[39]

1.3K 224 55
                                    

[Ayo semuanya, kita berdoa biar saya dapat restu. -Dhirga]






















Kalo dibilang deg-degan sih, ya pastilah cuy. Mana ini dia kesini cuma berdua doang sama jamjam dan baru pertama kali ketemu sama papa dan abangnya Dinara.

Awalnya ini dhirga gak ngerti sama keluarganya Dinara yang pas tiba-tiba nanya tentang seluk beluk dhirga, tapi setelah dijawab, mereka cuma mengangguk kepalanya sambil masang senyum doang.

Apa tuh maksudnya?

Kenapa tuh?

Dhirga jadi was-was pikiran, jiwa, dan raga. Soalnya setelah berbicara seperti itu mereka langsung hening.

Kemungkinan besar ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka dibalik senyuman dan anggukan itu. Entah itu apa tapi membuatnya merasa aneh dan gugup.

Tapi, mereka menganggapnya biasa aja.

Hmmm, mencurigakan. Gak mau suudzon soal perestuannya. Dhirga harus husnuzon, biar diterima oleh keluarga ini.

Sumpah, kayak berasa di film-film yang satu keluarga tuh freak semua dan memancing orang buat Dateng ke rumahnya, terus mereka pura-pura ramah, ngasih makan, abis itu berkelakuan aneh, terusㅡya ampun, dhirga mulai over thinking.

Mana Dinara lama banget ini teh masak nugget doang. Di Bogor apa gorengnya?

"Dhirga."

"Y-ya, pak?"

"Boleh nanti saya berbicara sama kamu setelah makan? Berdua aja."

Jamilah, Dinara, keluargaku tercinta, maaf, apabila ada kesalahan kata dan ucapan, karenaㅡbentar, semakin liar pikirannya ini. Padahal kita tau keluarganya Dinara bukan freak dalam artian "mental illness", tapi lebih ke caur sih sebenernya wkwkwk.

"Jamjam, maaf ya lama. Itu si cungkringㅡmaaf semuanyaㅡbuang air sembarangan. Tadi aku bersihin dulu deh." Dinara naro nugget di meja terus duduk sambil nyengir.

Pernah diceritain kan Dinara punya kucing banyak? Salah satunya namanya cungkring.

Keadaan kembali seperti semula kayak gak ada terjadi apa-apa.

"Udah dikasih makan belom neng semuanya? Kan udah makan siang." Tanya mama Nana sambil nyuapin jamjam nugget. By the way, jamjam anteng banget gais.

"Eh iya lupa aku." Dinara menepuk.

"Yaudah kamu teh makan dulu, itu kasian si dhirganya nungguin kamu, makanya gak makan-makan." Celetuk mas Rian. Sedangkan papa Tama masih masang muka misteriusnya.

Emang gara-gara siape hah si dhirga jadi gak nafsu makan? Hmmm.

"Eh? Serius? Ya ampun, kenapa gak makan duluan mas? Yaudah ayo kita makan bareng." Dinara senyum sambil nyendokin nasi buat dia.

Alhamdulillah, sedikit tenang pas ngeliat senyuman Dinara.

Dhirga cuma masang senyum kecil aja. Dinara yang notis langsung heran kan. Mana dia ngeliat dhirga kayak keringetan gitu.

"Mas dhirga kenapa? Sakit?" Tanya Dinara sambil berbisik dan memasang wajah khawatir.

Dhirga senyum kecil. "Nggak, gapapa."

"Beneran? Kalo sakit bilang ya, nanti aku ambilin obat."

"Iya tenang aja. Aku gapapa."

Dinara menganggukkan kepalanya sambil senyum dan makan kembali.









































Babysitter JamjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang