Batas Kepura-puraan - 3

3K 553 23
                                    

Meski kemunculan Cheon Inho juga cukup mengganggu, para konstelasi tidak meminta ada skenario berburu berhadiah lagi. Sehingga selama setengah hari kemudian, Kim Dokja mulai berkeliling melihat-lihat dan mengenali situasi di Stasiun Gumho ini, dengan Lee Hyunsung yang memandu dengan melaporkan semua informasi yang dia tahu.

"Sekarang ini ada total 86 orang di Stasiun Gumho. Ah, ditambah dengan Dokja-ssi, [Y/n]-ssi, dan Hyun-ssi berarti sekarang jadi 89 orang."

Mendengar nama [Y/n], Kim Dokja tersadar jika dia sudah tidak melihat wanita itu sejak kelompok Cheon Inho pergi.

"Oh, ternyata tidak banyak juga ya."

"Iya. Waktu skenarionya dimulai, hanya orang-orang yang berada di sekitar stasiun atau yang sedang di dalam kereta saja yang bisa selamat. Mereka tidak membicarakannya terang-terangan, tapi sepertinya mereka semua saat di skenario pertama…"

"Dan di Stasiun Gumho ini sekarang ada dua faksi. Yah sebenarnya bisa dibilang hanya ada satu faksi dan orang-orang sisanya."

Lee Hyunsung melihat ke arah orang-orang di sekitar dengan raut wajah suram. Orang-orang yang dipersenjatai dengan pipa besi atau senjata dalam bentuk lainnya. Jelas sekali mana pihak yang memegang kuasa di tempat ini.

"Percayalah dengan ucapan saya! Sebagai pemimpin kalian saya akan bekerja keras supaya semua orang di sini bisa selamat."

Si anak bungsu dari pemilik perusahaan Grup Hankyung, Han Myungoh.

"Seperti apa yang dikatakan saudara, kalian tidak perlu khawatir. Harapan masih ada, dan kami akan mengantar kalian untuk menggapainya."

Dan orang yang merangkul Han Myungoh, si pemimpin 'de facto' dari kelompok ini, Cheon Inho. Mereka adalah 'golongan sentral'.

"Penyaluran makanan juga ditentukan oleh golongan sentral. Minimart dan restoran-restoran di bawah sini sudah habis dijarah…persediaan makanan yang layak juga sudah menipis."

"Begitu."

"Itulah sebabnya beberapa orang dari golongan sentral dikirim ke atas, untuk mencari makanan. Heewon-ssi juga tadinya pergi bersama mereka."

"Heewon-ssi…?"

"Ah, itu nama wanita yang sudah diselamatkan Dokja-ssi."

Kim Dokja melihat wanita yang kini sedang berbaring di kursi tunggu. Di bawah cahaya lampu terang seperti ini, terlihat kalau dia sebenarnya wanita yang cantik. Dengan tulang pipinya yang tinggi dan perawakan wajahnya yang lembut, mungkin dia juga sering mendengar pujian semacam itu.

'Tapi [Y/n] lebih cantik. ...Eh?' batin Kim Dokja.

Mendengar suara yang imut datang dari arah lain, Kim Dokja menemukan Yoo Sangah dan Lee Gilyoung menatap [Y/n] yang baru saja akan mendekat. Mereka terlihat seperti anak burung yang menanti-nanti induknya, Kim Dokja pun tertawa.

"Benar juga, aku sampai lupa sekarang sudah sore. Kalian pasti lapar kan? Ambil saja ini satu-satu."

Kim Dokja memberikan pada mereka makanan yang dibawanya dari minimart.

"Ah. Yakin aku boleh ambil?"

"Sekali ini saja gratis. Tapi setelah itu kalian harus bayar ya."

"Eh? B-Berapaan..?"

"Kalian pasti punya koin kan? Harganya 10 koin satu."

"I-Itu…"

Yoo Sangah dan Lee Hyunsung tampak kebingungan. Sepertinya mereka sama sekali tidak menduga ucapan Kim Dokja.

"Boleh juga tuh. Saya bayar sekarang saja. Saya tidak suka terima pemberian gratis."

Tanpa diduga-duga, yang pertama kali menjawab adalah wanita yang sedari tadi berbaring di kursi. Ternyata dia sudah sadar.

Time [ORV Fanfic X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang