41 || Mencari

270 111 0
                                    

"MANDA KE MANA?"

Aku dan Ran Muda langsung gelagapan seperti maling yang tertangkap basah meski tidak berbuat apa-apa.

Kemudian Jason menghampiri kami dengan tatapan serius dan wajah habis bangun tidur yang kesekian kalinya. "Manda belum kembali?"

Ran Muda menggaruk tengkuk leher seraya menyatukan alisnya, bingung. "Dia belum kembali setelah makan siang itu."

"Manda belum kembali," gumam Jason serta menegaskan. "Kenapa dia belum kembali?"

Kami bertiga saling melontarkan tatapan singkat secara bergantian dan menyadari sesuatu yang janggal sepertinya sedang terjadi. Dan omong-omong, sekarang bulu kudukku berdiri, seolah-olah memberikan alarm bahaya alamiah kepadaku bahwa kita harus bersiap-siap dan berhati-hati dalam waktu yang bersamaan.

"Jangan-jangan Manda berada di situasi berbahaya," cetus Jason sedikit berbisik.

"Jason, ini Derivea dengan tingkat keamanan tinggi!" Aku menyela karena ucapan Jason yang mulai ngaco.

Namun pandangan serius Jason tidak berubah sedikitpun. "Aku habis bermimpi buruk."

Sementara itu aku melotot. "Yang benar saja kita harus percaya dengan mimpimu!"

"Tidak, sungguh. Aku punya firasat buruk."

Jason memang sedang tidak bercanda dan aku dapat merasakannya. Hanya saja, aku ingin berada di situasi nyaman dan aman paling tidak selama satu hari ini, oleh karenanya aku berusaha menampik perasaan khawatir Jason dengan pikiran positif meski kedengarannya malah omong kosong.

Sebab, Manda memang tidak pernah meninggalkan kami selama di Derivea.

Wanita itu tidak pernah melakukannya.

Maka mungkin ... sesuatu memang sedang terjadi.

"Kita harus mengecek kondisinya," putus Ran Muda dengan yakin yang segera beranjak dari posisi sekarang untuk meminum segelas air sebagai persiapan. "Siapa yang mau ikut di antara kalian berdua? Kita tidak bisa pergi mencari dengan banyak orang."

Aku berpikir selama sepersekian detik lalu memutuskan untuk ikut. "Aku."

"Jane?" tanya Jason, tidak yakin.

Aku mengangguk. "Kamu harus di sini menjaga Chris dan Ran Tua, dua hal itu jauh lebih penting."

"Lalu kalian berdua?"

Aku berusaha memberikan senyum supaya menandakan semua akan aman. "Kita akan baik-baik saja, aku punya sedikit pengetahuan soal frekuensi jadi mungkin akan dibutuhkan."

"Kau akan selalu dibutuhkan," simpul Ran Muda yang membuat dadaku sedikit berdesir. "Kita tidak akan lama, Jason. Cuma berkeliling ke tempat-tempat yang mungkin Manda datangi, lalu kembali."

"Semua akan aman. Janji?" Jason memberikan jari kelingkingnya seperti anak-anak yang meminta kepastian lewat cara paling sederhana.

Ran Muda tersenyum dan memperlihatkan lesung pipi di sebelah kiri. Kemudian laki-laki itu lantas segera mengaitkan jari kelingkingnya kepada Jason dan mengucapkan satu kata dengan percaya diri.

"Janji."

***

Aku tidak pernah membayangkan hidupku akan berubah secara dramatis dari kisah romansa menjadi kisah paling menegangkan.

Karena ... Manda menghilang.

Dan itu konyol.

Maksudku, bagaimana bisa Manda yang notabenenya sebagai golongan orang-orang paling cerdas di Derivea, dengan semua perangkat dan teknologi canggih di sini, tiba-tiba menghilang begitu saja?

Aku jadi semakin tidak mengerti dengan alur cerita yang diberikan Semesta.

Kami berdua berjalan melewati lorong-lorong dari yang ramai sampai ke daerah sepi di bangunan ini untuk mencari wanita berjas putih itu. Kadang-kadang kami salah orang, memang ia (yang kami panggil) adalah wanita berjas putih, tapi orang tersebut bukanlah Manda. Ia bukan Manda yang kami harapkan. Jadi jujur, jas putih yang dikenakan beberapa orang di sini itu membuat kami mudah terkecoh.

Dan selama mencari Manda, aku jadi mengingat-ingat lagi kenapa ia mendadak ingin bermain bersama Jean—anjingnya.

Mungkinkah Manda tidak menyukai tentang gagasan tatanan semesta itu? Ataukah Manda juga termasuk orang yang membenciku karena konsep lubang cacing, hanya saja tidak berterus terang?

Langkah kaki kami berjalan. Mencari, mencari, dan mencari. Beriringan dengan apa yang isi kepalaku lakukan. Mencari, mencari, dan mencari.

Pikiranku sibuk mencari tahu kenapa Manda tiba-tiba berubah. Kenapa wanita itu tiba-tiba meninggalkan ruangan tanpa kejelasan apa-apa. Kenapa ia belum kembali dan menemui kami juga.

Astaga kepalaku pening.

Manda ... wanita itu sebenarnya kenapa?

Karena merasa tidak kuat lagi, aku berhenti jalan sejenak sambil menyentuh dahi yang mendadak terasa seperti berdenyut keras di dalam sana.

Ran Muda yang memimpin jalan menyadari kondisiku, dan segera mendekat dengan tatapan khawatir.

"Jane, kamu kenapa?"

Aku berusaha mengerjapkan mata dan memijat pelipis agar pening itu segera menghilang.

Tapi, ia tidak menghilang. Pening itu tetap ada karena kepalaku tidak henti-hentinya mencemaskan berbagai kemungkinan.

"Aku sedikit ... takut," kataku jujur, untuk pertama kalinya terang-terangan menunjukkan kelemahanku kepada Ran Muda.

Ran Muda tidak berkata apa-apa. Namun, ia langsung menarik telapak tanganku dengan menggenggamnya sehingga kami bisa kembali berjalan beriringan. Ia memang tidak banyak bicara, tapi aku tahu maksud gestur tubuhnya.

Laki-laki itu ingin mengatakan bahwa ia ada, dan aku tidak sendirian.

Kemudian setelahnya, aku memang tidak merasa cemas berlebih lagi.

Ran Muda mengetahui apa yang harus ia lakukan. []

Hertz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang