keberatan kok. Berapa banyak yang kau mau? Segini? Atau dua kali lipatnya?"

[Hm, kamu mau memberikan uang untukku?]

[Y/n] mengabaikan percakapan mereka dan memperhatikan seluruh isi gerbong kereta. 'Di mana anak kecil itu?' batin [Y/n].

Tak lama kemudian, terdengar sebuah pesan.

[Channel #BI-7623 telah dibuka.]

[Konstelasi mulai memasuki channel.]

Sebuah window kecil muncul di depan mata semua orang, yang kini hanya menatap kosong apa yang ada di hadapannya.

[Skenario Utama telah tiba!]

——————וח—————

[Skenario Utama #1 – Buktikan Kualitas Dirimu]

Kategori: Utama.

Tingkat Kesulitan: F

Syarat Ketuntasan: Bunuh satu nyawa atau lebih.

Batas Waktu: 30 menit.

Kompensasi: 300 koin

Sanksi: Mati

——————וח—————

Si Dokkaebi itu pun tersenyum simpul sembari tubuhnya perlahan-lahan menghilang ke dimensi lain.

[Kalau begitu, semoga beruntung ya. Tunjukkan kisah yang menarik untukku.]

Time [ORV Fanfic X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang