[30]

1.6K 249 141
                                    

[Kangen aku gak guys??? -Dinara]




























Seseorang menginterupsi pembicaraan mereka. Terus dinara menoleh. Ternyata itu sekretarisnya dhirga. Dia lagi jalan bersama orang-orang yang entah siapa. Dinara agak canggung, soalnya gak kenal sama mereka-mereka.

"Maaf, kalian bisa jalan duluan aja. Ehm, wahyu, pimpin mereka dulu. Saya ada perlu." Ucapnya seraya mempersilahkan gerombolan orang-orang itu buat jalan duluan. Mereka seperti kebingungan dan penasaran melihat dinara.

"Eh kak ardi." Sapa dinara.

Dinara bernapas lega saat kedatangan ardi. Padahal mereka baru pertama kali ketemu di bandara. Namun entah kenapa emang ardi tuh satu-satunya penolong sekarang ini.

"OM ALDI!" Teriak jamjam.

"Halo, kalian. Kok kalian disini? Kenapa gak langsung ke atas?" Tanya ardi bingung.

"Ini kakㅡ"

"Dia ngaku bawa anaknya pak hanan, pak. Saya menolak dengan tegas untuk memberitahu dia dimana ruangan pak hanan." Ucap mbak resepsionis yang menyela perkataan dinara.

Kok kesel sama mbak-mbak ini dah?

"Kamu anak baru ya?" Tebak ardi sambil menunjuk ke mbak resepsionis itu.

"Iya pak, baru seminggu." Ucapnya.

"Ohhh... Siapa nama kamuㅡ ehmm... Evi. Perhatikan baik-baik. Ini namanya jamilah hafifah yunandra. Dia memang anaknya pak hanan. Mulai besok kalo kamu lagi bertugas, jangan larang mereka buat ke ruangannya pak hanan. Paham evi?" Ucap ardi dengan tegas.

Mbak-mbak resepsionis yang bername tag evi kayak kaget, terus dia menundukkan kepalanya dengan gugup. "Eh ma-maaf pak, sa-saya ga-gak tau kalo pak hanan sudah punya istri dan anak. Maafin saya, bu."

Dinara sedikit melebarkan matanya.

"E-eh saya bukan istrinya. Saya cuma babysitter anaknya kok, hehehe." Dinara mengelak sambil tersenyum meringis. Ealah, meskipun emang halu pengen jadi istri, tapi gak disangka sama orang-orang gitu juga kali.

Mereka gak tau aja tentang dinara, hmmmm.

"Gapapa, evi. Lain kali jangan diulangi lagi ya. Kerja kamu bagus." Ardi melemparkan senyumannya, eh mbak evi oleng. Dinara menghela napasnya. Iya dah, banyak orang ganteng betebaran.

"I-iya pak. Eh saya kira istrinya. Abis mbaknya cantik sih." Mbak evi melemparkan senyumannya kepada dinara.

Iya, makasih mbak, saya emang cantik.

Yeu toyor nih.

"Kamu mau ke ruangan hanan, kan? Yaudah ayo saya antarkan kesana." Tutur ardi sambil mempersilahkan dinara.

"Eh gak ngerepotin kak? Kasih tau aja deh lantainya dimana, biar saya sendiri yang ke atas." Tolak dinara secara halus. Masalahnya man, si ardi kayak punya urusan gitu, takutnya dinara ganggu ya kan.

"Gapapa, nar. Santai aja. Ayo saya antarkan. Gak mungkin saya membiarkan kamu berkeliaran disini, kamu bingung pasti. Sekalian saya juga mau ke atas." Eh iya juga sih, takutnya bingung. Kalo udah begini, yaudah mau gak mau dinara ngikutin doi. Takut ngerepotin banget, masalahnya ardi pasti salah satu orang penting di perusahaan ini. Tapi dia maksa yowis lah.

Di sepanjang jalan kenanganㅡeh maksudnya, selama mereka berjalan tak jarang yang menyapa ardi dan melihat dinara beserta jamjam dengan raut wajah penasaran.

Babysitter JamjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang