Pria berjas putih (aku lupa tidak menanyakan namanya) itu telah meninggalkanku. Yah, mungkin dia sibuk, mengingat dirinya seorang dokter, atau mungkin dia memang tidak mau berlama-lama di sini hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan konyolku. (Spekulasi kedua sepertinya lebih memungkinkan.)
Tapi beruntungnya, dia benar-benar meminjamkan tab miliknya itu kepadaku. Memang hanya sementara, tetapi walau hanya sementara, itu tetap berguna, 'kan? Lagipula sementara itu bentuknya relatif.
Empat puluh lima menit telah berlalu. Aku sudah melakukan beberapa pencarian melalui internet mereka dan rupanya banyak hal-hal yang menarik di sini.
Pertama, mereka punya jutaan kamera pengawas dalam satu wilayah (biasa kita sebut negara) yang tersebar ke berbagai penjuru dan perbatasan. Mereka merekam setiap kejadian; setiap gerakan. Dan apabila terdeteksi sesuatu hal yang salah, misalnya aku yang jatuh pingsan kemarin siang di dekat perbatasan hutan, kamera tersebut akan mengirim sinyal merah untuk meminta bantuan. Kemudian sinyal merahnya langsung diterima oleh pemerintah pusat dan tak lama lagi bantuan akan segera datang ke lokasi kejadian. Sangat efisien, bukan?
Sayang, aku tidak bisa melihat kamera itu (padahal aku penasaran setengah mati), karena katanya ukuran mereka terlampau kecil dan cara kerja kameranya juga terbang kesana-kemari agar mempermudah pemindaian lokasi. Jadi, akan sulit apabila ingin melihatnya langsung dengan mata telanjang. Oke, mungkin lain kali saja.
Dan keunikan yang lain, mereka menyimpan data seluruh penduduk melalui suatu aplikasi yang dapat diakses oleh siapa saja! Iya, siapa saja!
Ini kelewat luar biasa.
Maksudku, hei, bukankah data itu sesuatu hal yang bersifat privasi? Yang hanya bisa dilihat oleh diri mereka sendiri dan pemerintah setempat? Tapi di sini, mereka malah membuka aksesnya untuk semua orang. Bisa bayangkan?
Di tempat kita, kebocoran data pribadi yang ada pada media sosial saja bisa menjadi momok yang menyeramkan. Kita takut kalau data itu dipakai untuk hal buruk (yang hanya menguntungkan bagi sebelah pihak) oleh orang tidak bertanggung jawab. Atau ... kita tidak suka orang-orang asing mengenal kita lebih dari apa yang terlihat. Istilahnya, di tempat kita penguntit itu mengerikan. Benar-benar mengerikan.
Di sini? Tidak ada yang mempermasalahkan.
Aku pikir, mereka semua cukup terbuka untuk satu sama lain. Kenal atau tidak. Dekat atau tidak. Toh mereka tetap membuka pintu agar orang-orang bisa mengenal mereka dengan baik. Yah, tidak buruk juga, sih. Berarti mereka semua cukup bertanggung jawab untuk tidak menyalahgunakan informasi tersebut. Seharusnya.
Omong-omong dalam aplikasi ini, Knowing, mereka punya slogan yang menurutku lumayan juga: Knowing each other is a shape of humanity. Jadi melalui aplikasi Knowing aku bisa tahu berapa umur seseorang, kondisi kesehatan, pekerjaan, alamat rumah, hubungan dengan orang lain, foto-foto kegiatan, pendapat, dan masih banyak lagi. Aku bahkan sudah masuk ke dalam data mereka. Mungkin pria tadi (yang berumur seperempat abad atau lebih) memasukkan datanya atau membuatkan akun untukku selagi mengecek kondisi kesehatan. Kalau secara ringkas, kurang lebih seperti ini isinya:
Nama: Jane Cather
Usia: 16 tahun
Sekolah/Pekerjaan: -
Orangtua: -Diagnosa/Kondisi Kesehatan:
Amnesia 45%. Depresi atau gangguan kejiwaan lainnya 100%. Luka di kepala belum kering. (Note: disarankan menemui psikolog dan rutin mengganti perban atau mengunjungi Rumah Sakit untuk mengoptimalisasi penyembuhan luka di kepala.)Lokasi Saat Ini:
Rumah Sakit. Kamar No. 27-A, bagian kesehatan anak.Terakhir diperbarui 45 menit yang lalu ....
Sebenarnya masih banyak lagi data yang kosong. Dan yah, aku cukup terkesan dengan kondisi kesehatanku. Setidaknya pria itu sudah berusaha mengisi datanya (walaupun isinya kurang ajar!), jadi membuatku merasa cukup legal untuk berada di tempat ini. Kalau saja ada Jason dan Chris di sampingku, mungkin—tidak, tidak. Bukan mungkin, tapi pasti—mereka berdua akan tertawa puas ketika membacanya. Eng ... aku rasa, Jason yang lebih puas.
Eh, astaga, Jason dan Chris! Sekarang aku bisa melacak lokasi mereka!
Aku segera mengetik nama Jason dalam kolom pencarian sambil tersenyum bangga karena kecerdasan otakku ini. Begitu akunnya muncul di layar, aku terkesiap.
Nama: Jason Cather.
Usia: 16 tahun.
Sekolah/Pekerjaan: -
Orangtua: -Diagnosa/Kondisi Kesehatan: -
Lokasi Saat Ini:
Rumah Sakit. Kamar No. 27-B, bagian kesehatan anak.Terakhir diperbarui 2 menit yang lalu ....
Jason ada di sebelah ruangan ini!
Aku buru-buru menyibakkan selimut kemudian turun dari kasur dan mengenakan sandal yang telah disediakan. Jantungku bergemuruh hebat, aku berusaha berdiri walau kepalaku masih sedikit pening karena luka kemarin, dan sekarang ... mataku mulai memanas.
Jason benar-benar ada di sini!
Dan melihat lokasinya yang juga di Rumah Sakit, membuat perasaanku menjadi tidak enak seketika. Bagaimana jika sesuatu terjadi dengannya? Sesuatu yang lebih parah dari lukaku di kepala. Bagaimana ini dan bagaimana itu .... Pertanyaan-pertanyaan tentangnya mendadak menguap ke permukaan. Kepalaku jadi berisik untuk yang kesekian kali.
Tiba-tiba suara notifikasi dari tab mengalihkan perhatian. Jarakku dengan pintu sudah kurang dari dua meter, tinggal beberapa langkah lagi untuk keluar dari ruangan ini, tapi sejenak aku memilih untuk mengecek isi notifikasi.
Lokasi Saat Ini:
Rumah Sakit. Kamar No. 27-A, bagian kesehatan anak.Terakhir kali diperbarui 7 detik yang lalu ....
Bersamaan dengan itu, suara derit pintu terdengar.
Aku menengadah dengan mata berkaca-kaca, melihat pintu di depanku yang terbuka lebar-lebar ....
Melihat seseorang berdiri di depan sana dengan senyumannya yang khas. "Akhirnya ketemu." []
***
a/n:
Hai! Terima kasih atas jawaban-jawaban kalian di chapter 6. It's help me alot! Serius! XD.
Dan maaf, kekurangannya masih belum tertutup total, tapi itu semua jadi pembelajaran baru buat saya ke depan. So, thanks! :))))
See ya on next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hertz ✓
Science FictionBook Series #1 Ada dunia yang seharusnya tidak kita lihat, ada suara yang seharusnya tidak kita dengar. Frekuensi adalah satu-satunya cara agar kita bisa menyadari semua itu. Karena kadang, bukan mereka yang tidak ada, melainkan kita yang memiliki...