•
•
•Farhan jadi merasa bersalah, ia menggaruk hidungnya yang tak gatal dan menyusul Nadzira.
Sebelum menghampiri orang tua dan mertuanya, Nadzira terdiam sejenak di anak tangga terakhir untuk mengambil napas dalam dan menetralkan rasa groginya. Bukan tak apa, Nadzira masih gugup, takut, kalau harus bertemu dengan orang tua farhan.
"Gak apa-apa, ayo," Ucap farhan seakan tahu kalau Nadzira gugup. Nadzira tergubris, kenapa farhan tiba-tiba ada disebelahnya. ia melirik farhan sejenak. Nadzira harus tetap kelihatan masih marah padanya. Ia Menghela napas sebelum melanjutkan langkahnya.
"Eh, mantu Ummi," Sapa Ummi salamah. Nadzira tersenyum kikuk, kemudian menyaliminya. Tak hanya Ummi, Nadzira menyalimi Abi, Ayah, dan terakhir Bunda.
"Kangennnn" Rengek Nadzira memeluk bundanya erat. Melihat itu farhan terkekeh melihat tingkah Nadzira yang menggemaskan. Ingin sekali ia mencubitnya dan mencium wajah Nadzira.
Bunda melepaskan pelukannya, mengusap kepala Nadzira. "Bunda juga sayang, apalagi di rumah sekarang sepi. Cuma ada Bunda sama Ayah aja." Lirih Bunda.
"kamu sehat?," Tanya Ayah. Nadzira mengangguk cepat.
"Ayah sendiri?"
"Alhamdulillah, sehat"
"Farhan, Nadzira nurutkan sama kamu?" Tanya Bunda, matanya melirik Nadzira sinis."gak keras kepala?"
"Nurut kok Bunda, tapi kalo keras kepala, sedikit" Jawab farhan, yang Langsung diberi tatapan tajam oleh Nadzira. Kenapa farhan malah membuka aibnya. Jadi malu kan dirinya, mana disini ada Ummi dan Abinya farhan.
"Aku bikinin air dulu ya" Pamit Nadzira.
"Ummi, Abi, kok bisa bareng sama Ayah sama Bunda?, habis dari mana memangnya?" Tanya Farhan. Karena dirinya tahu, jarak dari rumah orang tua dan Mertuanya cukup jauh dari rumah mereka. Mana mungkin mereka janjian untuk kesini, kalo memang ingin bertemu. Pasti Abi Haidar akan menelponnya.
"Oohh, itu Ummi ketemu sama Arum di toko bunga Ummi. Arum mau beli bunga, ehh tiba-tiba Arum ajak Ummi kesini. Kerumah kamu sama Nadzira. Yaudah Ummi iyain aja udah lama juga gak ketemu sama mantu Ummi dan kamu" Jawab Ummi.
Farhan mengangguk Paham. Nadzira berjalan keluar membawa nampan berisi empat teh dan beberapa cemilan. Ia meletakkannya di atas meja, mempersilahkan orang tuanya untuk minum.
"Cantik banget sih kamu nak," Puji Ummi.
Nadzira tersenyum kikuk."Ummi bisa saja, Ummi juga cantik".
Bunda memberikan satu buah paperbage pada Nadzira."Ini bunda bawain kamu brownies kesukaan kamu"
Nadzira menerimanya dengan senang,"makasi bundaaa"
"Sama-sama"
Suara telpon dari ponsel Nino bergetar, ia meminta izin untuk mengangkatnya sebentar.
"Euummm, tadi Ummi bilang. Bunda abis dari Toko bunga Ummi?, emangnya Ummi punya Toko bunga?" Tanya Nadzira, Ummi pun dengan senang hati mengangguk cepat.
"Kok, kak farhan gak pernah bilang Ummi punya Toko bunga. Tau gitu, Nadzira bisa bantuin Ummi disana. Itu pun kalau emang disekitar sini." Nadzira tiba-tiba saja rasa groginya seketika hilang, dirinya berbicara tanpa terbata-bata.
Ummi mengusap lembut kepala Nadzira. "Boleh, kalau memang kamu mau bantuin Ummi disana, ayo. Tapi Ummi juga gak sering sih ke toko bunga yang disini. Paling dua minggu sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta berawal dari pesantren
Ficção AdolescenteBagaimana Rasanya dijodohkan dengan santri mantan bad boy. Yang sebenarnya Nadzira sendiri suka pada cowok itu, tapi tidak ingin mengungkapkannya. Jika dia tau, apakah dia menerimanya?. Skuyylah mampir. {{ Follow dulu sebelum baca ^ ◡ ^ }} Farhan Na...