Aku duduk termenung di sofa, berpikir panjang dan tak berkesudahan. Lagi pula kalau diingat-ingat, ada banyak sekali yang aku pikirkan akhir-akhir ini. Ada banyak sekali yang aku pikirkan tentang dunia ini. Tentang Bumi.
Yah, kau sudah lihat sendiri, 'kan? Mereka magis, bahkan tanpa sihir seperti dalam film-film, tanpa sihir seperti kisah Cinderella. Mereka—alam semesta—tetap ajaib, bahkan sebelum kita menyadari keajaiban itu ada. Jadi, aku pikir, bukan hanya bilangan pi saja yang nominalnya tak terhingga, melainkan keajaiban dunia ini.
Berarti, sihir itu memang ada, 'kan?
Tunggu, tunggu, kalau kau langsung terpikir akan kata-kata Jason soal sihir ... bukan, bukan yang itu maksudku. Itu cuma konspirasinya saja. Lagi pula, mana ada orang waras di dunia yang menganggap fisika dan matematika itu bagian dari sihir? (Tentu saja, Jason bukan orang yang waras.)
Sihir yang kumaksud juga bukan pula seperti dalam film-film. Tentu ukan. Itu terdengar konyol.
Oke, aku ulangi, tentang sihir yang kumaksud di dunia ... kehadirannya ada, tanpa kita sadari. Maksudku, itu karena kita lebih sering menyebutnya dengan kata kebetulan atau takdir. Atau mungkin juga keajaiban. Kita tidak menyebutnya "sihir" secara eksplisit.
Yah, benar juga, sihir dan keajaiban 'kan, selalu berkaitan.
Begini, kesimpulannya, kebetulan-kebetulan yang kita temui di dunia ini adalah sihir. Kenapa? Karena bukan kita yang merencanakannya, tapi Semesta. Iya, Semesta sendiri. Sihir adalah suatu hal yang tidak bisa dikuasai oleh sains, mungkin ini sebabnya kenapa sains tidak pernah mutlak dan ilmu pengetahuan selalu berkembang.
Maka, aku menarik kedua sudut bibirku dan menghela napas lega begitu memikirkannya.
Aku jadi tersenyum memikirkan itu semua. Entahlah, semua pemikiran baru ini ... membuatku merasa ada di Bumi. Tidak peduli aku sudah membuat paradoks yang membingungkan bagi kosmos, tidak peduli aku sudah pingsan di hutan, dan tidak peduli aku hampir mati di tempat transisi, tanpa semua itu aku tidak akan bisa sampai di sini. Tidak akan pernah.
Kesimpulan lainnya: dunia ini magis, jauh lebih magis dari yang aku kira. Dan kau tahu bagaimana perasaanku begitu mengetahuinya? Luar biasa senang.
Jadi kalau begitu, apakah kehadiranku di frekuensi ini bentuk sihir dari Semesta? Apakah ini salah satu bentuk keajaiban yang Semesta tunjukkan?
Mungkin iya. Mungkin tidak.
Iya, mungkin. Masih kemungkinan. Dan "mungkin" itu berarti keraguan, 'kan?
Antara iya dan tidak, atau antara tidak dan belum. Kemudian kalau kau berpikir kata mungkin adalah sesuatu yang ganjil—yah, kau benar. Kemungkinan ini ambiguitas. Maksudku, kemungkinan juga keraguan ... semua ini ambigu. Dan kau ingat? Ambiguitas adalah sifat lubang cacing.
Jadi, mari kita mengubahnya.
Bukan "mungkin iya dan mungkin tidak", melainkan "mungkin iya dan mungkin belum". Ingat soal penggunaan belum? Belum adalah ketidakpastian. Itu sebabnya belum memiliki celah—ia selalu memiliki celah. Dan karena ia memiliki celah atau ruang kosong, itu menjadikannya sebuah kemungkinan. Atau malah, ruang kosong itu adalah ... kesempatan.
Dan kesempatan juga sifat lubang cacing, 'kan?
Maka, karena lubang cacing adalah "mesin pembuat kesempatan" yang memegang kendali penuh terhadap ambiguitas atau kemungkinan (atau kau bisa menyebutnya "ruang kosong"), maka dengan lubang cacing, kita bisa melakukan apa saja. Iya, apa saja. Apa masih membingungkan?
Oke, begini. Maksudku, dengan adanya lubang cacing ... kau bisa mengubah keraguan menjadi sebuah kepastian yang kau inginkan. Hebat, bukan? Kau bisa mengubah sesuatu—sesuatu yang tidak pernah kau pikirkan untuk diubah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hertz ✓
Science FictionBook Series #1 Ada dunia yang seharusnya tidak kita lihat, ada suara yang seharusnya tidak kita dengar. Frekuensi adalah satu-satunya cara agar kita bisa menyadari semua itu. Karena kadang, bukan mereka yang tidak ada, melainkan kita yang memiliki...