EMPAT PULUH SATU

1K 55 0
                                    

                                    •
                                    •
                                    •

Nadzira mengutak-ngatik layar ponselnya. Sejak ia bangun tidur tadi, dirinya tidak melihat dimana farhan. Nadzira iseng mencari-cari beberapa brosur Universitas.

Dirinya jadi kepikiran ingin melanjut kan study-Nya. Tapi Nadzira juga harus meminta izin dulu pada farhan, bagaimana pun sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri.

Entah mengapa tiba-tiba Nadzira mengklik sebuah Universitas dengan prodi KEDOKTERAN.

Pikiran Nadzira langsung saja tertuju pada Metta. Metta ingin sekali menjadi dokter. Nadzira jadi berniat ingin melanjutkan cita-cita kakaknya yang tidak jadi terwujud.

"Kalo gue mau lanjut kuliah, farhan izinin gak ya" Ucap Nadzira menatap Sedih layar hp-Nya.

"Assalamu'alaikum" Ucap Farhan.

"Wa'alaikumsallam"

"Udah bangun?" Tanyanya, Nadzira menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kamu abis darimana?"

"Aku tadi jalan pagi keliling komplek sekalian kenalan sama orang komplek disini, kita kan orang baru. Tadinya aku mau ajak kamu, tapi aku liat kamu tidurnya nyenyak bangett. Gak tega aku banguninnya"

"Euumm..., aku mau minta izin sama kamu boleh?" Tanya Nadzira ragu. Farhan duduk disebelahnya.

"Minta izin mau ngapain?"

"Aku pengen kuliah. Boleh?"

Farhan mengulum senyumnya.
"Jadi istri aku ini mau kuliah," Nadzira menganggukkan kepalanya antusias.

"Bolehkan?"

"Tentu saja boleh"

"Serius?" Tanya Nadzira semangat.

"Dua rius," Nadzira langsung saja  memeluk tubuh farhan excident. Farhan balik memeluk Nadzira.

Dering dari ponsel Nadzira membuat dirinya harus melepaskan pelukannya. Ia mengambil hp-Nya dan melihat siapa yang menelponnya.

"Siapa?"

"Bunda," Tanpa tunggu lama, Nadzira mengangkat telpon dari bundanya.

"Hallo, Assalamu'alaikum bunda"

"Wa'alaikumsallam"

"Ada apa bunda telpon?"

"Kamu sama farhan kesini ya, bunda udah masak banyak makanan. Sekalian bunda mau liat mantu bunda yang ganteng"

Nadzira mendengar itu mendengus kesal. Bukannya anaknya sendiri yang di puji, malah farhan.

"Siapp bundaa"

"Cepat jangan lama lama kesininya, nanti bunda gak bakal bagi waris"

"Ihh, anceman bunda mah mainnya"

"Udah cepetan kesini"

"Iyaaa bunda ku sayang"

Nadzira mengakhiri telponnya, ia menyimpannya kembali keatas meja.

"Bunda ngajak kita makan, katanya udah masak banyak makanan. Mubadzir kalau gak dimakan" Ucap Nadzira dengan nada sedikit kesal dengan Perkataan bundanya tadi.

"Kok diajakin makan sama bunda cemberut gitu mukanya".

"Gak papa. Udah cepet sana siap siap" Titah Nadzira.

Farhan mengangguk.
"Oke Cantik," Balas farhan, mencium singkat bibir merah muda milik Nadzira. Lalu pergi meninggalkan Nadzira yang masih terdiam kaku disana.

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang