Perang Tahta - 7

1.6K 329 30
                                    

Ada internet aktif? Tidak mungkin.

Sejak skenarionya dimulai, internet di seluruh penjuru kota Seoul mati akibat pengaktifan channel Dokkaebi.

Tapi ini Stasiun Dongmyo. Jadi internetnya memang bisa.

[Y/n] mengeluarkan ponselnya. Membuka ruang obrolan, lalu mengetuk dahinya dengan ujung ponselnya.

Jung Heewon yang melihanya sedikit khawatir. "[Y/n], kenapa?"

[Y/n] menoleh dan menatap Jung Heewon. Tidak mungkin dia bilang akan mengirim pesan pada Do Hyun. Karena saat ini Jung Heewon masih belum tahu jika internet bisa digunakan disini.

Lagipula [Y/n] sedikit malu, betapa bodoh nya dia. Do Hyun kan tidak akan bisa menerima pesannya.

"Tidak apa kak, aku hanya merindukan Do Hyun."

"Siapa Do Hyun?"

Lee Hyunsung yang mendengar itu lantas teringat dengan pria berambut merah. "[Y/n], kemana Do Hyun-ssi pergi?"

[Y/n] hanya mampu menggeleng. "Tidak tau."

"Andai aku tau, pasti aku sudah pergi menyusul Do Hyun sekarang." ucap [Y/n] dengan sedih.

Kim Dokja yang hendak masuk ke dalam tenda, mengurungkan niatnya saat mendengar [Y/n].

Pria itu justru berjalan kearah [Y/n], menarik pinggang wanita itu agar merapat padanya. Kemudian membawanya masuk ke tenda.

Jung Heewon hanya tersenyum melihat dua orang itu.

Lee Sungkook memandang Kim Dokja dan [Y/n] bergantian. Matanya terlihat rumit. Mungkin dia berpikir, kenapa Yoo Jonghyuk memeluk wanita yang bukan Lee Seolhwa.

"Apa?"

"Ah tidak, Yoo Jonghyuk-nim."

Lee Sungkook pun membungkukkan kepalanya. [Y/n] melihat bagian dalam tenda cukup mewah juga. Justru untuk ukuran tenda kumuh seperti ini, perabotnya benar-benar terlalu mewah.

Ada karpet merah digelar, serta kasur yang tampaknya hasil jarahan dari hotel mewah. Bahkan ada meja bundar untuk pertemuan, serta meja kerja kecil dengan komputer.

[Y/n] jadi berpikir untuk menyiapkan kasur hotel juga di Stasiun Chungmuro.

Tapi paling menarik bagi [Y/n] adalah seorang anak laki-laki yang sedang fokus surfing di internet. Dari wajahnya seperti hanya selisih beberapa tahun di atas Lee Gilyoung. Anak itu juga memiliki kantung hitam di matanya dan dia duduk di kursinya dengan mengenakan piama.

"Delegasi Han Donghoon?"

Lee Sungkook pun memanggil, dan si anak itu pun mengangkat kepalanya.

"Ada tamu yang datang. Sapalah mereka."

Mata si anak, Han Donghoon, yang bengkak kini tertuju pada Kim Dokja dan [Y/n].

"H, Ha, H, Hal…lo." Kondisi Han Donghoon memang tidak normal. Hati [Y/n] sedikit tidak nyaman. Apalagi dengan mengingat Lee Gilyoung dan Lee Jihye. [Y/n] jadi ingin menbunuh orang-orang yang menjadi penyebab kondisi anak ini.

Han Donghoon pun berdiri dan berjalan terhuyung-huyung ke kursi di meja bundar, sambil menggigiti kukunya.

Lee Sungkook pun tersenyum seakan merasa puas. "Baiklah, Yoo Jonghyuk-nim. Mari kita mulai diskusi dengan delegasi kami."

Kim Dokja pun menatap Han Donghoon dan tertawa. "Diskusi? Diskusi apaan?"

"Eh?"

"Apa kamu sekarang lagi bercanda?"

Time [ORV Fanfic X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang