[26]

1.6K 249 50
                                    

[Nikmatin aja. Serius, hehe.]



















Udah 5 menit, tapi dhirga sama sekali gak lepas pelukannya pada dinara. Gak memungkiri kalo dinara juga nyaman dipeluk, YA TAPI BUKAN ITU, nanti dinara baper, hm.

Dinara udah menghela napasnya berapa kali terus dia sedikit menepuk badannya dhirga. Atuh ibu dinara, doi digituin malah makin nyaman, kayak anaknya di puk-pukin pas mau tidur.

"Ma-mas dhirga, badannya makin panas..." Ucap dinara secara hati-hati.

Dhirga sama sekali gak jawab. Napasnya malah makin berat dan itu membuat dinara panik.

"E-ehㅡkok makin berat?!" Dinara memekik pelan. Jadi, badannya kedorong ke belakang.

"Mas dhirga jangan pingsan dulu!" Dengan sekuat tenaga, dinara melepas kukungan itu dan menopang badannya dhirga. Bener aja, doi hampir mau pingsan karena matanya terpejam dan dahinya mengernyit.

Tubuh dhirga melemah.

Dinara yang menerima respon tiba-tiba dari dhirga, langsung aja menopang badannya dhirga buat dibawa ke kamarnya. Agak kesulitan sih, soalnya dhirga badannya kan gede. Dinara walaupun tinggi, tapi kan doi badannya kurus dan lebih pendek dari dhirga.

Dinara panik gara-gara dhirga yang tiba-tiba mau pingsan. Ya mon maap nih, cuma ada mereka berdua di apartemen. Dan satu-satunya yang sehat cuma dinara aja, jamjam gak mungkin kan bawa badannya dhirga.

Pas nyampe di tempat tidur, dinara langsung nidurin doi, terus diselimutin.

Gila ga? Vibesnya udah kayak istrinya.

Uhuk halu uhuk.

Gadis itu memegang dahi dhirga. "Ya ampun, panas banget dong." Gumamnya perlahan. Dinara bisa mendengar napas pria itu semakin memberat dan pelan, masih dalam keadaan memejamkan matanya.

"Mas dhirga? Bisa dengar saya gak?"

"Mas dhirga, mau saya panggilin dokter pribadi? Dokter keluarga gitu? Ada gak?"

"Mas dhirga, badannya panas banget."

"Mas dhirga, udah makan belom sih?"

"Mas dhirga, yang dirasain apa? Mual muntah? Pusing? Atau masuk angin? Atau apa?"

Loh nar? Satu-satu lah nanyanya. Itu dhirga nambah puyeng tuh kayaknya.

Sebenernya sih, dhirga gak sepenuhnya pingsan, dia cuma pusing aja. Saking beratnya sakit kepala itu, dia memejamkan matanya.

"Mas dhirga jangan pingsan dulu!"

Pria itu sedikit meringis saat mendengar pekikan dinara yang agak bikin kaget. Ia sedikit memiringkan kepalanya menghadap dinara dan membuka matanya sedikit, jadi keliatan sayu gitu.

Eh sekarang dinara yang pusing. Sakit aja masih ganteng heran, pikirnya.

Dhirga melihat dinara yang memasang wajah khawatir itu kepadanya, ia menarik sudut bibirnya sedikit dan memegang kepalanya pelan yang tiba-tiba berdenyut sakit.

"Saya gak pingsan. Jangan panggilin dokter. Saya gak suka dokter." Katanya pelan.

"Hah?" Dinara budeg ini gengs, abis mas dhirga ngomongnya pelan beud.

Dhirga memberikan kode non verbal untuk mendekat ke arahnya. Dinara dengan ragu-ragu, sedikit mengarahkan telinganya semakin dekat.

"Saya gak suka dokter. Jangan panggilin." Ucapnya lagi.

Babysitter JamjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang