Setelah kembali ke penginapan, Kim Dokja berkata kepada [Y/n] bahwa mereka perlu bicara. [Y/n] pun hanya mengikuti pria ke dalam 'kamar' tanpa bertanya.
Kim Dokja meletakkan pedangnya di meja yang terletak tepat di samping kasur. Pria itu pun duduk di kasur dengan kaki yang terbuka. Kemudian menepuk sela di antara kakinya.
[Y/n] yang mengerti isyarat Kim Dokja segera melempar payungnya sembarangan dan duduk di antara kaki Kim Dokja. [Y/n] menyamankan diri dan bersandar di dada pria itu.
Kim Dokja lantas memeluk tubuh [Y/n] dan mencium rambutnya.
Setelah ragu cukup lama, akhirnya Kim Dokja bertanya, "[Y/n], apa mungkin kamu tahu sesuatu?"
"Tentang apa?"
"Tentang masalah Para Utusan tadi contohnya."
[Y/n] terdiam sejenak, lalu mendongak dan menatap mata Kim Dokja. "Iya."
Meskipun sudah memperkirakan jawabannya, tapi Kim Dokja tetap saja terkejut. "Sebanyak apa?"
[Y/n] tersenyum dan mengelus pipi Kim Dokja. "Sangat banyak, tapi aku tidak akan memberi tahumu meski kamu bertanya."
Kim Dokja menggenggam tangan [Y/n] yang mengelus pipinya dan menciumnya. Pipi [Y/n] lantas sedikit memerah. Kim Dokja tersenyum tipis. "Baiklah, aku tidak akan bertanya apapun."
[Y/n] memutar tubuhnya agar sepenuhnya menghadap Kim Dokja, menangkup wajah pria itu. "Dokja, yang perlu kamu tahu adalah aku tidak akan pernah merusak rencanamu. Jadi biarkan aku tetap disisimu."
Kim Dokja menatap mata ungu [Y/n] yang indah. Dia bisa melihat pantulan dirinya di manik wanita ini. Kim Dokja menelusuri tiap detail wajah [Y/n].
'Sangat cantik.'
Mata Kim Dokja bergulir pada bibir [Y/n] yang berwarna merah muda dan tipis. Jakunnya bergerak naik turun. "[Y/n], boleh aku menciummu?"
[Y/n] tersenyum, mengalungkan tangannya pada leher Kim Dokja dan berkata, "Cium aku."
Kim Dokja segera menunduk, menangkup wajah [Y/n] dan menempelkan kedua labium itu. Memagut pelan bibir [Y/n] yang terasa manis baginya.
Saat [Y/n] membalas pagutannya, tangan pria itu menarik pinggang [Y/n] agar semakin merapat padanya. Lidah pria itu mengetuk pelan dan [Y/n] segera memberinya akses masuk.
Kedua benda lunak bertemu dan saling menghisap, membuat [Y/n] mengeluarkan beberapa erangannya. Setelah merasa pasokan oksigen di paru-paru mereka semakin menipis. Kim Dokja mengakhiri ciumannya. Benang saliva terhubung diantara mereka.
Ibu jari Kim Dokja mengusapnya lembut bibir [Y/n]. Matanya sedikit menggelap. Nafas keduanya masih sedikit memburu.
Kim Dokja memeluk [Y/n] erat, lantas mengubur wajahnya di rambut halus wanita itu. "Aku hampir saja kelepasan."
...
Sore itu, [Y/n] bangun dalam pelukan Kim Dokja. Dia merasa tubuhnya sangat nyaman berkat tidur yang nyenyak.
[Efek tidur nyenyak telah mengembalikan kekuatan mentalmu secara penuh.]
[Beberapa skill eksklusif-mu telah diperbarui.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Time [ORV Fanfic X Reader]
Fanfiction[Y/n] menghabiskan sisa waktunya dalam kebosanan. Suatu hari sahabat baiknya datang dan membacakan sebuah novel untuknya. Hingga dia mendengar nama yang entah kenapa membuatnya sangat tertarik jadi [Y/n] mendengarkan dengan tenang hingga tamat. "Aku...