Keesokan paginya, barang dagangan Kim Dokja sudah hampir habis terjual. Bahkan Jung Heewon hanya bisa melihat kantong makanan dengan wajah tercengang tidak percaya.
"My God, itu semua habis terjual?"
"Iya."
"Hah, menggelikan. Padahal awalnya mereka cuma ngelihatin doang, tidak taunya sekarang…"
"Nggak, yang datang kan tidak cuma yang dari golongan pinggiran."
'Tamu' yang datang di tengah malam tidak hanya orang-orang dari golongan pinggiran.
"Kim Dokja-ssi, anda sudah memilih keputusan yang terburuk."
Salah satu di antaranya adalah Cheon Inho.
"Anda akan menyesalinya nanti."
Lebih dari setengah persediaan Kim Dokja diambil oleh golongan sentral, tentunya dengan biaya yang setimpal.
Mendengar cerita itu, Jung Heewon pun menjadi merah padam.
"Tunggu-tunggu! Berarti si golongan sentral itu akan menguasai persediaan makanan kita lagi dong?"
"Yah, sepertinya."
"Hah, apa maksudnya ini? Bukannya kamu bermaksud melemahkan kekuasaan mereka, karena itu kamu mengenalkan sistem transaksi ini ke semua orang?"
Pemikirannya sungguh tak terduga. Kim Dokja mulai agak mengaguminya.
"Oh, benar sekali. Itu tujuanku. Aku ingin semua orang mulai bertindak sesuai keinginan mereka masing-masing."
"Terus kenapa kamu menjual makanan itu ke orang-orang sentral? Kalau begini caranya tidak ada yang berubah dong!"
"Tentu saja ada yang berubah. A--"
"Dokja bisa mendapatkan koin." ucap [Y/n] dengan suara malas khas bangun tidur, memotong perkataan Kim Dokja.
Kim Dokja menoleh menatap [Y/n] yang tadinya berbaring di sampingnya kini sudah duduk. Wanita itu menggosok matanya. Kim Dokja segera menarik tangan [Y/n] agar berhenti menggosok matanya.
"Kenapa kamu sudah bangun?"
[Y/n] menutup mulutnya menggunakan tangan saat menguap kecil.
"Kalian berisik."
Kim Dokja mengusap rambut [Y/n]. "Tidurlah lagi."
"Hm. Berapa koin yang kamu dapatkan?"
"1,450 koin. Pendapatanku cukup besar meski hanya berjualan satu malam saja."
"Huh?" ucap Jung Heewon tidak percaya.
"Bukan–Dokja-ssi apa sih yang ada di kepalamu? Sangah-ssi apa kamu yakin kita bisa mempercayai orang ini?"
Yoo Sangah tersentak kaget begitu tiba-tiba menjadi pusat perhatian, tetapi dia kemudian menjawab pertanyaan itu dengan tersenyum.
"Ya, aku mempercayainya."
Kepercayaannya sungguh memberatkan.
"Dokja-ssi, apa kamu menyisakan makanan yang cukup untuk kamu sendiri?"
"Nggak, semua sudah kujual."
Sekarang bahkan mulut Jung Heewon pun hanya menganga terbuka, sepertinya dia begitu terperangah dengan jawaban Kim Dokja.
Lalu tiba-tiba seseorang menyundul pipi [Y/n] dengan jarinya. Saat [Y/n] menengok, sepotong biskuit menyambutnya.
"Hmm? Kamu mau aku makan ini?"
Dia pun mengangguk dengan imutnya. [Y/n] hanya bisa tersenyum melihatnya. Mengambil biskuit itu dan langsung di suapkan ke mulut Lee Gilyoung kembali.
"Aku tidak apa-apa kok. Kamu makan saja ya. Masalah perutku itu tanggung jawab Dokja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time [ORV Fanfic X Reader]
Fanfiction[Y/n] menghabiskan sisa waktunya dalam kebosanan. Suatu hari sahabat baiknya datang dan membacakan sebuah novel untuknya. Hingga dia mendengar nama yang entah kenapa membuatnya sangat tertarik jadi [Y/n] mendengarkan dengan tenang hingga tamat. "Aku...