17. Zia dan kesialannya

24.1K 1.2K 6
                                    

"Ada apa? Tumben masih subuh udah pada bangun?"

Zia mengernyit, menutup mulutnya yang menguap karena kantuk dan mengenakan piyama putih bergambar kepala beruang. Badannya ia sandarkan pada kusen pintu depan rumah yang terbuka.

Bahkan si kembar Gina dan Gino sudah bangun dan sibuk menyapu halaman dan membersihkan kaca jendela.

Gina menoleh, "Ih... Kakak bantuin!! Bukannya diem di pintu!!" Rengutnya kesal.

"Kata Ibu tadi ada suara ribut dari depan rumah. Pas dilihat jendela sama lantai udah kotor sama tanah. Tapi udah di bersihin!" Jawab Gino membuat Zia mengernyit, seketika kantuknya hilang.

Zia menoleh, menatap Ibunya yang keluar dari rumah membawa ember berisi air. "Siapa Bu? Yang jahil sama rumah kita begini?"

Ibunya menggeleng tidak tahu. "Mungkin anak-anak kecil. Udahlah, cepetan kita beresin sebelum Ayah kamu bangun dan marah-marah!"

Zia mengernyitkan dahi, entah kenapa pirasatnya jadi tidak enak seperti ini.

Tidak mungkin Bimo, kan?

H&Z

"Astaga Zia, kok bisa parah begini?"

Zia hanya menggeleng, meringis perih, memegang kakinya yang mengambang dengan dirinya duduk di ranjang yang berada di UKS, dengan baju olahraganya.

Dokter wanita itu mengambil P3K, lalu duduk di samping Zia, menyuruh Zia untuk menaikan kakinya supaya lebih mudah diobati membuat Zia menurut.

Ringisan keluar dari bibir Zia saat Dokter Melati mengeluarkan dua buah paku yang tertancap di kakinya. Tetesan merah mengalir dari kaki Zia yang berlubang dan segera di obati oleh Dokter Melati.

Setelah beberapa menit terlalui, telapak kaki Zia sudah di perban. Zia masih merasakan ngilu saat tadi Dokter Melati mencabut paku dari kulitnya. Ini pertama kalinya, Zia menginjak paku, apalagi sampai dua buah.

"Kamu ceroboh sekali, Zia. Bahaya! Lain kali hati-hati." Peringat Dokter Melati membuat Zia mengangguk pelan.

Tadi, Zia ada mata pelajaran renang di gedung olahraga sekolahnya. Kelas Zia sudah siap. Namun,
ada pemberitahuan bahwa guru renangnya tidak jadi masuk karena keadaan mendesak membuat freeclass.

Saat akan kembali memakai sepatu, Zia memekik sakit karena didalam sepatunya ada paku.

Zia jadi menghembuskan napas kasar. Tidak mungkin paku tiba-tiba jatuh dan masuk ke dalam sepatunya.

Zia berjalan pelan, menyeret kakinya yang dibungkus perban, ia tidak memakai sepatu tapi sendal. Untung, Zia bawa tadi.

Zia hanya menggeleng pelan, mungkin hari ini dia sedang tertimpa kesialan dan Dewi Fortuna sedang menjauhinya.

H&Z

"Aishh panas banget."

Zia meringis saat lengannya ketumpahan kuah bakso panas membuat lelaki yang menyenggolnya panik minta maaf.

"Bep, lo gapapa? Ck! Lo kalau jalan pake mata dong!" Pekik Lena membuat cowok itu mengangguk saja lalu pergi begitu saja.

"Dih! Mau kemana lo? Anjing banget, udah salah malah pergi!"

Tangan Lena di tarik oleh Zia saat dirinya akan mengejar cowok tadi. Zia menggelengkan kepala memberi kode, membuat Lena mendengus kesal.

"Ayok, temenin gue basuh tangan dulu."

H&Z

"Lo yakin gak mau ke UKS?" Tanya Lena duduk di atas tempat keran, dengan Zia berdiri di sampingnya sedang membasuh lengan yang tadi ketumpahan kuah panas.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang