Tuan Tanah - 1

2.4K 483 38
                                    

Mereka mengikuti Lee Jihye dan memasuki Chungmuro. Yoo Sangah melihat pembatas kaca peron yang hancur di mana-mana dan berkomentar, "Suasananya kacau sekali, ya."

Begitu memanjat dari rel ke atas peron jalur 3, terlihat ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk di sekitar peron.

[Anda telah memasuki Chungmuro.]

[Skenario #3 sedang berlangsung.]

[Channel #GIR-8761 sedang aktif.]

[Channel #BIR-3642 sedang aktif.]

Mulai dari Chungmuro ini hingga ke depannya, skenario dunia ini skalanya akan semakin besar, dan channel dokkaebi yang menyiarkannya juga akan semakin bertambah. Setelah ini, si Bihyung yang masih naif itu pasti akan kesulitan juga menangani channelnya.

Beberapa pria paruh baya yang sedang berkumpul melihat ke arah mereka dan melambaikan tangannya. "Oh, samurai cilik. Lagi ngantar orang baru?"

"Iya."

Samurai cilik, ya. [Y/n] merasa julukan itu mungkin saja cocok untuk Lee Jihye kalau mereka tidak tahu siapa sponsornya. Tapi, cepat atau lambat mereka pasti akan menyesal pernah memanggilnya dengan julukan seperti itu. Lee Jihye pun merengut ke arah orang-orang itu. "Jangan bilang paman pada mabuk-mabukan lagi?"

"Hahaha! Kalau bukan minum-minum, apa lagi yang bisa kita lakukan di dunia kayak gini?"

Mereka juga tampak santai sekali, tidak seperti orang-orang yang baru mengalami bencana. Tapi mungkin itu karena mereka juga memakai seragam tentara. Keadaan di sini benar-benar berbeda dengan di Stasiun Gumho. Sekarang semuanya sudah benar-benar mulai serius.

"Tunggu dulu, apa teman-temanmu itu datangnya dari arah terowongan? Hebat juga… mereka pasti punya banyak koin ya?"

Kemudian salah satu dari mereka melihat [Y/n] dan Yoo Sangah. "Hai nona-nona cantik, namanya siapa ya? Mau nyewa kamar yang murah tidak?"

"…Kamar?"

"Hahahah, kalian masih belum tau sistemnya di sini? Dengar ya—", Lee Jihye tiba-tiba memotong kalimat pria itu. "Paman, jangan coba-coba menipu orang baru ya."

"Heh, tapi mereka tetap harus tau kan. Ini caranya semua orang bisa hidup--"

"Kalau tidak mau terluka, pergi jauh-jauh dari sini."

Wajah para pria itu pun pucat pasi mendengar ancaman Lee Jihye tersebut. "Dasar… Anak jaman sekarang sudah tidak ada sopan-santunnya lagi."

"Hei, Kang-ssi. Sudahlah." Mereka pun berbalik dan berjalan menuju ke jalur 4, Lee Jihye menyimpan kembali pedangnya.

"Aku hanya mengantar kalian sampai sini, jadi mulai sekarang jaga diri kalian baik-baik. Karena aku bukan pengasuh kalian." ucap Lee Jihye tanpa basa-basi.

Kemudian menatap [Y/n] dan berkata dengan ceria, "Jika kakak butuh sesuatu, katakan saja padaku."

Setelah memberi anggukan kecil, [Y/n] pun menatap ke sekeliling. Chungmuro. Panggung skenario ke tiga yang peraturannya jauh berbeda dari skenario sebelum-sebelumnya.

"S-Sialan! Kubunuh kamu kalau dekat-dekat…" ucap seorang pria yang berada di tengah peron jalur 3. Dia mengancam orang yang ada di dekatnya sambil mengayun-ayunkan pisau di tangannya.

Di bawah kakinya, ada sebuah ubin kotak seluas 1 pyeong yang bersinar hijau hingga ke udara di atasnya. Yoo Sangah pun bertanya, "….Kenapa orang itu?"

"Entahlah."

Sebenarnya [Y/n] tahu apa yang terjadi, tapi sekarang bukan saat yang tepat menakut-nakuti mereka. Ada banyak orang yang duduk sambil memegang pisau di jalur 3 ini.

Time [ORV Fanfic X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang