Aku tidak akan tertipu dengan semua omong kosong di sini lagi. Apa? Penjaga semesta? David adalah sosok yang manipulatif. Dia berusaha memanipulasi pikiran kami agar kembali tunduk kepada mereka. Yang mana, aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi. Jadi sebelum semuanya semakin larut, aku memotong David dengan keberanian penuh, dan memberikan perlawanan.
"Kalian memang sebaik apa sampai menjabat sebagai penjaga semesta atau pendamping Sang Sutradara?" tantangku seraya melangkah maju dan maju. "Kalian pembohong ulung, pembual payah, dan sayangnya, Sutradara bukan sosok yang menyukai sikap-sikap tersebut. Sudah cukup bualannya. Aku sudah muak dengan semua ini."
Aku berjalan ke depan bersama langkah yang tegas, sampai-sampai David tepat ada di depan mataku, berjarak kurang lebih setengah meter dariku.
"Kalian mengawasiku ... karena kalian takut, 'kan?" Kini aku membalas senyum sinis David tadi. Sudah sepantasnya ia dibalas. "Kalian takut frekuensi kami akan lebih berkembang daripada Derivea. Kalian menghambat pertumbuhan kami, revolusi-revolusi industri kami. Kalian tidak menyukai fakta bahwa kami akan berkembang." Aku diam sejenak. "Status kalian, bukannya sebagai penjaga semesta, melainkan penghambat peradaban. Kalian cuma sekumpulan orang-orang yang banyak takutnya."
"Aku tidak begitu," geram David.
"Kamu begitu," timpalku. "Kamu yang masih tidak mengerti. Dan, karena sekarang aku sudah mengerti. Aku akan menjelaskannya, bahwa kamu adalah orang yang naif, David. Sangat naif."
"Apa buktinya, Jane?"
Aku tertawa remeh. Lalu mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Kalian bisa berkolaborasi dengan kami, jika kalian cerdas. Tapi sayangnya, kalian naif, kalian haus kekuasaan di sini, haus menjaga status frekuensi paling maju dan mencoba menindas kami. Iya, 'kan?"
Aku memiringkan kepala. "Atau apa? Apa yang ada di pikiranmu? Kamu takut apa?"
David diam, tapi ia mengepalkan tangannya di belakang badan. Aku bisa menyadari itu dengan melihat ekspresi wajahnya yang menggertakkan gigi dan rahangnya yang mengeras.
"Dengan semua peralatan canggih di Derivea, aku yakin kamu pernah pergi ke masa depan. Apa yang kamu lihat di sana? Masa kejayaan kami? Apakah aku jadi penemu dimensi di dunia nanti?" Aku maju lebih dekat lagi ke arahnya, lalu menatap bola mata David lekat-lekat. "Selalu ada orang-orang sepertimu di sejarah peradaban, David. Seseorang yang menculik atau membunuh orang-orang yang memiliki potensi. Selalu ada orang-orang seperti itu. Dan, sekarang, aku tahu kamu siapa."
Bibir David berkedut. Pandangan tajamnya menusuk iris mataku. "Siapa?" tantangnya.
Aku membuat senyum simpul. Senang melihat David terpancing. "Bukan siapa-siapa," jawabku begitu saja.
"David, memang tahu apa kamu soal semesta? Konsep semesta saja kamu baru mengetahuinya lewat Manda, 'kan?" Aku mendesis. Aku menunjukkan betapa bodohnya David yang berusaha menipu kami sekali lagi. Aku menunjukkan posisi David sekarang, yakni tepat di bawah sana, jadi dia bukan siapa-siapa lagi. "Dasar mentalitas kepiting."
Lantas kemudian, karena pria itu sudah tidak mampu menahan emosi yang membendungnya, kepalan tangan David mendadak keluar dari balik badannya. Kepalan tangannya bergerak cepat dalam sepersekian detik. Dan yang baru saja kusadari adalah ... kepalan tangan itu mengarah ke wajahku.
Lalu, bunyi berdebum.
Aku terjatuh. Pipi kiriku langsung kebas. Mataku segera berair karena merasakan nyerinya yang menjalar.
Aku dipukul, untuk kali pertama.
Maka Jason refleks melepaskan koper di tangan dan langsung maju paling depan. "DASAR TOLOL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hertz ✓
Science FictionBook Series #1 Ada dunia yang seharusnya tidak kita lihat, ada suara yang seharusnya tidak kita dengar. Frekuensi adalah satu-satunya cara agar kita bisa menyadari semua itu. Karena kadang, bukan mereka yang tidak ada, melainkan kita yang memiliki...