45 || Hampir Pingsan

320 119 4
                                    

Aku berusaha mengentaskan asumsi-asumsi negatif yang berseliweran di kepala soal rencana ini. Karena situasi kami sudah tersudut juga, dan tidak ada rencana B yang bisa dijadikan cadangan, jadi aku harus percaya sungguh-sungguh dengan pola yang sudah mereka (Jason dan Ran Muda) buat. Kita sudah tidak memiliki tempat untuk tinggal lagi di sini, sesuatu sudah berjalan melewati koridor aman. Dan, jika ingin tetap bertahan hidup, meninggalkan Derivea adalah satu-satunya solusi paling baik.

Ran Tua menggendong Chris sambil berlari. Aku membawa barang-barang yang ditemukan Ran Muda sambil berlari. Jason berada di depan sebagai posisi pengaman dan petunjuk arah, begitu pula dengan Ran Muda mengambil posisi paling belakang demi keamanan.

Kami semua berlari. Terus berlari tanpa henti.

Omong-omong mereka berdua, lagi-lagi mereka, sama-sama memegang sebuah tongkat sebagai jaga-jaga, tapi belum kuketahui kelebihannya apa. Tongkat panjang dengan ujung runcing seperti tombak zaman purba, tapi versi lebih baik lagi di zaman sekarang, apalagi ini Derivea.

Kemudian kita semua sudah mencapai lantai bawah tanah bangunan melalui lift, dan kini tinggal mengikuti langkah kaki Jason menuju ruangan berlapis besi.

Sejak tadi, mata Jason tidak lepas dari arah jalan di depan dan jam di tangannya yang sebagai penentu arah. Jadi satu tangannya selalu terangkat untuk melihat jam, sementara tangan lainnya memegang tongkat. Sungguh, aku tidak pernah melihat Jason sesibuk dan seserius ini.

Chris tidak banyak bicara dan bergerak, tubuhnya masih lemas dan tidak bertenaga. Dan sebetulnya, aku juga masih heran, bagaimana bisa mereka membangunkan Chris?

Jason menurunkan tangannya yang sebagai penunjuk arah itu lalu berlari lebih kencang. Tanda ruangan berlapis besi pasti akan kami gapai sebentar lagi.

"AYO, LEBIH CEPAT!" teriak Jason seraya menengok ke belakang sedikit, melihatku dan Ran Tua yang napasnya sudah tersengal-sengal tidak keruan.

Maka aku memaksakan diri untuk berlari lebih cepat lagi.

Barang-barang yang ada padaku sebenarnya tidak terlalu berat. Aku menemukan ransel di kamar Manda, jadi tadi kuambil juga ranselnya untuk memudahkanku dalam membawa alat-alat. Maka bisa disimpulkan, beban yang dibawa paling berat adalah Chris (tentu saja). Bebanku belum seberapa dengan Ran Tua. Dan, aku masih muda, jadi tidak sepatutnya aku terengah-engah kemudian menurunkan kecepatan seperti orang-orang jompo pada umumnya.

Ran Tua yang menggendong Chris di punggungnya segera ancang-ancang untuk menaikkan Chris supaya tidak merosot, lalu ia memegangi kaki Chris yang memeluk tubuhnya, dan selepas itu, Ran Tuan berlari dengan kekuatan orang jompo di luar nalar. Dia benar-benar bukan orangtua biasa.

Kami terus berlari. Terus berlari tanpa henti karena kami semua juga dikejar oleh waktu.

Jalur yang kami lalui tinggal lurus, dari sini saja aku bisa melihat daun pintu besi itu yang mulai tampak, beserta penjaga-penjaga bertubuh kekar di luarnya.

Aku langsung menurunkan ransel dari punggung sebagai bentuk tindakan preventif. Kalau-kalau Ran Muda atau Jason membutuhkan alat di dalam sini, aku bisa segera melemparnya ke arah mereka dalam waktu singkat.

Langkah kami tetap maju, tidak gentar sedikitpun meski detak jantung kami semua berpacu dengan ribut.

Kami berada pada lorong lurus dengan sisi-sisi tembok yang rapat. Lorong ini tinggal satu jalur. Aku yakin di ujung sana, ruangan berlapis besi itu, tidak akan ada cabang-cabang lorong lagi sehingga kami tidak akan memiliki kesempatan untuk kabur juga jika seandainya sesuatu terjadi di luar kehendak. Sebenarnya ini seperti misi bunuh diri. Karena kalau rencana Jason dan Ran Muda tidak berhasil, semua harapan-harapan hidup tidak akan ada gunanya lagi.

"BERHENTI DI SANA!" Seseorang berteriak dari jauh di depan daun pintu berlapis besi. Suaranya menggema. Dan kurasa aku mengenali suara itu.

"TETAP MAJU!" balas Jason berteriak sambil melihat sebentar ke belakang untuk meyakinkan kami.

"BERHENTI ATAU KALIAN SEMUA KAMI TEMBAK!"

Chris memeluk erat Ran Tua seraya memejamkan matanya. Aku melihat tubuh Chris ketakutan dan sedikit gemetar. Dan menyadarinya sepertu itu membuatku jadi prihatin, karena Chris tidak seharusnya melalui semua panggung ini. Hal-hal menyeramkan seharusnya berhenti saja pada film-film remaja atau dewasa, jangan disangkutpautkan ke dalam kehidupan anak-anak.

Maka aku benar-benar membenci mereka semua yang merencanakan hal-hal bodoh seperti ini.

Siapapun itu, entah Manda atau David yang licik, aku benar-benar membenci bagaimana isi kepala mereka bekerja.

Mereka mengatur panggung seolah-olah mereka adalah pemiliknya. Mereka mengubah persepsi dan memanfaatkan kami seolah-olah mereka berhak di atasnya.

Aku benar-benar membenci semua kegaduhan yang mereka buat. Benar-benar membencinya!

Kemudian waktu bergerak seperti melambat.

Orang-orang di ujung sana dan seseorang dengan suara familiar yang makin dekat makin terlihat (itu Frans), berbaris untuk menodongkan senjata seperti awal-awal kami tiba di frekuensi Derivea. Tapi kami ... kami berempat tetap berlari penuh keyakinan bahwa ini adalah keputusan paling baik yang dilakukan. Kami tidak boleh terlihat lengah. Aku tidak boleh sampai-sampai terlihat penuh takut.

"Jane, berikan bolanya padaku!" titah Jason sambil mengulurkan tangan ke belakang.

Aku segera memberikannya sebuah alat berbentuk bola dengan ukuran seperti bola tenis, yang lantas Jason lemparkan kepada mereka terlebih dahulu sebelum peluru-peluru itu dilontarkan ke arah kami.

"Berhenti!" teriak Jason sambil merentangkan kedua tangan supaya kami tidak lolos.

Dan kami berhenti. Menunggu reaksi bola itu yang menggelinding cepat ke arah orang-orang keamanan di sana.

Sementara mereka yang melihat bola itu menggelincir pada lantai langsung panik dan lari berhamburan. Dalam sepersekian detik saja, formasi mereka sudah berantakan.

Tapi waktu bergerak cepat. Dan Bola itu menggelincir cepat.

Mereka tidak sempat membuka daun pintu berlapis besi untuk bersembunyi darinya, karena bola itu mendadak meledak.

Bola itu ... meledak.

Benar-benar meledak.

Selepas itu Chris menangis. Ia  menjerit kencang karena mendengar bunyi ledakannya menggelegar dengan ngeri seperti suara debuman yang keras. Bahkan jantungku rasanya seperti ingin lepas dari posisinya. Dan tidak hanya itu, aku juga merasakan seluruh tubuh yang tremor tanpa ampun.

Apakah ini ... jalan yang benar?

Selanjutnya asap putih ledakan itu langsung mengepul banyak. Jason buru-buru mengambil alat lain dari ranselku, dan segera menyalakannya.

Alat itu—yang dinyalakan oleh Jason—rupanya semacam kipas angin portabel dengan angin yang lebih kencang daripada umumnya. Dan aku segera paham, bahwa ia menghindari kami terpapar dari asap ledakan tersebut.

"Mereka semua tidak apa-apa secara fisik. Ledakan itu bermaksud memberikan gas yang mengganggu kesadaran mereka sampai berpotensi koma," jelas Jason. Tangan Jason masih memegangi kipas angin portabel dan menunggu semua asap atau gas itu menghilang sepenuhnya.

"Ini yang pernah mereka lakukan kepada Chris," tambah Ran Muda.

Kemudian aku hampir pingsan. []

***

a/n: haiii semua aku sudah kembali lagi! get ready and take your seat. kita akan menuju Jane-Jason vs David-Manda pada bab selanjutnya!

Hertz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang