Tuan Tanah - 4

2K 429 13
                                    

Setelah si dokkaebi menghilang, belasan korban luka-luka bertebaran di peron 3. Saat ini, di peron ini hanya ada 1 kamar yang tersedia. Dan karena tidak ada orang yang kuat, maka mereka yang sama-sama lemah saling hantam satu sama lain tanpa ada yang menyerah.

"Mati! Mati!"

[Waktu tersisa sebelum skenario ke-3 aktif adalah 30 menit.]

Di tengah kericuhan ini, Kim Dokja hanya duduk diam sambil membaca Panduan Survival. Sedangkan [Y/n], dia memejamkan matanya dan bertumpu dengan lututnya. Kim Dokja bahkan hanya bisa menggeleng kepala tidak berdaya saat melihat [Y/n] yang tidak perduli sama sekali.

'Setidaknya pura-pura lah sedikit, [Y/n].'

"Aaargh!"

Teriakan terakhir terdengar. Pemilik kamar di peron 3 pun akhirnya telah ditentukan.

[Zona Hijau 1/1]

"…Jangan mendekat!"

Seorang anak laki-laki menghunuskan pisaunya ke arah Kim Dokja. Yang mengejutkan adalah, dia anak yang tadi sudah mengantar mereka. Kim Dokja bahkan masih belum tau siapa namanya.

"Tenang saja, aku tidak akan merebut kamarmu." ucap Kim Dokja untuk menenangkan anak itu. Baru saja Kim Dokja memikirkan itu, tiba-tiba, "Oh, Paman santai sekali ya. Apa paman memang mau mati?"

Tanpa perlu menengok, Kim Dokja kenal suara siapa itu. "Kayaknya kamu juga santai-santai aja ya."

"Tidak ada yang menyentuh kamarku. Mereka yang berani coba-coba akan ku kirim ke neraka."

Lee Jihye memutar-mutar pedang biru tua miliknya dan menatap Kim Dokja dengan seksama dan berkata, "Aku tidak mau paman sampai mati. Habis paman tadi hebat banget waktu nantangin Master."

"Tenang saja, aku nggak akan mati kok. Meski nggak dapat kamar juga, bukan berarti aku akan mati."

Mata Lee Jihye menyipit. Lalu mengalihkan pandangannya pada [Y/n]. "Eh? Kak [Y/n] tidur?"

"Seperti yang kamu lihat."

"Padahal aku ingin menawarkan kamarku pada kakak. Apa aku gendong saja ya?"

Sebenarnya Kim Dokja ingin mengangguk, namun urung saat mengingat percakapannya dengan [Y/n] tadi.

"Tidak. Biarkan saja dia disana."

"Paman kalau mau mati jangan ajak-ajak kak [Y/n] dong."

Kim Dokja tersenyum. "Sudah ku bilang aku tidak akan mati."

"Paman sadar sama ucapan paman sendiri kan?"

"Iya dong."

"Apa paman juga kuat? Sama kuatnya dengan Master?"

Tiba-tiba Yoo Jonghyuk muncul dari belakang Lee Jihye. "Sudah, hentikan. Kembali ke kamarmu sana."

"Ah… tapi bagaimana dengan kekasih Master?" ucap Lee Jihye sambil menunjuk [Y/n] yang masih tertidur.

Yoo Jonghyuk menatapnya datar. "Kembali ke kamarmu."

"...Oke, Master." Lee Jihye pun menurut dan segera pergi, meninggalkan Yoo Jonghyuk di sini yang kini menatap Kim Dokja.

"Apa kamu mau melawan monsternya?"

Kim Dokja mengangkat kedua bahunya.

"Kamu pasti akan mati. Begitu juga kelima anggota party-mu."

"Ya, kita lihat saja nanti."

"Aku heran, kenapa [Y/n] mau mengikuti mu." Sesaat, Yoo Jonghyuk pun menatap Kim Dokja dan berganti menatap [Y/n] dengan ekspresi yang tidak bisa Kim Dokja pahami, sebelum akhirnya dia berbalik pergi.

Time [ORV Fanfic X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang