[Yang penasaran, monggo dibaca. 😌]
Dinara berlari kecil menyusul dhirga yang keluar dengan langkah cepat. Ini dia clueless banget-banget, yaudah dia ngikutin langkah dhirga aja.
Dhirga duduk di bangku yang emang ada berjejeran di luar gitu, depannya karangan bunga. Pria itu seketika menunduk dan menyembunyikan wajahnya sambil mengepalkan tangannya satu sama lain.
Dinara yang melihat itu sontak langsung samperin dia dengan langkah perlahan. Dinara udah ngeliat tangan pria beranak satu itu udah gemetaran terus sambil meringis. Dinara bingung mau nanya atau ngelus-ngelus punggungnya.
Maksudnya, ngelus-ngelus buat ditenangin gitu gengs. Bukan maksud lain ini mah.
Yaudah, doi duduk di kursi sebelah dhirga sambil gak ngapa-ngapain.
Dinara yang niatnya ingin menepuk pundaknya langsung ia urungkan, akhirnya tangannya cuma mengepal di udara.
Dinara menggigit bibir dalamnya kemudian mengulum bibirnya lagi, ikutan gelisah. Iyalah, dengan tiba-tibanya dhirga kayak orang ketakutan pas dibawa kesini, Seketika dirinya merasa yang bersalah, karena ia yang membawa dhirga kesini.
"Mas dhirga...?" Panggil dinara dengan suara pelan.
"..."
Dhirga masih diam dan masih tetap ke posisi awal. Menyembunyikan wajahnya. Tapi, udah gak gemetaran kayak tadi. Yaudah, dinara gak manggil lagi. Mungkin dia butuh waktu buat tenang.
Gadis itu hanya diam melihat keadaan gedung dan night view di luar jalan sana. Sesaat, ia mendengar dhirga sedang menghembuskan napasnya yang terdengar agak berat itu.
Dinara hanya tertegun. Sedikit menerka-nerka kenapa dhirga jadi ketakutan pas masuk tadi. Gak mau sotoy si sebenernya, tapi dia kayak mengalami gejala orang yang lagi trauma atau phobia gitu.
Tapi sekali lagi, dia mikirnya mungkin dhirga lagi gak enak badan, terus pusing, terus ya gitu deh, jadi lemah atau lemas.
"Mas dhirga, saya ambilkan air ya. Tunggu disini bentar."
Dinara meninggalkan dhirga buat masuk ke dalam gedung lagi sambil berlari kecil. Sempat tersandung sedikit soalnya doi lupa kalo lagi make high heels.
Sepeninggalan dinara, dhirga malah mengangkat wajahnya seketika. Ia sedikit melihat dinara yang sedang memasuki gedung itu.
Dhirga menopang kepalanya menggunakan tangan sambil menumpu siku tangannya ke lutut. Ia menghirup napasnya dalam-dalam sambil berdecak kecil.
"Ternyata masih belom hilang juga." Gumamnya.
Pandangannya seakan menerawang ke depan dengan tatapannya yang kosong.
Sayang sekali kita gak bisa tau gengs dpi mikirin apa. Padahal author juga pengen tau pikiran orang ganteng.
Ia mendengar ketukan sepatu yang beradu dengan aspal sedang mendekat ke arahnya. Dia menoleh dan melihat dinara lagi bawa dua botol air putih dan satu piring kue.
"Eh? Mas dhirga udah gapapa?" Tanya dinara terus dia naruh piring sama botol itu. Sambil menunduk ia ingin melihat ekspresinya dhirga.
"Nggak. Gapapa," Ucapnya tersenyum singkat ke dinara.
Ya ampun mas, aku sampe panik loh ngeliat kamu tadi tapi sekarang kamu it's okay bae.
"Ohh..." Dinara membalasnya dengan senyuman canggung terus menggaruk rambutnya yang tak gatal itu. Dia menegakkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter Jamjam
FanficFeat. 2Hyunjin JamJam Niatnya sih, Dinara hanya tidak sengaja menemukan balita yang tersesat di mall yang bernama jamjam. Akan tetapi, setelah mengetahui papanya jamjam adalah sosok yang diidamkan mama mertua, membuat dinara berharap agar bisa menja...