"Kita tidak tahu di depan ada apa nanti, jadi kita harus bersiap untuk semua kemungkinan yang terjadi!" teriak Jason sambil berlari.
Kami semua kembali menyusuri lorong-lorong ini lagi, kembali menuju lift lagi. Dan jujur, jantungku agak berdegup tidak beraturan.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Jason, kita tidak benar-benar tahu ada apa di depan sana, karena semua ini berjalan tanpa rencana yang matang. Tidak seperti sebelumnya yang memiliki perkiraan waktu dan gambaran lokasi melalui perangkat di kamar Manda, kali ini kami seperti jalan di kegelapan, tidak tahu-menahu soal kondisi lapangan dan nekat menerobos menuju ketidakpastian.
Tapi, keputusan ini memang yang lebih baik, daripada kami berdiam diri seperti menunggu ajal menjemput.
Langkah kaki kami bergerak cepat-cepat. Semuanya gesit seolah-olah kami semua sudah terlatih. Kami tidak lagi bingung ketika ada lorong bercabang, kami sudah seratus persen percaya pada Jason bahwa ia akan mengantarkan kami ke arah yang benar melalui petunjuk di jam tangannya. Paling tidak, tempat di sini sudah sedikit kami kuasai.
"Sebentar lagi kita akan sampai ke lift!" Kini ganti Ran Muda yang berteriak memperingatkan.
Maka aku menggenggam tangan Chris lebih erat. Meyakinkan ke diri sendiri bahwa Chris ada di genggamanku, jadi ia tidak akan kenapa-kenapa lagi.
Aku sudah bisa melihat daun pintu lift berwarna silver di sana. Sedikit lagi kita akan sampai.
Setelah naik ke lantai atas, kita tinggal pergi ke ruangan Manda, mengaktifkan lubang cacing kembali, dan pergi dari sini.
Sedikit lagi semuanya akan selesai.
Aku yakin semuanya bisa pulang; bisa keluar dari frekuensi pembawa sial ini.
Daun pintu silver itu semakin dekat. Jadi kami meningkatkan kecepatan langkah kaki untuk mempersingkat waktu.
"Ayo! Ayo!" ucap Jason, memburu-buru.
Semuanya berlari kencang. Lari sangat kencang seperti ada yang mengejar di belakang. Pintu silver itu semakin dekat ... semakin dekat.
Namun, tiba-tiba, daun pintunya membuka sendiri.
Ia membuka sebelum kami tekan tombol untuk ke atas.
Seseorang ingin menuju ke sini.
Ada yang baru saja datang.
Aku mendadak memberhentikan langkah untuk bergerak. Tubuh Kedua Ran dan Jason juga langsung kaku seperti batu. Karena kami melihat yang datang adalah ...
Manda dan David.
"Kita bertemu lagi," kata Manda yang berjalan untuk menghadap ke arah kami.
Aku menarik Chris agar berdiri tepat di belakangku. Sementara Ran Tua langsung bergerak maju seraya mengambil kuda-kuda dengan tongkatnya.
Pria berperawakan tinggi dengan badan yang kurus—ini pasti David—itu melirik ke arah genggaman Jason. Jason berhasil membawa keluar koper dari tempat pengamanan. "Kalian sudah sampai sejauh ini," katanya.
Jason agak mundur ke belakang, membiarkan Kedua Ran memberi penjagaan ketat terhadap kami yang membawa barang-barang penting dan seorang anak kecil—Chris.
"Kalian memang mau ke mana?" tanya David, menantang, sambil maju selangkah mendekat.
Kami refleks berjalan mundur selangkah, berusaha membuat jarak aman dari mereka.
Selanjutnya aku memberikan tatapan sinis kepada Manda yang memperhatikanku dari tadi. Bisa-bisanya wanita itu memasang ekspresi polos seolah-olah tidak bersalah.
"Kalian mau ke mana?" tanya David lagi, mengulangi.
"Pulang," jawab Ran Muda masih sambil berkuda-kuda dengan tongkatnya, kalau-kalau mereka melakukan penyerangan secara mendadak, jadi paling tidak kami sudah bersiap.
David memiringkan kepala sedikit seraya tersenyum miring. Ia menoleh sebentar ke arah Manda. "Pulang katanya," ledek David kemudian terkekeh dan menggelengkan kepala, seakan-akan jawaban pulang adalah hal lucu di pendengarannya.
Pria itu memandang lurus-lurus lagi ke arah kami. "Rumahmu di sini, Ran."
Dan, itu adalah jawaban di luar ekspektasi kami semua.
Ran ... berasal dari Derivea?
Frekuensi awal Ran adalah di ... sini?
Aku sama sekali tidak mengerti. Sebenarnya apa yang mereka rencanakan kepada kami? Sebenarnya apa yang ingin mereka lakukan atas kami?
Ran Tua tak sengaja melepas tongkat runcing itu dari genggaman. Bahkan, posisi kuda-kudanya kini sudah tidak lagi ada. Malahan, pria tua itu berdiri dengan linglung. Dia benar-benar kebingungan sampai kakinya bahkan seperti tidak sanggup menopang tubuhnya lagi.
Ran Tua memegang kepalanya yang benar-benar pusing sambil berbicara lirih, "Ini semua ... apa maksudnya?"
Aku mengerti maksud kebingungan Ran Tua. Ran Tua sudah hidup selama ini, paling lama di antara kami, dan dia juga yang paling kebingungan. Ran Tua mungkin merasa dibuang selama ini. Ia tiba-tiba diterlantarkan begitu saja di frekuensi antah berantah (Quardon), tanpa bimbingan dari siapapun. Tapi ... tapi ternyata semua kebingungan ini malah semakin tidak ada ujungnya. Ran Tua sudah sampai di rumah, tetapi ia merasa seperti bukan di rumah, jika definisi rumah diartikan sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung dari marabahaya.
Derivea tentu terasa seperti bukan rumah baginya. Dan, ini semua membingungkan.
Mengetahui Ran ternyata bagian dari Derivea, juga membuat kepalaku sakit. Ini ... ini apa maksudnya?
"Kalian berbahaya." David buka suara, menjawab pertanyaan Ran Tua dan isi kepalaku. "Kalian semua: Jane, Jason, Chris, Ran. Kalian berbahaya. Kalian tidak tahu saja seberapa berbahayanya kalian bagi dunia ini; bagi semesta ini."
Ran Muda membanting tongkat di genggamannya dengan marah. Tongkat itu terpelanting ke lantai dan membuat bunyi yang menggema ke seluruh penjuru. Mungkin dia merasa dihakimi, dan itu membuat seorang Ran yang paling sabar di antara kami, menjadi marah.
"Stigmatisasi bukan hal yang dilakukan orang cerdas, David," desis Ran Muda kemudian.
David tertawa sinis. "Lihat, kau bahkan sudah mengetahui namaku."
"Kau memperalat kami! Kalian memperalat kami!"
David mengangkat tangannya untuk menggerakkan jari telunjuk. "Tidak, kami tidak begitu. Pekerjaan kami adalah membantu semesta, Ran. Kuulangi lagi, kalian semua berbahaya. Kalian bisa memakai kecerdasan di luar nalar itu untuk membuat genosida, peperangan, kekacauan. Kami membuatnya agar semesta ini tetap berjalan lurus dan konstan. Kami harus mengamankan kalian dari perbuatan kriminal. Mungkin tidak sekarang, tapi nanti, suatu saat nanti, kita tidak pernah tahu. Kami mengamankan dunia. Kami pengawas semesta."
Aku melepaskan genggaman Chris. Sebelumnya aku menatap dalam-dalam kepada Chris terlebih dulu dan menganggukkan kepala untuk meyakinkan, bahwa semua akan baik-baik saja. Selepas itu, setelah melihat pandangan Chris mulai menyejuk dan tidak lagi khawatir, aku melangkah maju. Aku maju paling depan, tepat di depan Ran.
Lalu aku berkata, "David, kamu adalah orang paling sok tahu dan pembual payah yang pernah kutemui dalam hidup."
Dan, mendengar kalimatku barusan, David tertegun dan tidak bisa menjawab apapun. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Hertz ✓
Science FictionBook Series #1 Ada dunia yang seharusnya tidak kita lihat, ada suara yang seharusnya tidak kita dengar. Frekuensi adalah satu-satunya cara agar kita bisa menyadari semua itu. Karena kadang, bukan mereka yang tidak ada, melainkan kita yang memiliki...