DUA PULUH ENAM

1.1K 73 3
                                    

                                            •
                                            •
                                            •

"Assalamualaikum bunda, Nadzira imoet nan lucu ini pulang," teriak Nadzira. Langkahnya terhenti tatkala melihat siapa yang duduk disofa.

"Keinna," Teriak adzira, tanpa aba aba ia memeluk erat tubuh perempuan itu.

Ya Keinna. Keinna grethania, ia adalah anak dari sepupu kakanya Arum. Sudah hampir enam tahun mereka tidak bertemu. semenjak Keinna mendapatkan beasiswa kuliah di Inggris, Ditambah Nadzira harus mondok disalah satu pesantren besar dijakarta. Mereka sudah tidak berkomunikasi lagi.

Usia mereka pun hanya berbeda 3 tahun saja. Saat Keinna S1 di Yogyakarta ia berusia 18 tahun, saat itu Nadzira masih menduduki kelas 1 SMA.

"Kapan lo datengg?!,"

"Tadi pagi, dijemput sama Om Nino sama tante Arum," Nadzira melirik pada kedua orang tuanya.

"Kenapa bunda sama Ayah gak bilang?,"

"Gak dibolehin sama keinna," Jawab Ayah.

"Keinna bakal tinggal disini untuk beberapa bulan," Ucap Arum.

"Serius?,"

Gadis itu hanya mengangguk.

"Gue punya temen buat diajak hangout lagi dong,"

"Gak. Gak mauuuu. Lo orang nya curang. Gak mau bayar pake uang sendiri,"

"Masa Om, dia ajak keinna Buat makan direstoran, tapi dia gak bawa uangnya. Ya alhasil keinna sama Nadzira di suruh cuci piring buat gantiin makanan-nya. Mana keinna juga uangnya habis buat bayarin tiket nonton Nadzira sama beli popcorn,"

"Nadziraaa kebiasaan kamu ini," Kata Ayah.

"Hehehe," Nadzira tersenyum tanpa dosa.

"Yaudah bunda Ayah aku ajak Keinna keatas ya, kasian dia pasti cape,"

                                     •••••

"Gue pinjem baju Lo dong Nad," Ucap Keinna.

"Cari aja dilemari," Nadzira menggidikkan dagunya pada lemari besar.

Keinna membuka lemari, ia mencari T-shirt Dan celana panjang. Pasalnya dirinya pulang kesini tidak membawa baju untuk tidur.

"Gue mandi duluan ya,"

"Okeh," Seraya menunggu gadis itu selesai mandi, Nadzira akan meregangkan tubuhnya berbaring diatas kasur.

Sepuluh menit keinna habiskan dalam kamar mandi. Perempuan itu melemparkan handuk berwarna kuning bermotif bebek itu pada Wajah Nadzira.

"Heh bangun, mandi. Shalat belom?, masa lulusan Santri masih males males gini," Celetuk Keinna, tapi itu terdengar menyebalkan ditelinga Nadzira. Mau tak mau ia harus membuka matanya.

Keinna itu orang yang sangat memperhatikan kebersihan, tidak hanya kebersihan badan, tapi lingkungan yang ada disekitarnya juga.

"Berisik,"

Nadzira mengambil handuk di wajahnya dan berjalan menuju kamar mandi. Saat hendak memasuki kamar mandi, Nino memanggil Nadzira dari luar.

"Nadzira, nanti kalo sudah mandi turun kebawah. Jangan lama-lama. Ayah sama bunda tunggu!,"

"Iya. Aku lagi gosok gigi. Tadi keinna mandinya lama,"

"Memangnya kamu. Mandinya kayak ular, wangi sabun pun tidak pernah tercium,"

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang