"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. Namaku Kang [Y/n], salam kenal Gilyoung." ucap [Y/n] lembut.
"Salam kenal juga, kakak."
[Y/n] sedikit memalingkan wajahnya, mencoba melihat Kim Dokja dari ekor matanya. Sepertinya pria itu sedang menerima atributnya. [Y/n] jadi berfikir, apa dia juga akan mendapat atribut seperti Kim Dokja?
Ingin sekali memastikan, tapi seingatnya Attribute Window belum bisa di bagian awal.
"Kak [Y/n]." Lee Gilyoung menarik pelan ujung lengan kemeja putih yang di kenakan [Y/n]. Hingga wanita itu kini menatapnya. Memiringkan kepala, [Y/n] bertanya, "Ada apa, Gilyoung?"
Lee Gilyoung mengangkat tangannya dan menunjuk kerumunan di tengah gerbong. Terlihat mereka yang tengah mengeroyok si nenek tua demi membunuhnya.
Bagai eksekusioner yang memberikan hukuman mati. Mereka bersama-sama menarik pelatuknya agar tidak ada yang tahu peluru siapa yang membunuh tahanannya. Menendang, menginjak, menghajar, semua dilakukan bersamaan.
[Y/n] segera menutup kedua mata Lee Gilyoung. "Kakak?" ucap Lee Gilyoung dengan nada bingungnya.
"Tidak apa, Gilyoung. Hanya saja mereka menyakitkan mata jadi jangan melihatnya."
"Um, oke kak."
[Y/n] melepaskan tangannya dari mata Lee Gilyoung setelah memastikan anak itu tidak akan membuka mata. Sehingga wanita itu bisa mulai fokus pada sekitar mereka.
Melihat seorang pria mendekat dengan niat buruk [Y/n] menjadi waspada. Berdiri di depan Lee Gilyoung dan mengeratkan tangan yang memegang payung.
Saat pria itu maju menyerang, [Y/n] segera mengangkat kakinya dan menendang dengan sekuat tenaga. Lalu memukul kepala pria itu dengan ujung pegangan payung. Sehingga pria itu meringkuk kesakitan.
Brakk!
"Kakak, ada apa?" tanya Lee Gilyoung khawatir saat mendengar suara itu tanpa membuka matanya.
"Oh, ada nyamuk yang menggangu tadi. Jang--"
BOOOM!
"Aduh, kaget!" teriak [Y/n] yang terkejut hingga Lee Gilyoung segera membuka matanya dan memperhatikan punggung wanita yang berada di depan nya itu.
Suara ledakan mengguncang seluruh kereta. Orang-orang kembali berteriak. Asap hitam pekat menguap dari sisi kanan depan gerbong ini. Pertanda bahwa 'dia' mulai bergerak.
[Y/n] menggerutu, "Ish, untung aku tidak jantungan."
"Kakak baik-baik saja?"
[Y/n] menghela nafas dan menepuk pelan kepala Lee Gilyoung, "Aku baik-baik saja kok."
Mengangkat kepalanya dan melihat kini Kim Dokja tengah fokus mencari seseorang secepat mungkin. Dan matanya berhenti tepat saat melihat Lee Gilyoung yang terlihat mengintip dari belakang tubuh [Y/n].
Kim Dokja mengeryit heran saat melihat [Y/n], 'Sejak kapan wanita itu ada disana? Tidak, itu nanti saja. Sekarang yang lebih penting anak itu.'
Pria itu mendekati Lee Gilyoung dan mengambil kotak serangga dengan raut tidak enak, "Maaf ya, aku butuh seranggamu."
Lee Gilyoung menatap [Y/n], wanita itu tersenyum lembut sambil menepuk kepala Lee Gilyoung pelan. "Tidak apa, nanti kamu akan mendapat serangga baru."
Lee Gilyoung mengangguk. Melihat itu Kim Dokja memberi satu serangga ke tangan Lee Gilyoung dan satu lagi kepada [Y/n], yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh wanita itu. "Terima kasih."
"Tidak perlu." Kim Dokja jadi sedikit canggung mendengar kata terima kasih wanita itu. Apalagi senyum itu membuat Kim Dokja sedikit salah fokus.
Berbalik badan kearah kerumunan pria itu berkata, "Kalian lebih baik berhenti. Meskipun nenek itu kalian bunuh, kalian semua tetap tidak akan bisa bertahan hidup."
Suara Kim Dokja menggema dengan jelas ke seluruh gerbong. Akibat ledakan tadi, suasana kereta kini menjadi senyap. Satu per satu, mulai memandang ke arah pria itu.
"Seandainya kalian nanti berhasil membunuh nenek itu. Apa yang akan kalian lakukan setelahnya?"
Wajah orang-orang yang terkejut dan mulai menyadari kesalahan mereka.
"Kematian si nenek akan dinilai sebagai pembunuhan pertama, dan kita bisa punya waktu tambahan. Tapi terus setelah itu kalian mau bagaimana?"
"Ah…"
"Kalau kalian memperhatikan ucapan Dokkaebi itu, masing-masing harus membunuh satu nyawa. Jadi, kalau si nenek ini mati, siapa lagi yang akan kalian pilih untuk dibunuh? Orang yang ada di sebelah kalian?"
Orang-orang yang berdekatan kini semakin menjauh. Ekspresi horor terlukis di mata mereka. Sebenarnya mereka semua tahu, kematian si nenek hanya adegan pembuka saja.
Kim Namwoon menyadari kalau suasananya kini berubah lagi.
"Haha, apa masalahnya? Ya kita tinggal bunuh aja pengecut sepertimu. Gak usah takut siapa yang duluan, masing-masing punya kesempatan yang sama buat bunuh yang lain kan!"
Ucapan yang khas Kim Namwoon. Kim Dokja memotong ucapan pria itu sambil mengayunkan tangannya.
"Tidak perlu mempertaruhkan nyawa kalian begitu. Masih ada cara lain supaya kalian bisa selamat tanpa membunuh orang lain."
"Eh?"
"B-Bagaimana caranya?"
Kini orang-orang menjadi semakin kebingungan. Wajah Kim Namwoon pun berlipat-lipat tidak karuan.
"Apa kalian lupa? Di syarat ketuntasan skenario ini tidak disebutkan kalau kita harus membunuh nyawa 'manusia'."
Kebanyakan orang masih bingung dengan ucapan Kim Dokja, tapi ada beberapa yang tampak mulai paham.
[Bunuh satu nyawa atau lebih.]
Ya, sejak awal tidak ada kata ‘manusia’ yang disertakan dalam isi skenario ini.
Bunuh satu nyawa atau lebih, dengan kata lain semua makhluk yang bernyawa akan dinilai sama. Seseorang yang paham langsung berteriak.
"Serangga! Serangga juga bisa!"
Belalang di dalam kotak serangga yang sibuk meloncat-loncat kini menjadi perhatian semua orang. Mata mereka kini berbinar. Kim Dokja mengangguk.
"Ya. Serangga juga bisa."
Kim Dokja mengambil satu belalang paling besar yang menjadi incarannya.
"B-Berikan padaku! cepat!"
"Cuma satu! Satu aja cukup!"
Kim Dokja mundur perlahan-lahan sambil memperhatikan orang-orang yang mulai menghampiri. Meski menjadi incaran dari orang-orang beringas yang tidak segan membunuh seorang nenek, [Y/n] dapat melihat kalau pria itu tersenyum.
'Kenapa? Di tengah situasi yang menegangkan ini, kenapa aku justru merasa jantungku berdegup bahagia?' pikir Kim Dokja.
Senyum [Y/n] ikut merekah, "Seperinya bukan cuma aku saja yang gila." gumamnya.
"Kalian mau?"
Kim Dokja menggoyangkan kotak serangga itu di hadapan mereka, seperti pelatih yang sedang memprovokasi hewan buas. Beberapa orang yang sudah berlari tidak sabar.
"Kalau gitu tangkap!"
Kim Dokja meremas kepala belalang yang ada di tangannya dan melempar kotak serangga sekuat tenaga.
[Inkarnasi Kim Dokja telah mendapatkan penghargaan ‘First Kill’!]
[Inkarnasi Kim Dokja mendapatkan 100 koin sebagai bonus kompensasi.]
[Y/n] senang karena akhirnya dia bisa meremas serangga itu juga. Karena dia tidak ingin mengambil koin milik Kim Dokja jadi dia harus menunggu pria itu.
[Anda telah membunuh makhluk hidup.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Time [ORV Fanfic X Reader]
Fanfiction[Y/n] menghabiskan sisa waktunya dalam kebosanan. Suatu hari sahabat baiknya datang dan membacakan sebuah novel untuknya. Hingga dia mendengar nama yang entah kenapa membuatnya sangat tertarik jadi [Y/n] mendengarkan dengan tenang hingga tamat. "Aku...