TIGA PULUH DUA

1.1K 73 1
                                    

                                          •
                                          •
                                          •

"Assalamualaikum Bu Negara" Teriak Nadzira seraya membawa dua tas belanjaan.

"Wa'alalikumsalam" Jawab Bunda.

"Nah pulang juga kamu" Ucap Bunda seraya menyimpan buku yang tadi bunda baca di atas meja.

"Sekarang kamu cepet ke atas, terus mandi, pake baju yang rapih, sopan" Suruh Bunda.

"Gak ah, males" Jawab Nadzira enteng.

Bundanya sudah menyedekapkan kedua tangannya didepan dada. Pasti sebentar lagi Bundanya akan mengeluarkan jurus Omelan-Nya.

Nadzira sendiri sudah bisa menerjemahkan wajah Bundanya, ia pun langsung mengangguk-Kan kepalanya dan langsung berjalan keatas.

"Punya bunda itu dikit dikit ngancem, dikit-dikit melotot. Gak seru banget sih" Omelnya seraya menaiki anak tangga.

                                          •••••

Sesuai apa yang tadi Bundanya suruh, Nadzira memakai dress floral berwarna cream dan kerudung pashmina berwarna coksu yang tadi dirinya beli di mall saat bersama sahabat-Nya.

Ia mengaca di kaca besar kamarnya untuk memastikan ia cocok dengan baju itu.

Sesekali Nadzira membulak-balikkan padanya seperti sedang fashion show, tak lupa ia membenarkan kerudung agar terlihat tegak paripurna.

"Warna-Nya Cocok gak sih, Katro gak sih," Ucap Nadzira meng-Kritik dirinya sendiri.

"Ah masa gue salah pilih warna, bego sih kalau gue pilih warna yang salah".

"Ahh tau ah, mening gue tanya Bunda aja," Ucapnya lalu berjalan kearah pintu untuk menemui Bundanya.

                                     •••••

"Bunda aku cocok gak sih pake baju ini...," Teriak Nadzira seraya menuruni anak tangga.

Nadzira tidak sadar ada tamu dibawah, ia jadi malu sendiri.
"eh, Tante, Om" Nadzira terkekeh kecil.

"Kalau mau ngomong itu jangan teriak-teriak, malu-Kan jadinya" Bundanya menarik lengan Nadzira untuk ikut duduk.

"Lucu Ya pa calon Mantu kita," ucap Tante Salamah terkekeh kecil.

"Enggak tadinya aku mau minta pendapat Bunda sama warna baju aku, Soalnya kalau gak teriak Bunda suka gak kedengaran" Celetuk Nadzira.

"Tapikan Bunda itu gak Tuli."

"Cocok kok warnanya, Cantik seperti orang-Nya" Puji Tante Salamah, ia mengelus lembut kepala Nadzira yang tertutup Khimar.

"Makasih Tante," Nadzira tersenyum kikuk.

"Maaf ya Rum, harus nunggu lama Anak saya," ucap Tante Salamah sungkan.

"Kayaknya dia kejebak macet, soalnya jam segini pasti lagi rame-rame nya jalan" sahut Om Haidar.

Arum tersenyum tidak masalah harus menunggu sang menantu datang, kiwkiw calon mantu.

"Gak papa, Silahkan Minum tehnya," Arum menyodorkan teh buatan-nya tadi.

"Saya juga gak enak, Kita bicarakan gimana kelanjutan-Nya Gak ada suami saya," Ucap Arum.

"Gak Papa, maklumlah Bisnis men," Kata Om Haidar diiringi tawa kecil. Arum dan Salamah pun Ikutan terkekeh.

Cinta berawal dari pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang