DUA PULUH TUJUH

1K 67 12
                                    

                                           •
                                           •
                                           •

Nadzira menangis, tau begini ia tidak ingin mendengarkan apa yang ingin bundanya bicarakan.

Ia mendekat kearah bunda, kembali memohon.
"Aku gak mau bun, aku udah gede, Nadzira gak mau dijodoh-jodohin" ucapnya terbata bata karena terganggu Isak tangisnya.

Nadzira beralih menatap ayahnya, ia tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi tanpa ia bicara pun wajahnya sudah jelas menggambarkan dirinya tidak ingin dijodohkan. Ia menggeleng kecil, ia harap Ayahnya akan membatalkan perjodohan ini.

Nino tersenyum, ia mengusap puncak kepala Nadzira.
"Gak papa sayang, laki-laki yang akan dijodohkan dengan kamu bukan sembarangan kok. Ayah dan bunda sudah sangat kenal dengan laki-laki itu".

Didalam tatapannya tersirat tatapan Marah, sedih, kecewa, bercampur aduk disana.

"Tapi Nadzira gak mau yaahh, aku mohon kali ini aja Turutin kemauan Nadzira, bilang sama bunda jangan jodohin aku".

"Bunda sama Ayah mau yang terbaik buat kamu sayang".

Mendengar itu Nadzira kembali meraung seperti anak kecil.
"Ayah, bunda Nadzira mohon. waktu itu Bunda sama Ayah maksa aku buat masuk pesantren,oke aku udah turutin kemau kalian buat masuk pesantren, dan sekarang kalian mau jodohin aku sama laki-laki yang aku gak kenal sama sekali. Aku mohon kali ini aja turutin kemauan aku" tangisnya kembali pecah.

Bundanya membalikkan badan Nadzira Agar menghadap dirinya kembali, mengusap lembut air mata anak gadisnya.
"Nadzira denger bunda sayang, bunda tahu yang terbaik buat kamu, dan bunda udah yakin, laki-laki yang akan dijodohkan dengan kamu bukan sembarangan, bunda juga yakin dia pasti bisa bimbingan kamu jadi lebih baik lagi".

Nadzira menatap kedua mata Bundanya.
"Bun Nadzira gak mau".

Nino duduk mendekat kearah Nadzira, tersenyum hangat pada anak gadisnya.
"Laki-laki yang akan dijodohkan dengan kamu, dia salah satu santri lulusan pondok pesantren terkenal, pengetahuan tentang agamanya juga tidak diragukan. Hapalan serta bacaan Al-Qur'an nya juga insyaallah sudah mantap, Ayah sama Bunda yakin kamu pasti suka" ucap Ayah mencium kening Nadzira.

Nadzira merengek pada sang Ayah.
"Nadzira baru aja lulus pesantren yah, masa disuruh nikah. Nadzira gak mau" ucapnya dengan wajah yang sangat kusut, akibat banyak menangis.

"Yang Nadzira suka itu Farhan, bukan laki-laki lain. Sikap Farhan yang soft, pinter, sabar, itu ngebuat hati Nadzira mencair Karena sikapnya. Walau Nadzira gak tau apa Farhan punya perasaan yang sama" gerutu Nadzira berbicara didalam hati.

Jika dirinya dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya, dirinya tidak bisa mengharapkan Farhan kembali. Walau dirinya tau, mengharap pada manusia itu mempunyai konsekuensi sakit hati.

Nadzira tetaplah Nadzira, ia tetap dengan pendiriannya, ia tidak ingin dijodohkan.
"Nadzira gak mau dijodohin, Nadzira gak SUKA" ucapnya menekan Kalimat terakhir. Ia tidak bisa menjelaskan alasannya kenapa dirinya tidak ingin dijodohkan. Setelah itu Nadzira berlari kekamarnya dengan perasaan tak tentu.


> _ <

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang