[38]

1.3K 211 56
                                    

[ya... Gitu... Deh...]


































Seumur hidupnya, dhirga itu sama sekali gak pernah minta restu apa-apa dari orang-orang. Palingan cuma ucapan doa dari orang-orang terdekat biar apa yang dilakukannya bisa lancar dan berjalan dengan baik.

Sewaktu ia melakukan pernikahan dulu, ia bisa merasakan kejanggalan pada perasaannya. Kayak, emang dilakukan secara paksa. Mungkin itu semacam karma atau cobaan hidup, hingga dhirga sama sekali gak menikmati pernikahannya yang hanya berlangsung selama setahun lebih.

Istrinya dulu, juminten, yang ia duga bahwa perempuan itu bisa menghadapi cobaan ini bersama dirinya, ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi dhirga. Iya, Jumin seperti mengabaikan keberadaannya.

Padahal waktu itu, Jumin sangat mengharapkan pertanggung jawaban dhirga dengan menggebu-gebu, sebelum mereka menikah. Entah apa yang dipikirkan wanita itu, yang jelas dhirga gak habis pikir bisa bergantung sama orang kayak gini.

Sama sekali gak punya hati.

Kenapa?

Soalnya dengan santainya dia malah menceraikan dhirga dengan alasan ia sudah mencari pendamping yang lebih dari dhirga. Yang lebih makmur dan menjamin kehidupannya. Dan ya, ia sama sekali tidak peduli dengan darah dagingnya sendiri.

Harta telah menutup hatinya.

Pria itu jelas sedih, tapi dia sama sekali gak nangis. Tidak, dia gak bakal menangis buat orang kayak mantan istrinya itu. Akan tetapi, kelakuannya yang perlahan merubah jati dirinya. Dhirga perlahan menutup diri dari orang lain dan menjadi orang yang dingin, tapi ia masih bisa tersenyum.

Ia hanya bisa tersenyum untuk keluarga dan anaknya.

Tapi ya gitu, keluarga yang paling merasakan perubahan dhirga.

Sudahlah, itu kenyataan pahit yang dhirga rasakan selama hidupnya. Dhirga selalu sakit kepala jika memikirkan hal itu.

Setiap saat bila ada kesempatan, dhirga ingin melangkah untuk mencari pendamping hidupnya, setidaknya untuk menjaga Jamilah. Tapi, dirinya sangat ragu. Benar-benar ragu. Ia takut di kehidupan yang kedua kalinya, istrinya bakal meninggalkan dirinya lagi.

Sedikit cerita, dulu dhirga hampir saja mencoba untuk menjadikan sahabatnya sendiri sebagai target. Tapi, dia sama sekali gak bisa. Dia gak bisa merasakan cinta apapun.

Ternyata dia cuma nganggap Nakila sebagai adiknya dan sahabat.

Bahkan tak jarang, keluarganya pun ikut adil dalam mencarikan pasangan yang cocok untuknya. Apalagi Yeji. Pernah tuh dia bujuk abangnya buat ikut kencan buta, tapi ditolak mentah-mentah sama dhirga. Soalnya pas pertama kali ia kencan buta, ia malah dipertemukan sama janda. Abis itu dia gak mau lagi. Yeji kalo nyari orang kagak bakal bener.

Hmmmm, matching gak sih? Duda sama janda.

Tapi tidak, ia beralasan buat nyari sendiri aja, soalnya kalo itu masih berlanjut bakal sia-sia. Gak ada hasilnya, buat apaan.

Ia memilih untuk menyerah, untuk waktu yang lama.

Dhirga berpikir bahwa ia masih punya trauma mendalam soal pernikahan, maka dari itu ia memilih untuk mundur dan memprioritaskan kebahagiaan jamjam.

Such a good dad tho. And, cool Daddy.

Pindah ke topik lain. Sebenarnya, dhirga itu selalu menggunakan anaknya sebagai patokan, secara tidak langsung. Jamilah itu seperti tipe anak yang pemilih, dalam hal apapun. Pergaulannya, mainan, film, lagu, circle orang-orang yang terdekat yang pernah dhirga kenalkan ke bocah tiga tahun itu, dan sebagainya.

Babysitter JamjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang