LIMA PULUH DUA

360 27 2
                                    

                                        •
                                        •
                                        •

"Sekali saja kamu sentuh perempuan saya. Tidak ada kata maaf untuk berandal gila gak punya adab seperti kamu."

Terjadi keheningan, sesaat setelah Farhan mengatakan hal tersebut. Pemuda berbadan tinggi dan style seperti anak mahasiswa. Membuat teman-teman Aksa terdiam. Begitupun Caca dan Hana.

"Farhan?" Gumam Nadzira, raut wajah perempuan itu terlihat syok.

"Uu... ada pahlawan kesiangan nih. Lepasin tangan gue!" Sentak Aksa, menepis tangan Farhan dengan kasar.

Aksa menatap Tajam kearah Farhan. Begitupun sebaliknya. Ia mengeluarkan tatapan yang jarang sekali ia perlihatkan. Bak Harimau yang ingin memangsa tawannya.

"Lo siapanya Nadzira? Berani ikut campur"

"SAYA, SUAMINYA" Ucap Farhan penuh penekanan.

Mendengar penuturan itu Aksa terkekeh tak percaya. Dan-

Bugh!

Satu tinjuan berhasil mengenai rahang kokoh Farhan. Ia meringis kesakitan.

Farhan mengusap sedikit darah diujung bibirnya. "Saya gak suka lihat Laki-laki kasari perempuan. Apalagi perempuan saya" Ucapnya.

Aksa tertawa sinis, ia tidak kenal siapa Farhan. "Lo siapa? ngaku-ngaku suaminya"

Farhan tak banyak bicara, ia hanya mengangkat satu alisnya, yang membuat Aksa kembali geram.

Bugh!!

Satu tinjuan lagi melayang. Membuat bibir merah muda Farhan lagi lagi mengeluarkan darah segar. Bukan tidak mau membalas. Dirinya hanya malas dan Tidak ingin membuat keributan juga disini. Apalagi cafe ini baru diresmikan.

Aksa mendekat kearah Nadzira, Mengusap dagu gadis itu. "Perempuan-Nya cantik, seperti bicth diluaran sana"

Nadzira menghindar dari perlakuan Aksa. Farhan sudah tak bisa menahan emosinya, sudah dari tadi ia menahan segala amarahnya melihat perlakuan semena-mena Aksa pada perempuan.

Bugh!
Bugh!
Bugh!

Pukulan bertubi-tubi Farhan berikan pada Aksa. Aksa tak mampu melawan. Farhan terlalu kuat baginya. Ia kira Farhan hanya pria lemah.

"Mening sekarang kamu pergi dan bawa teman-teman kamu. Dari pada saya habisin kamu disini."

Sial, Kali ini dirinya menyerah melawan musuh. Mau melawan lagi pun teganya sudah terkuras habis. Dari pada nanti akhirnya Mati konyol.

"Security! Bawa mereka keluar semua"

Security itu mengangguk, menuruti permintaan Farhan. Sedangkan Nadzira, ia mematung. pikirannya masih tertuju pada kakaknya (Metta) dan Revan. Dalam otaknya seolah berbicara 'Kalau Revan di penjara siapa yang urusin ibunya sekarang? apakah ibunya sudah sehat? Apa ibunya tahu Revan di penjara?' Sungguh ia merasa bersalah.

Farhan mengusap pelan bibirnya yang lumayan terasa ngilu. Pukulan Aksa memang cukup keras. Tapi dirinya lebih mengkhawatirkan Keadaan istrinya.

"Nadzira, apa kamu baik-baik saja?" Ucap Farhan. Namun, Nadzira tidak mendengarnya. Ia mencoba mengguncangkan tangannya. Dan Nadzira terkejap.

"Kamu baik-baik aja?" Tanyanya sekali lagi, khawatir.

Bukannya menjawab Nadzira malah balik nanya. "Sakit gak?" Tanyanya panik. Farhan tetap santai dengan wajah lebamnya itu.

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang