16. Dua orang tidak tertolong

24.6K 1.2K 0
                                    

"Lo udah tenang?"

Zia mengangguk pelan. Wajah putihnya pias dengan keringat dingin yang mengalir di pelipis membuat sulur-sulur rambutnya menempel di dahi. Matanya sembab dan hidungnya merah sehabis menangis.

Tangannya memegang segelas teh hangat yang berada di atas meja dengan erat. Lena yang duduk di depannya hanya bisa menjulurkan tangan, mengusap lengannya, menyalurkan ketenangan.

"Makasih ya, Lena." Ujar Zia tersenyum tipis.

"Santai aja, Bep."

"Lo kok bisa tahu gue ada di gang sempit itu?" Tanya Zia penasaran.

Lena duduk di kursinya, melipat tangan di dada. "Gue kebetulan lewat Gang sempit tadi karena mau ke Cafe ini, dan entah kenapa gue mau banget noleh ke Gang tadi yang biasanya gue gak mau karena Gang itu kotor dan serem."

Zia mengangguk-angguk, lalu menarik senyum kecil. "Mungkin, udah takdirnya lo harus nolongin gue! Jadi, lo pingin banget noleh."

Lena menyugar rambutnya lalu mengangkat bahu. "Bisa jadi." Netranya bergulir, melihat setiap sudut Cafe yang tidak terlalu ramai.

Cafe Senandung Rasa atau yang biasa anak DR sebut 'Cafe simpang depan' karena letaknya berada di persimpangan yang tidak jauh dari DR. Lena jadi menyisir seisi ruangan mengingat Cafe ini adalah tempat favorit anak DR.

Setelah memastikan tidak ada yang kenal dirinya dan Zia, Lena jadi beringsut mendekat, merapatkan diri pada meja Bundar.

"Bimo ... Labrak lo bukan karena dia tahu alesan sebenarnya elo pacaran sama dia, kan?" Tanya Lena membuat Zia bergeming, tak urung menggeleng pelan.

"Gue pernah mergokin dia ciuman, dan dia nyangka gue yang laporin. Padahal bukan gue." Jelas Zia membuat Lena menghembuskan napas lega.

Zia mendengus pelan, sekelabat bayangan tentang hari sebelum dirinya dan Bimo berpacaran jadi muncul di benaknya. Hari itu, Zia merengek-rengek kesal karena Mila lagi-lagi berhasil membuat Video Tiktok yang berhasil mendapat jutaan viewers.

Isi videonya Mila dengan Bimo. Zia lupa mereka bikin video apa, tapi yang Zia ingat, Bimo bersama Mila di video itu. Zia hanya ingat Mila itu teman kelasnya Bimo, bukan pacarnya.

"Pacaran aja sama Bimo. Ajak dia bikin Tiktok juga, kalau video si Mila kemarin, viewersnya banyak karena si Bimo, lo pasti juga bakal gitu." Sahut Lena kentara kesal dan hanya menyeletuk asal karena lagi-lagi Zia merengek tentang seleb Tiktok yang tidak ada habisnya dan membuat kuping Lena pengang.

Lena juga yakin Zia tidak akan melakukannya karena dia tahu, Zia tidak pernah mau pacaran ataupun dekat dengan laki-laki sebelumnya karena suatu alasan.

Namun, Lena salah. Zia nekat pacaran dengan Bimo meskipun tidak ada rasa. Dan hasil akhir, tidak ada peningkatan. Akun Tiktok Zia tidak menambah followers dan videonya bersama Bimo pun tidak meledak dan hanya di tonton beberapa ratus kali.

Dari situ, Lena menarik kesimpulan. Sahabatnya ini orang gila yang mengejar mimpi di siang bolong.

"Gue udah dia tandain karena masalah Bimo di drop out. Tapi, kalau dia tahu alesan gue pacaran sama dia waktu itu cuman buat batu pijakan gue jadi seleb Tiktok, abis gue." Ujar Zia pelan membuat Lena mengangguk.

"Gue udah bilang, kan? Lupain mimpi lo jadi seleb Tiktok!" Sungut Lena membuat Zia menggeleng dan memegang tali tas tripodnya erat.

Lena menggeleng. "Gila, lo sadar gak perilaku lo itu salah, bikin orang jadi batu pijakan demi mimpi lo?"

"Dan itu saran lo!" Sahut Zia menunjuk Lena dengan jari telunjuknya.

Lena berdecak, menyugar rambutnya kasar. "Yang waras itu bisa bedain, mana saran yang bercanda dan serius."

"Sejak itu, gue ngerasa bersalah sama Bimo karena elo, bangke! Lo emang gak ada bersalahnya sama sekali?" Tanya Lena.

"Gue juga bersalah, gue sadar gue impulsif. Pas gue mau minta maaf, Bimo ngajak gue ciuman. Jadi, gue gak jadi minta maaf waktu itu." Jawab Zia pelan.

Lena mendengus, bergumam pelan. "Kita berdua udah gak tertolong."

Tanpa sadar, Lena melewatkan satu hal kecil. Dia tidak tahu bahwa orang yang sedari tadi ia bicarakan panjang lebar ada di belakangnya. Duduk membelakangi Lena dengan Hoodie coklat.

Bimo memegang erat ponselnya seolah ia bisa meremukan benda pipih itu untuk menyalurkan emosinya. Giginya bergemelutuk kesal.

Zia benar-benar orang yang picik. Seharusnya Bimo tidak jatuh pada senyum ramahnya yang palsu.

Otaknya lancar memikirkan berbagai cara agar bisa menjatuhkan Zia. Bahkan membuat Zia tidak bisa mengangkat tangannya lagi untuk memegang ponsel dan membuat Tiktok sialan itu.

Tangis anak kecil meledak yang baru masuk pintu Cafe itu, membuat pengunjung Cafe yang lain melirik. Anak kecil itu menutup matanya takut dengan Ibunya yang mencoba menenangkannya. Dirinya masih terbayang betapa seramnya seringai seorang cowok memakai Hoodie coklat yang ia lihat barusan.

Seperti iblis yang benar-benar akan menghabisinya.

H&Z

A/n

Aku gak bisa bikin karakter utamanya sempurna luar dalam, mempunyai sikap dan paras bak bidadari.

Gak bisa.

Karena Zia pun manusia, dia ada kekurangan dan kelebihannya sendiri.

Semua manusia pun begitu. Tinggal menunggu dia menyadari sikapnya dan mencoba berubah menjadi lebih baik.

Gak ada manusia yang sempurna.

Zia gak sempurna karena dia aku gambarkan sebagai manusia.

Sebagai manusia, Zia pun pasti akan sadar apa kesalahannya dan mencoba memperbaikinya.

Oke bye :)))

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang