"Bab 4-nya masih ada beberapa yang saya koreksi. Jangan lupa tambahkan jurnal juga yang di bab 2 ya, itu masih kurang. Tinggal sekali lagi kamu kasih ke saya, setelah itu kamu boleh daftar sidang." Jelas prof Galuh sambil ngasih lembaran revisian itu ke dinara.
Tak ada yang lebih bahagia dibandingkan perkataan profesor Galuh yang kedengeran kayak dapet rejeki nomplok. Tak sia-sia dinara begadang setiap hari demi bimbingan buat ngejar semester pendek. Selagi bisa, dia masih mau ngejar biar gak ada beban lagi, pikirnya.
Dinara tersenyum sangat lebar, "Baik prof, saya akan kasih secepatnya ke prof."
"Jangan lupa kamu bimbingan ke Bu Kalys, nar. Ke beliau dulu, baru kasih ke saya. Nanti takutnya ada kesalahan. Tau kan Bu Kalys kayak gimana ke saya? Galak banget." Prof Galuh bisik-bisik ke dinara.
Melihat itu dinara jadi tersenyum canggung, gak tau pengen nanggepinnya gimana. Dosen loh itu wkwk. Kalo dinara ikut ketawa bisa-bisa kena karma.
Sudah bukan rahasia lagi kalo bu Kalys itu tegas banget kalo soal bimbingan, dia yang harus diutamakan. Makanya prof Galuh yang mengalah, meskipun beliau itu pembimbing utamanya dinara.
"Iya pak, siap."
"Ngomong-ngomong, kamu bawa keponakan kamu kesini nar? Gak ada yang jaga dirumah?" Prof Galuh memperhatikan balita yang sedang duduk di sofa sambil ngemut permen. Yang bisa kita panggil jamjam anak tunggal kaya raya, cantik dan imut anaknya bapak dhirga.
"Iya prof, ini anaknya temen saya. Dianya gak mau ditinggal di rumah, jadinya saya bawa deh. Mumpung saya cuma bimbingan sebentar sama prof." Jelas dinara.
Mau bilang anaknya pacar tapi ya tau lah, orang lain suka julid gitu dan gak mau tau kan latar belakang orang gimana. Ngapain juga dinara cerita ini dan itu, sementara orang lain tetap melihatnya aneh karena pacaran sama orang yang sudah punya anak. Dinara sih gak masalah ya kan dijelek-jelekin, masa bodo juga. Cuma, takutnya dhirga sama jamjam yang justru akan terseret pengaruh buruk.
Sifat manusia, kita gak ada yang tau.
Apalagi hubungan prof Galuh dengan dinara pun gak sedekat itu, hanya sebatas dosen pembimbing dan mahasiswa. Dinara tak perlu berbicara sejauh itu.
Dinara memang sengaja bawa jamjam ke kampus. Tadinya pengen ditinggal, tapi jamjamnya nangis pengen ikut sama dinara. Soalnya kemarin, jamjam pengen banget nginep di rumah dinara. Yaudah, akhirnya dinara bawa jamjam ke kampus. Diliatin sih dikiranya bawa anak haha, tapi sekali lagi, dinara masa bodo.
"Oalah. Lucu nar, namanya siapa? Saya jadi inget anak adek saya si Andi pas umurnya segini nih, nakalnya minta ampun. Tapi dia anteng ya, nurut sama perintah kamu tadi."
Dalam hati dinara merasa bangga. Aduh, fix udah bisa jadi mama sambungnya jamjam. Validasi dari prof Galuh sudah cukup kuat.
"Namanya Jamilah, prof. Tapi keluarganya pada manggil dia jamjam. Jamjam sini, sayang."
Jamjam yang tadi duduk tenang di sofa langsung turun dari sana dan menghampiri mereka. Sambil ngemut permen lolipop di mulutnya itu. Jamjam memang mengundang semua orang untuk mencubit pipinya, karena dia memang menggemaskan. Buktinya prof Galuh sudah mainin cepolan rambutnya jamjam.
"Kak Nala jamjam lapel." Ucap jamjam.
"Makan sama bapak mau?" Prof Galuh nawarin jamjam, tapi jamjam malah mendekat takut-takut ke dinara.
Dinara mau ngakak sumpah, mukanya prof Galuh kayak penculik anak-anak. Jamjam tuh sebenarnya ya gak takut sama ornag asing, cuma kalo agresif begitu dia malah takut.
"Ndak mau."
Prof Galuh manyun gara-gara ditolak jamjam.
Dinara tertawa, "jamjam emang anaknya tuh susah di deketin prof kalo baru dikenal."

KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter Jamjam
FanfictionFeat. 2Hyunjin JamJam Niatnya sih, Dinara hanya tidak sengaja menemukan balita yang tersesat di mall yang bernama jamjam. Akan tetapi, setelah mengetahui papanya jamjam adalah sosok yang diidamkan mama mertua, membuat dinara berharap agar bisa menja...