EMPAT PULUH EMPAT

942 55 2
                                    

                                    •
                                    •
                                    •

Saat farhan terbangun pukul dua pagi untuk melaksanakan salat sunnah Tahajud, ia memindahkan Nadzira terlebih dahulu kedalam kamar. Karena udara dingin malam ini sangat menusuk, ia lihat sekujur tubuhnya Nadzira menggidik kedinginan. Farhan takut nantinya Nadzira menjadi sakit. terlebih Nadzira tertidur tadi malam tidak mengenakan selimut.

Setelah melaksanakan salat sunnah Tahajud, ia tidak tertidur kembali, farhan akan menunggu sampai adzan subuh. Dan Seperti hari hari biasanya, Farhan selalu datang ke masjid sebelum adzan subuh berkumandang. Tapi sebelum Farhan berangkat ke masjid ia akan membangunkan Nadzira terlebih dahulu.

"Nadzira bangun yu, bentar lagi subuh. Aku mau pergi ke masjid," Farhan Menggoyangkan lengan Nadzira pelan, agar perempuan itu Terbangun.

"Hmmm," Bukannya terbangun Nadzira malah semakin pulas. Farhan mengambil napas dalam, membangunkan Nadzira memang  harus benar benar sabar. karena perempuan itu sangat sulit untuk di bangunkan.

"Yaallah Nadzira, sayang bangun yu, Nanti aku telat"

"Yaudah kamu pergi aja nanti aku juga bangun kok," Nadzira berbicara seperti itu masih dengan mata terpejam dengan suara khas bangun tidur. Sebenarnya telinga Nadzira itu setengah mendengar suara farhan membangunkan nya, hanya saja separuh nyawanya masih di dalam alam mimpi.

"Kamu bangun atau mau aku cium," Ancam farhan, tetapi Nadzira tidak menghiraukan nya. Dan Farhan benar melakukan nya, ia mencium pipi kiri Nadzira.

"Astaghfirullah Nadzira Ayo bangun dong," Farhan harus benar benar sabar membangun kan Nadzira.

Farhan jadi kepikiran, bagaimana cara teman temannya dan pengurus membangunkan Nadzira saat di pesantren. Apa sama Susahnya?. Pantas saja ia sering melihat Nadzira Terkena hukum karena tidak ikut salat subuh berjamaah. Dan hampir setiap hari ia melihat nya. Karna Nadzira sangat susah untuk dibangunkan. Mungkin sekalipun ada gempa perempuan itu tidak akan terbangun dan tetap didalam alam mimpinya itu.

Karena suara farhan terus terusan berdengung di kedua telinganya, Nadzira terpaksa membuka mata dan terduduk. Nadzira mengucek matanya yang masih ingin tertutup rapat.

"Alhamdulillah bangun juga,"

"Tadi kamu bener cium aku?," Tanya Nadzira, bukannya langsung mandi malah menanyakan ancaman farhan tadi.

"Iya. Udah ayo mandi Ambil wudhu, aku mau ke masjid,"

"Yang mana?"

"Kiri, udah ayo mandi nanti aku telat,"

"Kirain yang—"

"Apa?. Udah cepet mandi"

"Baikk," Dengan terhuyung huyung Nadzira berjalan menuju kamar mandi. Farhan akan pastikan terlebih dahulu Nadzira masuk ke kamar mandi dan ia akan langsung  pergi ke masjid.

Nadzira keluar dari kamar mandi kemudian mengambil sepasang mukena yang tergantung di dalam lemari. Ia menggelarkan sajadahnya. Tapi tiba tiba Nadzira teringat. Kan dirinya sedang datang bulan.

"Astaghfirullah aku lupa, aku kan lagi datang bulan," Katanya, mau tak mau Nadzira harus melipat kembali sajadahnya dan menggantungkan kembali mukena nya di lemari.

Karena Nadzira tidak sedang melaksanakan shalat. tadinya Nadzira akan kembali menggulung Tubuhnya diselimut dan melanjutkan tidurnya, tapi ia ingat. Kalau dirinya tertidur kembali pasti Farhan akan memarahinya. Jadi ia akan menunggu sampai matahari Menampakkan wujudnya dengan sempurna. Karena Langit masih berwarna jingga. Nadzira membukakan jendela kamarnya agar udara subuh masuk kedalam kamar.

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang