Sudut Pandang - 4

1.4K 311 7
                                    

[Y/n] tidak tahu kapan dia jatuh tertidur. Dia hanya ingat, kalau merasa sedikit lelah dan bersandar pada Kim Dokja. Lalu memejamkan mata sejenak. Tapi saat dia membuka mata dia hanya melihat kegelapan.

[Y/n] bahkan tidak yakin bahwa dia tidur atau mungkin saja pingsan. Berbaring dan memejamkan mata, berharap agar segera bangun dalam kenyataan namun tidak ada yang terjadi.

[Y/n] segera membuka matanya saat merasa ada yang mengawasinya. Tidak tahu kenapa dia merasa sedikit gelisah.

"Siapa?"

[Y/n] mencoba bertanya tapi tidak ada tanggapan.

"Aku tahu kamu bisa mendengarku. Siapa kamu? Kenapa kamu mengawasiku? Di mana aku?"

Lagi-lagi hanya hening yang menjawab. [Y/n] mulai bangkit dan berdiri. Menatap satu arah yang dia yakin jika seseorang atau justru sesuatu itu mengawasinya.

"Kenapa kamu hanya diam?"

[Y/n] menelan ludahnya gugup. Dia bingung harus berjalan maju atau lari. Tapi kemana dia akan bisa lari di tempat yang bahkan tidak dia tahu ini.

[Y/n] terus memperhatikan dengan waspada. Hingga dia mendengar suara yang asing namun juga terdengar familiar memanggil namanya.

"[Y/n].."

Mencoba mengingat, tapi memori tidak menemukan apapun tentang suara ini.

"Siapa kamu?" tanya [Y/n].

"Aku merindukanmu."

"Aku tanya siapa kamu?"

"Kenapa kamu melupakanku?"

"..."

[Y/n] hanya diam dengan pertanyaan sosok itu. Namun, seketika merinding saat mendengar tawa pelan menggema di kegelapan.

"Bajingan merah itu pasti yang melakukannya."

[Y/n] mengeryit tidak mengerti dengan arah pembicaraannya.

'Bajingan merah? Siapa yang dia maksud?'

"Tapi tidak masalah, dia tidak akan bisa menyembunyikan mu selamanya. Cepat atau lambat, kita akan bertemu."

"Sekarang pergilah, takdir-ku."

[Y/n] merasa jika tubuh nya terhisap dan dalam sekejap dia membuka matanya dan melihat Kim Dokja yang menatapnya.

"[Y/n], ada apa?"

Menghela nafas lega, [Y/n] menggeleng kecil. "Hanya mimpi tidak jelas."

Kim Dokja mengusap pipi [Y/n] dan bertanya, "Masih lelah?"

"Sedikit."

Tiba-tiba percikan listrik besar muncul di udara, dan si dokkaebi kelas menengah pun muncul dengan mengenakan pakaian formal. Dia melihat ke sekelilingnya sesaat sebelum berkata dengan suara kasar.

[…Maaf ya semuanya. Ada sedikit masalah sehingga pembagian kompensasinya jadi terlambat. Meski terlambat, tapi aku akan menghadiahi kalian sekarang.]

[3,000 koin telah diberikan atas penuntasan skenario tersembunyi.]

[Anda telah mendapatkan 15,000 koin sebagai kompensasi membunuh naga api level 5.]

[Anda telah mendapatkan 'Simbol Proteksi Para Imyuntar' karena telah menjadi orang pertama yang mengalahkan disaster.]

[Ke depannya, anda akan diterima oleh orang-orang Imyuntar.]

Untungnya kompensasi yang [Y/n] terima dibayarkan dengan normal. Hanya saja dia tidak mendapatkan Simbol Proteksi Para Imyuntar. Lagipula di novel itu hanya milik Kim Dokja.

Time [ORV Fanfic X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang