[35]

1.4K 244 96
                                    

[Halooo... Jangan lupa vomment yaaa 😉 -Jidan]
























Di hari yang sama, sebelum pengakuan dhirga.


Jika yang diinginkan Jidan adalah membuat dirinya menjadi egois buat mendapatkan apa yang dia mau, kayaknya dia harus mengurungkan hal itu saat ini juga. Karena memang terbuang sia-sia.

Nggak, dia gak mau menjadi penjahat di mata orang-orang yang disayanginya. Tapi, bolehkah Jidan berharap agar gadis itu menjadi miliknya?

Jidan masih ragu kalo Dinara bakal membalas perasaannya atau ingin menjadi miliknya. Iya, Jidan masih sangat yakin 100% kalau gadis itu hanya menganggapnya sekadar teman seangkatannya, mungkin.

Memikirkan hal itu akan terjadi membuat dirinya tertawa miris. Ya ampun, apa ini karma baginya karena dia telah meninggalkan sosok yang sangat mencintai dirinya dulu tapi Jidan seolah berpaling darinya?

Iya, ini pelajaran bagi dia.

"Nar, gue butuh penjelasan. Maaf terkesan memaksa Lo dari dulu, tapi gue butuh pengakuan dari Lo. Untuk terakhir kalinya, setelah gue ngelakuin confess ini selama 2 kali berturut-turut." Tutur pemuda itu yang kala itu mereka berada di rooftop restaurant.

Hanya segelintir orang yang berada disitu. Yang memang mempunyai urusan penting. Dan juga, udara terkesan dingin di rooftop, sehingga orang-orang lebih memilih untuk makan di dalam.

Dinara yang sedang berpikir sedari tadi, hanya bisa menghela napasnya. Dia jadi bingung tiba-tiba. Kalo misalnya Dinara nunda jawabannya buat besok, kesannya kayak dia ngasih harapan ke Jidan.

Badannya ia posisikan ke arah Jidan dengan perasaan yang tak menentu dan juga, ia seakan bersalah sama Jidan.

"Dan, Lo baik banget sama gue. Baik banget. Sampe gue gak bisa nilai kebaikan Lo ke gue itu atas dasar apa, tadinya. Tapi, kalo buat iniㅡ"

Napas Dinara tercekat.

"Maaf dan, jawaban gue tetap sama kayak dulu. Gue nyaman sama Lo. Lo temen baik gue selain mereka. Tapi yaudah sebatas itu aja perasaan gue ke Lo." Ucapnya sembari menjelaskan.

Jidan menarik sudut bibirnya kecil. Ah, sudah ia duga jawabannya tetap sama. Lagipula, apasih yang diharapkan? Dari dulu memang gadis itu gak pernah nganggap lebih, cuma Jidan aja yang kepedean sama sifatnya Dinara yang kelewat bikin cowok itu baper. Iya, Jidan terlalu jatuh cinta sama dinara.

Same feel as before. Jawabannya Dinara gak menerima perasaannya.

Jidanmania, abis ini hibur dia ya.

"Dan, gue gak bermaksud buat menyakiti Lo. Waktu itu lo juga udah tau kan jawaban gue. Tetap sama. Sebenernya gue juga berniat buat bisa menerima lo, tapiㅡsekalipun gue nyoba, gue gak bisa dan, Maaf." Jawabnya pelan.

Hening setelahnya.

Jidan menggerakkan tangannya dengan canggung.

"Gapapa nar, Lo gak salah kok. Guenya aja yang terlalu maksa Lo buat nerima gue. Sebenernya sih gue udah tau jawaban Lo kayak gimana. Gue hanya berharap jawabannya beda. Tapi kayaknya sama aja hehehe." Ia tertawa kecil seakan itu hal yang sepele.

Ah, semesta. Seorang pemuda tangguh kayak dia bisa patah hati juga ternyata. Padahal sebelumnya ia bisa mendapatkan hal yang ia mau. Hanya saja, semenjak terakhir kalinya ia membuat kesalahan dan ingin memperbaiki lewat orang lain, kenyataannya karma datang terlalu cepat.

Babysitter JamjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang