LIMA PULUH SATU

871 43 8
                                    

                                     •
                                     •
                                     •

Cafe baru itu di beri nama Tsurayya Cafe. Ketiganya menatap Kagum Cafe tersebut. Selain sejuk, aksesoris cafe yang di pajang cukup mengagumkan. Banyak sekali kaligrafi, tulisan Arab, dan quotes-quotes islami. Tak hanya islami, ada juga quotes tentang hidup, dan semangat belajar.

Cafe ini memiliki tema, tentang Cinta. Namun, Cinta yang merujuk pada sekitar. Seperti pada lingkungan, menjaga kekeluargaan, dan cinta pada takdir Allah yang terkadang tak sejalan dengan harapan. Cocok sekali untuk anak remaja dan para ukhti atau akhi.

Siang itu, banyak orang yang datang pada peresmian cafe itu. Tetapi lebih dominan anak mahasiwa, karena memang cafe tersebut dekat dengan gedung UNJ.

"Wahh, bagus banget cafenya. Banyak quotes-quotes lagi." Komentar Nadzira. Hatinya semakin tertarik ketika mereka masuk Lebih dalam lagi.

Hana dan Caca mengangguk setuju.
"Enak nii... kalau kita nugas disini." Kata Hana.

"Kayak mau ngerjain tugas aja. Biasanya ngeluh mulu tuh. " Sindir Caca.

"Kayaknya yang punya cafe ini anak seumuran kita, remaja gitu." Untung saja Nadzira keburu berbicara, kalau tidak sudah pasti terjadi aksi jintak menjitak atau adu mulut.

"Cafe ini di buat untuk anaknya. Yang gue denger sih gitu. Terus ya, Cat tembok, aksesoris, sama quotes itu juga kesukaan anaknya. Anaknya ituloh. Cantik, sholehah, pinter lulusan universitas terkenal di Madinah, gak tau lupa namanya apa."

"Ayo kita duduk disana. Pegel lama-lama gue." Ajak Hana. Mereka duduk pada kursi yang berisikan tiga kursi.

Baru juga mereka duduk. Nadzira teringat sesuatu. Dirinya lupa farhan menunggunya di mobil. Nadzira mengambil ponselnya di tas. Dirinya pun lupa malah mematikan data.

Kan benar, ada dua puluh panggilan Masuk dari farhan. Saat hendak ingin menelponnya balik. Ada seseorang yang menyapa mereka bertiga.

"Hai Hana, Caca, Nadzira!" Sapa seorang laki-laki dengan dua temannya.

Nadzira melotot tak percaya orang didepannya.

"Anjir! Aksa, Eza, Riyan." Gumam Hana.

"Kita pergi yu dari sini." Bisik Nadzira setengah takut. TIDAK. Nadzira bukannya takut pada Aksa. Melainkan. Dirinya takut disini ada Revan.

Kalian masih ingat pada Revan? Yang tahun lalu di penjara. Nadzira takut jika Revan sudah keluar dari penjara dan ingin mencari Nadzira untuk balas dendam. Nadzira bukannya takut, tetapi lebih berhati-hati saja.

Baswara Aksa Damian seorang trouble maker. Penguasa jalanan. Memiliki 100 Anggota geng motor. Pemuda itu sering sekali membuat onar saat SMA dulu. Sampai-sampai dirinya di keluarkan dari sekolah. Aksa memang tampan, tapi kepribadian-nya begitu kasar.

Hubungan antara Revan dan Aksa sebatas ketua dan anggota. Dirinya tidak akan membahas soal Revan. Melainkan sengaja ingin bertemu dengan Nadzira.
Aksa dari kelas sebelas memang sudah suka pada Nadzira, tetapi lelaki itu tidak berani menyatakan perasaannya. Bukannya dia tidak gentleman. Tetapi ia mempunyai alasan yang lain. Pikirnya Nadzira tipikal orang yang mempunyai tipe Yang tinggi, terus Nadzira orang yang sangat susah untuk di deketin.

Tapi lama kelamaan Aksa melihat kedeketan Revan dan Nadzira yang begitu dekat, hingga akhirnya jadian. Dirinya menyesal. Dan dia akan menyatakannya sekarang.

"Nadzira, mau kemana cantik?" Bisik Aksa, tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

Tangan Aksa menyentuh hijab yang Nadzira kenakan dengan senyuman miring. "Lo makin cantik aja kalau pake hijab gini."

Nadzira tak suka Aksa menyentuhnya. Lalu dengan kasar Nadzira menepis tangan Aksa. "Jangan sentuh gue!"

"Iya lo! Gak sopan banget jadi cowok." Saut Caca.

"Kan emang dia kayak gitu dari dulu, mangkanya dikeluarin dari sekolah. kalo lo lupa, Ca." Cibir Hana.

Aksa tak menghiraukan perkataan Caca dan Hana. Ia kembali pokus pada Nadzira. "Sikap lo bikin gue tertarik. Gak kayak kakak lo. Polos, lugu, gampang di bohongin. Pantes Revan berhasil jalanin rencana gue." Revan terkekeh mengucapkan kalimat terakhir.

Tetapi mendengar kalimat terakhir, berhasil mengundang emosi Nadzira. Satu tangan berhasil Nadzira layangkan pada rahang pria itu.

"Jangan pernah HINA! Kakak gue, apalagi ungkit masalah yang dulu." Nadzira berbicara dengan telunjuk  menunjuk pada wajah lelaki di hadapannya. Nadzira tak peduli apa yang akan orang katakan. Jika ini telah menyangkut keluarga-nya.

"Bentar, bentar Nad. Maksud dari perkataan Aksa yang terakhir apaan?" Kata Hana curiga. Mereka bertiga berpilin. Memutar perkataan demi perkataan Aksa 180 derajat.

"Pantes, Revan berhasil jalanin rencana gu-" Saut Caca. Tetapi satu huruf lagi tak ia sebut. Dirinya langsung menatap pada Nadzira. Aneh. Ganjil. Apa maksud dari perkataan Aksa barusan?.

"SHIT!" Umpat Aksa. Dirinya terlalu bego mengatakan hal itu. Tamat sudah riwayatnya.

Nadzira menarik baju laki-laki itu. "BRENGSEK!" Makinya Dan terakhir, untuk keduanya kalinya rahang pria itu berhasil Nadzira pukul dengan keras.

"Jadi, sebenernya yang lakuin hal itu bukan Revan? Tapi rencana LO!?"

Aksa tak kunjung menjawab. Ia hanya diam. Jika dirinya jujur, sama saja menyerahkan dirinya pada Musuh. pasti Nadzira akan lapor polisi dan semua kejahatannya akan terbongkar. Dan Revan akan keluar.

"Cuma laki-laki BEGO. Yang tidak berani mengakui kesalahannya. Pria sejati itu, pria yang berani mengakui kesalahannya dengan berkata jujur. Bukan malah sembunyi di balik tembok."

"Katanya Gangster, masa cuman jawab pertanyaan segitu doang kayak orang bisu." Cibir Caca.

"Anjing Lo!"

"JAWAB PERTANYAAN GUE, AKSA!" Nadzira meninggikan suaranya.

"GUE SUKA SAMA LO! Gue sakit hati liat lo jadian sama Revan. Dan orang yang udah buat kakak lo kayak gitu, itu bukan Revan. Tapi gue. Gue yang suruh Revan ngelakuin itu. Dengan Syarat. Kalau sampai dia berhasil. Gue bakal bayar Uang oprasi ibunya Lima ratus juta."

"Dan gue seolah-olah buat Rekayasa kalau Revan memang ingin bales dendam karena lo mutusin dia. Padahal. Dia gak ada niatan sama sekali buat nyakiti Metta."

"BRENGSEK!!"

"Anjing! Gila lo aksa" Ucap Hana.

"Cowok macam apa lo!? bahkan lo rela manfaatin situasi orang lain buat mencapai tujuan lo. Jangan mentang-mentang lo orang kaya bisa berbuat seenak lo. Apalagi perbuatan lo itu ngerugiin dua pihak." Saut Caca. Sedikit lebih maju agar lebih dekat dengan wajah pria itu.

Hana mengeluarkan ponselnya. Sudah dipastikan pasti perempuan itu akan menelpon polisi. Tetapi hal itu diketahui oleh Aksa. Pria itu memberi kode pada temannya untuk mengambil ponsel milik Hana.

"Balikin gak Eza" Pinta Hana.

Aksa berjalan sedikit lebih maju. Agar dekat dengan Caca. "Saking banyaknya gue juga bisa beli harga diri kalian."

Mendengar itu Nadzira memukul rahang pria itu dengan keras. bodo amat apa yang akan orang lain katakan.

"Anjing, sialan" Makian Aksa membuat seluruh mata melihat kearah mereka.

"Seret cewe murahan ini!" Perintah Aksa pada temennya.

"Jangan sentuh temen gue!" Cegah Caca. Tatkala Riyan dan Eza ingin menyentuh lengan Nadzira.

"Jangan halangin dia, atau lo mau gue Hajar" Tunjuk Aksa pada Caca.

Emosi Nadzira sudah tak bisa ditahan. Dengan gerakan cepat Nadzira melempar tasnya sampai mengenai wajah Aksa dan tersungkur.

"Mampus Hahaha—" Ucap keduanya.

"Dasar cewek gak punya adab." Aksa kembali bangkit. Berjalan mendekati Nadzira. Saat tangan kanannya terangkat. Sebuan tangan kekar menahan pergelangan-Nya.

"Sekali saja kamu sentuh perempuan saya. Tidak ada kata ampun untuk berandal gila gak punya adab seperti kamu."

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang