[Hai heheh. 😆]
Dinara celingak-celinguk nyariin nomor kamar apartemen kayak orang linglung. Dibandingkan mahasiswa, doi lebih keliatan kayak anak ABG labil yang kabur dari rumah.
Ya mon maap nih, tas segede gaban nemplok dipunggungnya. Eh tapi kalo ditanyain umur langsung, Insya Allah gak dikira kayak anak ABG.
Dinara sempat kaget sih soalnya dikiranya dia bakalan ngurusin jamjam di rumahnya. Eh tapi kemaren bokapnya jamjam ngasih tau alamat apartemennya. Beliau bilang katanya jamjam lebih betah di apartemen daripada di rumah.
"Apartemen elit begini kenapa susah banget sih nyari nomornya?!" Ucap Dinara misuh-misuh. Iya coy, dinara udah keliling mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman bertualang!
Kalo sahabat-sahabat pada nyanyi, fix kalian udah tua.
Yaudah tuh, alhamdulillah udah ketemu nomor apartemennya. Terus dia bingung.
"Lah tadi kan gue lewat sini?" Dinara garuk-garuk rambutnya tak gatal.
Yaudah dia mengencangkan sabuk pengamannya untuk berpegangan kalo-kalo ada yang buat dia terkejut gitu. Hehehehe.
Gadis itu memencet bel pintu.
Satu kali belom ada jawaban.
Dua kali masih belom.
Eh mau ketiga kali, pintunya udah dibuka.
Masya Allah, indah sekali pagi ini melihat makhluk Tuhan didepannya yang kayaknya abis mandi, soalnya keliatan dari rambutnya yang masih basah. Tapi, sayang seribu sayang, dinara cuma bisa masang senyum canggungnya itu.
"Se-selamat pagi," salamnya kepada sang tuan apartemen.
Soalnya dia ada di apartemen, kalo di rumah ya sang tuan rumah.
"Pagi. Masuk aja." Dia mempersilahkan dinara masuk, dengan kikuk gadis itu membuka sepatu ketsnya yang udah belel banget. Style coy, style.
Dinara auto melebarkan matanya melihat sekeliling keadaan di dalam apart itu. Ternyata rapi banget parah. Dinara jadi ciut gara-gara doi yang gayanya begajulan dan berantakan banget. Eh tapi kalo lagi rajin, kebon tetangga bisa dirapiin sama dinara.
"Jamjam masih tidur. Nanti tolong bangunin dia pelan-pelan ya, dinara. Dia suka nangis kalo tiba-tiba dibangunkan." Hadeh, demen banget sih nih papa muda ngagetin dia mulu.
"O-oh okeh." Ucapnya singkat.
"Kamarnya jamjam warna pink. Sudah tau kan kemarin tugasnya ngapain aja?"
"Iya, sudah."
"Ikut saya." Dia menggerakkan dua jarinya dan memberi kode ke dinara untuk mengikutinya. Dinara dengan kaku melangkahkan kakinya menuju dapur.
"Ini peralatan makanan jamjam, sengaja saya pisah karena bahan sabun cucinya dibedakan dengan yang lain. Kalo kamu mau makan, silahkan ambil sebelah sana. Terus, untuk makanan, saya persilahkan kamu memasak untuk jamjam. Jangan sekali-kali memakai bahan dasar udang. Jamjam alergi udang. Kalo kamu mau masak udang buat kamu sendiri, saya persilahkan, tapi sebelum itu cuci dulu yang bersih peralatan masaknya." Penjelasan yang cukup panjang, hampir membuat dirinya linglung, soalnya doi gak fokus hehehehehehe.
"Paham?" Lanjutnya lagi.
"..."
"Dinara?"
"E-eh itu, sabun cucinya dimana ya?" Dari sekian panjang lebar, gadis itu hanya menanyakan perihal sabun cuci.
Dhirga membuka laci dibawah wastafel dan disitu sudah ada sabun cuci khusus yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter Jamjam
Fiksi PenggemarFeat. 2Hyunjin JamJam Niatnya sih, Dinara hanya tidak sengaja menemukan balita yang tersesat di mall yang bernama jamjam. Akan tetapi, setelah mengetahui papanya jamjam adalah sosok yang diidamkan mama mertua, membuat dinara berharap agar bisa menja...