[33]

1.6K 269 193
                                    

[Ayo kasih Jeki vomment, nanti saya ajak salaman. Salaman aja ya, ada hati yang harus dijaga. -Dhirga]



























Sudah lewat setengah jam setelah mereka melewati masa-masa tegang pas berdiri menjelaskan mengenai proposal skripsinya di hadapan para penguji. Sumpah dah, meskipun dinara sering ngomong di depan podium, tetap aja rasa gugup itu masih ada disana.

Untungnya ia tidak mendapatkan kritik yang buruk atau lebih parahnya disuruh ngulang sidang, karena mood dosen tadi pada bagus pas nguji Dinara. Kan biasanya nggak tuh, kayak kasus temennya yang hampir gak dilulusin cuma gara-gara doi gak bisa jawab satu pertanyaan dari penguji.

Kasian banget dah, untung akhirnya pembimbingnya membantu. Namanya juga manusia pasti ada titik kesalahan lah ya. Emang dosen maunya sempurna. Untungnya ia bisa menjawab semua pertanyaan.

"Huhuhu gue belom ngerasa lega gitu wey, kan masih ada skripsi. Ini baru proposal." Rengek Yeji sambil memakan es Mambo.

"Gapapa. Setidaknya satu langkah lebih maju. Lu harusnya mengucapkan syukur ji, sEDANGKAN GUA MASIH NUNGGU BAB 3 WEY!" Pekik Lia.

"Ketawa dulu ah gua." Yeji ketawa. Astaghfirullah, bahagia diatas penderitaan orang lain. Jangan ditiru gais. Yeji emang lucknut.

"Gak boleh begitu lu Ji. Ayo kita ketawa bareng!" Surya ketawa ngakak kencang banget sampe kepalanya ditoyor sama Dinara.

"Gak usah didengerin dua orgil ini li. Gue yakin lo mingdep bisa nyusul kita-kita. Gak usah khawatir elah, kita bisa masa Lo gak bisa?" Tukas Dinara berusaha menenangkan.

Lia terharu sama penuturan Dinara, terus menatap kemusuhan ke Surya sama Yeji. "Emang temen gue cuma Dinara doang."

"Becanda elahhh Li. Masih banyak yang belom sidang. Seriusan dah. Ini mah yang mau ngejar sidang skripsi bulan Maret Li." Tutur Yeji.

"Eh tapi tadi gue liat si fika ya, ngulang sidang mingdep njir gara-gara gak bisa jawab. Kata gua, kasian banget dong, emang pembimbingnya gak bantuin apa?" Timpal Jean yang sedari tadi makan nasgor tapi fokus ke makan aja, eh nasgornya abis jadinya fokus ke mereka lagi.

"Boro-boro je. Tadi prof Galuh bantuin sedikit sih, tapi sama aja gue berjuang sendirian. Tanya nih Yeji yang sama sekali gak dibantu sama Bu Siti." Dinara nunjuk ke Yeji.

Yeji memanyunkan bibirnya sambil mengangguk.

"Yogi mana ji?" Tanya Alfonso yang baru dateng terus duduk di sebelah Lia.

"Gak tau. Lagi di jalan tadi katanya." Hehhh, doi masih kemusuhan gara-gara Yogi molor dan kelupaan sama sidangnya dia. Lagi gak bimbingan soalnya dia tuh.

"Lah tadi ngomong sama gue katanya udah nyampe. Gimana dah?" Alfonso mengeluarkan satu batamg rokok dari saku kemejanya.

"Hayooo yang bener yang manㅡnah tuh si Yogi baru muncul. Buseh dah dia bawa bunga gede amat cuy!" Cetus Lia sambil menggelengkan kepalanya.

Iya, Yogi dateng bawa bunga mawar segede gaban sama bouquet Snack warna pink di kedua tangannya. Penuh dah tuh. Mana jalannya sok keren lagi. Yeji mencibir dalam hati tapi dia seneng.

Halah, tsundere.

"Weits. Bos, abis ngeluarin duit banyak nih kayaknya." Jean menaikturunkan alisnya saat Yogi udah sampe di meja mereka.

"Abis ngapain Lo pada? Ngelamar di Pertamina?" Ledek Yogi sambil naro barang-barangnya itu ke meja.

"Bacot ya anda."

Babysitter JamjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang